Nikita masih merintih kesakitan dan hal tersebut membuat kedua temannya bingung sekaligus heran. Hani merapikan anak rambut yang menutupi muka Nikita.“Nik, ada apa?”tanya Hani pelan.Nikita pelan-pelan membuka mata lalu mengusap lelehan air mata. Betapa kaget dirinya, di saat melihat keberadaan Tasya dan Hani serta situasi kamar yang tidak dikenalnya.“Tasya? Hani?”Keduanya langsung tersenyum menatap Nikita. Tasya duduk di pinggir ranjang lalu berkata,”Ayo mandi dulu. Habis itu kamu harus ganti gaun yang indah.”“Kita mau ngapain? Kenapa aku bisa sama kalian? Ini rumah siapa?”tanya Nikita bingung. Gadis yang telah dirusak mahkotanya oleh AKBP Siswo Laksono ini berusaha duduk, tetapi bagian sensitifnya terasa nyeri dan perih. Tasya memandang ke arah Hani. Dia langsung berdiri lalu berbisik ke Hani. “Apa Nikita sudah dirusak Bang Jacky?”“Aku curiga gitu. Gerak-gerik Nikita kayak sudah gak bersegel lagi. Untung aku sudah gak butuh dia. Cari-cari kesempatan. Dia belum tahu kalo Pak Ka
Gagak-gagak tersebut kompak mengepak-ngepakkan sayap. “Kaok! Kaok! Kaok!”“Bagus! Anak-anak pintar!”Nikita seketika bertepuk tangan sebanyak tiga kali dan pasukan gagak berterbangan menuju dalam gudang lewat jendela dan pintu serta celah tembok yang retak. Ada juga yang lewat atap tak bergenteng.“Auch …! Sakiiit!”teriak kesakitan Pak Kades saat pasukan gagak telah mulai memakan belatung-belatung di perut.Nikita meninggalkan tubuh Pak Kades bersama gagak-gagak. Setelah belatung-belatung tersebut habis disantap oleh pasukan gagak, luka-luka di tubuh pria setengah sekarat tersebut akan kembali menutup. Kemudian, Nikita akan menorehkan kuku-kuku panjang dan tajam ke sekujur tubuh Pak Kades hingga keluar darah kehitaman serta bernanah. Setelahnya akan muncul ribuan belatung yang menggerogoti daging dan organ dalam Pak Kades. Hingga belatung-belatung itu bertambah gemuk dan siap dipanggilkan pasukan gagak. Tentu saja, Nikita akan mengakhiri acara makan malam dengan tertawa melengking yan
"To-Tolooong!” teriak Bu Lodi dengan wajah ketakutan. Sekujur tubuhnya gemetar.Hani perlahan-lahan berubah wujud menjadi Nikita kembali. Wanita ini tertawa melengking sambil memegangi tubuh Bu Lodi yang telah pingsan. “Sebentar lagi, kamu akan bertemu Pak Kades, Bu.”~•••~•••~Sementara itu di rumah gede, Bon bon sedang mabuk. Pria bertubuh tambun ini mendengar suara ramai di langit. Dia pun langsung mendongak memandang angkasa yang berhias bintang dan rembulan. Tanpa disangka-sangka, Bon bon langsung tertawa terpingkal-pingkal melihat penampakan dua wanita sedang terbang. Salah satu wanita tertawa melengking karena hal itu pula, pria setengah sadar tersebut menganggapnya lucu “Liat itu!”tunjuk Bon bon ke langit kebetulan Jacky sedang memarkir kendaraan roda empat. Pria berbadan kurus ini baru saja sampai. Dia pun mengirim arah jari telunjuk Bon bon.“Ampun! Itu Bu Lodi dibawa Nik, Bon!”teriak Jacky dengan mata melotot.“Bagus, dong! Mereka jadi burung. Ha ha ha! Gue kaga liat sayap
“Amankan para cewek lewat pintu belakang!”teriak Jacky kepada para bodyguard.“Baik, Bos!” Empat bodyguard berlari ke arah garasi lalu mengemudi mobil ke arah pintu belakang.“Hi hi hi hi! Kalian pada mau ke mana?” Tiba-tiba Nikita muncul dalam perwujudan aslinya. Namun, dari kedua sisi mulut keluar taring. Nikita telah menghadang dua mobil yang akan keluar dari pintu belakang. Seketika kedua pengemudi terkejut dan para wanita di dalam mobil menjerit histeris.Namun tanpa disangka-sangka, Nikita mengeluarkan suara melengking. “Aaauuucch!’ Sosoknya seketika lenyap tak berbekas.Sementara itu, berpuluh kilometer dari rumah gede, tampak dua pria tua sedang berkelahi. Mereka adalah Pak Atmo dan Pak Tikno yang sedang saling pukul dan tendang di Bukit Bajul, tepatnya di dekat kuburan Nikita.“Pak Tik, tolong kembalikan tusuk konde itu! Aku ganti yang lebih mahal lagi!”teriak Pak Atmo berusaha menahan pukulan dari teman akrabnya yang sedang kalap ini.“Aku nemu duluan. Gak usah ngaku-ngaku j
"Wah, Pak Hadi telah sampe duluan. Cepat sekali,” ucap Pak Tikno dengan napas ngos-ngosan. Dia memandangi wajah pria kolektor barang antik yang pucat pasi seperti tak berdarah di hadapannya. Aneh, kenapa matanya seperti tak berpupil, batin Pak Tikno dengan pandangan lekat ke arah Pak Hadi.“Pak Tikno ikut saja! Saya akan beri bonus,” balas Pak Hadi tanpa ekspresi. Wajahnya terkesan dingin dan tidak ramah. Angin dingin menerpa tubuh Pak Tikno disertai bau busuk bangkai dan aroma melati. Seketika bulu kuduk Pak Tikno meremang.Dari mana bau busuk ini? Tanya Pak Tikno dalam hati sambil mengendus-endus. Pria tua ini mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun, bau yang dicari ada di depannya. Hal itu semakin menyengat di Indra penciuman.Pak Hadi tersenyum, tetapi terkesan mengerikan dan misterius dalam pandangan Pak Tikno.“Mari ikut saya!”pinta Pak Hadi dingin. Kolektor barang antik tersebut berjalan mendahului dan Pak Tikno dengan napas ngos-ngosan menyusul langkah pria di depannya.Per
Nikita tersenyum lebar lalu kedua lengan diangkat diarahkan ke depan sambil berucap,”Ini bagian kalian. Habiskan!”Gagak-gagak yang jumlahnya puluhan tersebut langsung terbang lalu mengitari mayat Pak Tikno. Sebagian besar berebut hinggap di atas tubuh tanpa darah dan yang tidak dapat tempat di sekelilingnya. Suara berisik koak-koak mereka menggema karena berebut daging segar.Seketika Nikita lenyap dalam tatapan mata pilu Pak Kades yang setengah sekarat dengan tubuh membusuk di beberapa bagian.“Nik, ampun!”teriaknya lirih dengan air mata darah menetes dari kedua sudut mata. “A-Aku pe-ngen ma-ti.”Berpuluh kilometer dari gudang tua, tepatnya di rumah besar. Beberapa polisi telah mengamankan para bodyguard dan wanita-wanita malam dari amukan warga. Para perangkat desa membantu mencari keberadaan Bu Lodi, Jacky dan Bon bon. Namun, ketiga orang yang harusnya bertanggung jawab akan keberadaan sarang prostitusi berkedok gudang pengemasan, tidak ada di dalam rumah. Para aparat dibantu war
Semilir angin dingin membawa aroma melati berbaur anyir darah menguar memenuhi ruangan. Seketika daun pintu dan jendela terbuka lebar. Dari pantulan sinar bulan purnama, kini tampak keadaan bagian dalam gudang tua. Sosok tubuh wanita telah berdiri tepat di depan Jacky. Pria ini sangat mengenalinya.“Nikita!”“Hi hi hi! Syukurlah masih mengenaliku. Sebelum tubuh dan ruh kalian kupersembahkan kepada Junjungan,” ucap Nikita dengan mata melotot mengerikan.“Ampun!”Jacky yang biasanya garang dan preman terkenal sadis sama siapa pun. Kini, tubuh dan bibirnya gemetar karena ketakutan. Dia merasakan aroma balas dendam yang mengerikan akan segera menyapanya.Jacky mengamati sekeliling dan hatinya langsung menciut. Kini di hadapan terpampang jelas pemandangan mengerikan layaknya tempat eksekusi mati. Ada tulang tengkorak tergantung berpakaian polisi, ada Pak Kades yang di beberapa tubuh luka membusuk hingga berbelatung, belum lagi Bu Lodi yang setengah sekarat berjejer dengan Bon bon. Dua ora
"Hah! Berarti kau …,”Dengan cepat pria yang sedari tadi menunduk itu, mengangkat wajahnya yang rusak parah dan dipenuhi belatung serta satu bola mata keluar dari rongga. Dia menatap tajam pada perangkat desa."Iya, saya Pak Kades!”"A--hh!" Kedua mata perangkat desa melotot dengan mulut menganga. Sajadah yang sedari tadi diapit terlepas dan jatuh di lantai. Oleh karena tidak kuasa karena perasaan takutnya, perangkat desa pun jatuh pingsan. Sekejap kemudian hantu menyerupai sosok Pak Kades tersebut hilang begitu saja. Pagi harinya hingga matahari terbit, perangkat desa belum berangkat ke kantor desa. Pria ini bagai orang linglung karena peristiwa semalam. Tadi saat sepulang salat Subuh dari musala, dirinya sempat menceritakan kepada seorang warga bahwa telah bertemu arwah Pak Kades.Dia bercerita meskipun ada beberapa yang terlupa. Akhirnya cerita tentang arwah penasaran Pak Kades menyebar dari mulut ke mulut. Seketika seluruh desa geger karena semua warga percaya akan cerita terse