Share

Lidah Api

MELEWATI meunasah Nicah Awe, mobil yang disupiri Siwan belok kanan menuju ke arah Panton Labu. Mulut Teungku Fiah terlihat komat kamit membaca doa. Demikian juga dengan Mustafa. Sementara istri Mustafa, Sakdiah dan Haidar mulai tertidur lelap.

Baik Teungku Fiah dan Mustafa, sadar bahwa perjalanan ini taklah semulus yang dibayangkan. Mereka khawatir jika ada razia dadakan dari tentara republic. Nyawa mereka dan keluarga jadi taruhan dalam perjalanan nanti.

“Teungku tenang saja. Jika ada razia, biar aku yang berbicara nanti,” ujar Siwan menenangkan keduanya.

Irwan sendiri tak begitu percaya dengan kalimat yang diucapkannya tersebut. Namun ia mencoba menguatkan hati kedua tentara nanggroe itu.

Teungku Fiah tersenyum mendengar penjelasan Siwan. Ia telah berulangkali melewati perjalanan bersama pemuda itu. Berulangkali pula pemuda itu menyelamatkan nyawanya dari situasi yang tak menguntungkan. Kali ini, Teungku Fiah mengharapkan keberuntungan yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status