***Sean mendatangi pemakaman Vino, ditemani oleh Isamu. Kemarin, asistennya memberitahukan bahwa anak Vino akan menyelidiki kasus kematian ayahnya yang tidak wajar dan menuduh Sean sebagai pelaku pembunuhan terencana. Bahkan, anak sulung Vino, Eric, sudah menyewa puluhan pengacara untuk menyelidikinya, membuat Sean harus bertindak lebih cepat.Setelah acara pemakaman selesai, terlihat Miranda dan Adisty masih berselimut duka. Sean menghampiri mereka berdua.“Tante, Adisty. Saya turut berduka cita. Saya tidak menyangka Paman Vino pergi secepat ini,” kata Sean sambil memeluk Miranda.“Tante juga tidak menyangka. Tante tidak tahu kalau Pamanmu itu ternyata mencairkan giro di bank. Kami tidak pernah diberitahunya tentang masalah giro,” Miranda masih kalut.“Kamu masih punya nyali datang ke sini, hah!” Eric datang dengan wajah tidak suka.“Saya datang ke pemakaman Paman saya sendiri. Apa ada yang salah?” tanya Sean, mencoba tenang.“Sandiwaramu sangat rapi. Kamu bisa tenang hari ini, tapi
***Kevin menyuapi Sarah pagi ini sebelum ia berangkat ke kantor. Mereka sudah kembali ke rumah sejak kemarin. Sarah tidak mau makan dan setiap makanan yang dimakan pasti dikeluarkan lagi. Emosinya pun kadang berubah-ubah. Terkadang, ia sangat pengertian, terkadang sangat cemburuan. Mendengar suara wanita di ujung telepon pun, Sarah bisa langsung memasang wajah masam pada Kevin. Hal ini membuat Kevin mengakhiri panggilannya lebih cepat. Padahal, ia menelepon sekretarisnya dan membicarakan pekerjaan. Namun, istrinya tidak percaya dan terus saja mengungkit masalah Violet. Dengan kekuatan analisis perempuan yang cepat, Sarah menjabarkan satu per satu tentang pentingnya kejujuran dalam pernikahan. Kevin hanya mengiyakan apa yang istrinya katakan. Ia tidak mau membantah lagi. Semakin ia bantah atau jawab, maka perang akan semakin sengit. Satu-satunya jalan agar damai adalah mengalah, itu prinsipnya saat ini.“Aku pergi ke kantor dulu ya, Sayang. Nanti, kalau ada apa-apa langsung hubungi ak
***Kantor sangat ramai dengan gosip menjelang kedatangan CEO baru esok hari. Kabar yang beredar menggambarkan sosok CEO tersebut sebagai orang yang tegas dan tak kenal ampun, siapapun yang melakukan keaalahan,l siapa pun yang melanggar aturannya, maka jangan harap mendapatkan ampunan dari CEO nan kejam yang dikenal sebagai monster itu.Sarah, bagaimanapun, tak terlalu ambil pusing. Baginya, sebagai karyawan biasa, kemungkinan bertemu langsung dengan atasan baru itu sangat kecil. Selama ini, dia bahkan belum pernah berjumpa langsung dengan CEO sebelumnya. Jadi, mau sekejam dan mirip monster pun, ia tak peduli. Baginya lebih baik fokus pada pekerjaannya saat ini.“Sar, lembur lagi? Jam segini?” tanya Nitha.“Iya nih, Bu Sonia minta proposal ini segera selesai dan harus dikirim malam ini,” jawab Sarah sambil fokus mengetik.“Baiklah, aku pamit duluan ya. Bye-bye,” kata Nitha sebelum pergi, meninggalkan Sarah yang tengah sibuk.Sarah hanya mengangguk sebagai tanggapan.“Akhirnya selesai!
*** Sophia merasa sangat bahagia karena kali ini dia mendapatkan dua keranjang boneka. Biasanya sangat sulit baginya untuk mendapatkan boneka, tetapi hari ini pertemuannya dengan Sarah membuatnya bahagia dan menghilangkan kekesalannya pada Kevin, sang ayah.“Shopia lapar, Kak,” rengek Sophia, dan Sarah sadar bahwa mereka sudah terlalu lama bermain dan sekarang waktunya untuk makan siang.“Ayo, kita makan. Biar kakak yang traktir,” ajak Sarah sambil menggandeng tangan Shopia menuju food court, dan Sophia mengangguk senang dengan mata berbinarnya.“Sayang, apakah kamu sering bermain di sini?” tanya Sarah.“Sering, Kak. Bahkan hampir tiap minggu ke sini,” balas Shopia.“Tapi kenapa Kakak tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, padahal Kakak juga sering datang ke sini? Apa jamnya Shopia datang ke sini tak menentu?” tanya Sarah heran.“Mungkin Kakak datang ke sini hanya pada hari Sabtu ya?” tanya Sophia sambil menyeruput minumannya.“Iya, tapi bagai
Bab 3***"Yuk, jalan!" Ajak Riky."Gak ah, lagi males banget nih," jawab Nisa dengan santainya."Hmm..tadi aku lihat ada tas limited edition tuh. Kalau ada yang mau diajak jalan plus ngajak Sarah, kayaknya aku sanggup beliin tas itu," goda Riky, dan langsung saja Nisa tertarik dengan ajakan itu."Sar, sini," teriak Nisa saat melihat Sarah celingak-celinguk mencarinya. Ia memang pura-pura sok malas agar Riky memberikannya reward karena sudah mengajak Sarah bersamanya.Sarah menghampiri Nisa saat ia mendengar namanya disebut."Nis, kenapa tiba-tiba ngajak nonton? Ada apa, kok mau ngebagi tiket buat orang lain?" tanya Sarah curiga. Ia paham kalau Nisa itu adalah wanita terhemat di dunia."Hehehe, aku engga ngajak kamu nonton tuh. Ih, mana mungkin aku nonton sama kamu. Mending aku ngajak cowok aja, enak dibayarin segala," jawab Nisa seenaknya."Terus, kenapa kamu maksa aku kemari, huh?" tanya Sarah, dan Nisa menunjuk ke arah datangnya Riky yang tadi langsung menghilang saat Nisa memangg
***Suasana di kantor sangat sibuk, Sarah pun tak henti-hentinya mengurus hal-hal yang diperintahkan Kevin, sampai-sampai ia tak menghiraukan jam makan siangnya. Tepat pukul dua siang, akhirnya Sarah bisa rehat karena Kevin sedang keluar tanpa dia, katanya ada keperluan mendadak. Yups, Sarah bahagia bukan main karena ia bisa bernafas sebentar dari cengkraman bosnya."Kenapa, Sar, lemes gitu?" tanya Nancy. Nancy adalah sekretaris Kevin yang dibawa dari kantor sebelumnya. Kevin tidak mau orang sembarangan di sekitarnya, dan yang membuat Sarah heran sampai detik ini adalah mengapa dia bisa dipercaya menjadi PA untuk Kevin, padahal dia tahu bahwa Kevin Hadiwijaya adalah salah satu orang yang sangat ketat dan tak mudah untuk ditebak.Lamunan Sarah buyar ketika Nancy menepuk bahunya."Mbak nanya loh, kamu ngelamun terus. Mikirin apa sih? Berantem sama pacar?" goda Nancy."Apa sih, Mbak, mana ada pacar,” balas Sarah tertawa."What? Baby, kamu jomlo? Kasihan dong," goda Nancy sambil cekikikan
***Kevin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari para pekerja di rumahnya. Semua orang bilang bahwa anaknya, Sophia, telah berubah. Sophia menjadi anak yang baik, murah senyum, suka menolong, dan banyak berubah selama empat bulan terakhir ini. Hal ini membuat Kevin bertanya-tanya apa alasan di balik perubahan drastis Sophia."Pak, saya punya kabar. Katanya, Sophia sekarang sudah mulai ceria lagi dan selalu ramah kepada siapa saja. Pak Tono tahu apa yang membuat Kris berubah?" tanya Kevin."Iya, Tuan. Sekarang, Nona kecil sangat baik dan lebih ceria karena selama ini bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan dan dekat semenjak berkenalan di time zone saat bermain game," jawab Tono sambil tersenyum."Perempuan? Teman sekolahnya?" tanya Kevin."Bukan teman sekolahnya, Tuan. Tapi ini perempuan muda sekitar umur dua puluhan, mungkin nona kecil menganggap perempuan ini pengganti sosok ibunya. Tenang saja, Neng Sarah tidak tahu identitas nona kecil anak siapa, dan sa
***Sarah menatap deretan barang-barang mewah di atas meja Kevin, ia tidak tahu kenapa Kevin menyuruhnya masuk ke ruangannya di saat jam makan siang.“Ini untuk apa, Pak?” tanya Sarah.“Semua ini untuk kamu, kalau ada yang tidak kamu suka, nanti Sean yang akan menggantikannya sesuai selera kamu,” balas Kevin.“Tapi saya tidak butuh semua barang ini, Pak," kata Sarah dengan keberatan."Kamu mau mencoba menolak apa yang saya berikan?” tanya Kevin tampak kesal."Bukan saya menolaknya, Pak. Tapi saya memang tidak terlalu membutuhkan barang-barang ini semua, saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang saya punya saat ini,” balas Sarah.Kevin mendengus kesal saat Sarah lagi-lagi selalu menolak apa yang ia berikan. “Saya sudah membeli semua ini, jika kamu menolak, saya akan membuangnya sekarang!”“Pak, ini kan masih bersegel, bisa dikembalikan, kan? Biar saya yang mengembalikannya. Saya memang tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah seperti ini, rasanya kurang pantas kalau saya