Setelah telur yang kubuat matang, mereka kusajikan di atas piring dan kutinggal mandi. Seusai mandi semua orang sudah bangun dan telur yang kurebus habis tak tersisa. Kak Aimi menghampiri kamarku, ia mengetuk pintu sambil cengengesan berterima kasih. “Eh iya, hari ini kami bawa mobil dari tempat kerja. Nanti berangkatnya bareng aja yaa?” “Eh gak usah lah kak, deket juga sekolahan.” “Udah gapapa sekalian.. Aku juga pengen liat sekolahanmu.” Normalnya seorang kak Aimi, ia terus memaksaku dengan berbagai macam alasan. Aku pun kalah untuk tetap pada pendirianku. “Ini parkir di depan boleh kan ya?” “Boleh kok kak.” “Apasih, Hikkun gitu aja tanya.” “Ya elah Mii, sinis amat lu, lagian bener dia tanya dulu. Masa mau seenak sendiri di jalan.” Sahut kak Usa yang membuat kak Aimi ngambek. Tak lama, aku turun dari mobil dan berterima kasih atas tumpangannya. Mobil itupun melaju pergi setelah kami saling menyemangati satu sama lain. Guru yang menggengam tongkat berukuran seda
“Lagi lihat apa?” Tanya kak Aimi mengagetkanku. Sambil cengengesan aku menjawabnya. Kak Aimi duduk mendekat sambil melirik ke ponselku. Aku terlalu fokus membuka media sosial yang kebetulan postingan milik Minami lewat disana, sampai lupa kalau aku tak sendiri disini. “Oh anak laki-laki itu udah punya pacar rupanya, pantesan aja sih..” “Pantes kenapa kak?” “Gini-gini aku juga cewek kan, aku waktu itu ngerasa aneh aja liat kamu, tapikan aku gak mau menyimpulkannya sendiri.” Drrrdd.. drrr.. ponselku bergetar kemudian, “Hei, aku di depan..” “Maksudnya?” “Buruan keluar aja, aku dah di depan kos.” Mendapat pesan mendadak dari Kyohei, aku buru-buru menghampirinya. Di setiap langkahku, aku berharap kalau itu hanya sebatas candaan. Tapi yang benar saja, dia benar-benar menunggu di depan kos sambil celingak-celinguk ke segala arah. Aku menarik lengannya agar kami tak mengobrol di pinggir jalan. “Kamu ngapain Hei kesini?!” “Nih.. buat kamu.” Ucapnya memberikan s
"Gimana, susah ya..” Kak Hikaru muncul, akhirnya ia masuk dan membantuku membangunkan kak Aimi. Dalam beberapa panggilan dari kak Hikaru, kak Aimi terbangun dengan cepatnya. Ia buru-buru berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Sesuatu yang aku usahakan sampai hitungan menit dengan mudahnya dilakukan kak Hikaru. Jelas aku kalah telak ini namanya. Aku kembali sambil terheran sampai akhirnya kami kumpul bersama di meja makan. “Tadi si Yuuki bangunin kamu tahu, kesian lama banget dia manggil-manggil, kamunya gak bangun sama sekali.” Terang kak Usa. Kak Shin yang selalu saja adu mulut dengan kak Aimi menyalahkannya karena membuatku repot. “Maaf maaf Yuuki, aku emang susah bangun ehehehe..” “Gapapa kok kak,” jawabku tersenyum kembali heran tentang kak Hikaru yang dengan cepat membangunkan kak Aimi. Tapi tak seorang pun dari mereka yang membahas lebih lanjut, aku sendiri pun tak berani untuk bertanya. Aku rasa, itu tak sopan. “Loh, mau kemana? Bukannya libur??” Tanya ka
Hari-hari penuh kesibukan membuat pentas seni sedikit lebih dekat. Semua anak menuruti kesibukannya masing-masing. Walau begitu, kami tak melupakan pembelajaran sih.. “Yuuki..” Panggil kak Imada. Kakak cantik itu berjalan menghampiriku dengan anggunnya. Aku menunggu kedatangannya sambil menyuruh Hiromi untuk kembali ke kelas lebih dulu. “Ada apa kak?” “Formulir pentas seni yang masih kurang udah dibawa ke ruang OSIS?” “Oh iya aku lupa belum ngomong, udah kak. Tadi pagi aku berangkat langsung kubawa ke ruang OSIS setelah terkumpul.” “Gitu? Oh ya oke deh. Makasih ya.” “Sama-sama kak.” Dia buru-buru pergi dengan map tipis di tangannya. Mungkin menuju ruang OSIS. Di persiapan pentas kali ini, OSIS kekurangan orang. Dan karena aku ingin cari kegiatan tambahan, aku ikut mendaftarnya. Awalnya aku takut kalau sampai bermusuhan lebih lanjut dengan kak Imada. Tapi ternyata lagi-lagi keadaan berjalan tak seperti yang kubayangkan. Kak Imada malah seperti orang yang berbeda p
Kringg.. kring.. “Selamat datang..” Kusampaikan senyum hangat untuk penjaga kasir. Hari ini adalah hari dimana kelanjutan cerita dari novel favoritku mulai dijual di toko buku. Sangat kunantikan, aku langsung mencarinya di toko buku yang biasa kudatangi setelah kegiatan sekolah selesai. “Yatta! Aku belum kehabisan!!” “Yuuki??” Panggil seseorang yang suaranya sangat kukenali. Bagaimana tidak kukenal, suara itu yang selama ini selalu bersamaku... Ya, dia Kyohei. Pacar Minami itu berdiri di belakangku memegang tumpukan komik. Karena tak ingin menimbulkan masalah, aku buru-buru ke kasir untuk membayar. “Hei, tunggu aku..” Serunya. Tentu saja aku memilih untuk mengabaikannya. Aku beruntung kasir sedang sepi jadi aku bisa langsung membayar tanpa perlu mengantri. Dan karena komik yang Kyohei pegang lebih dari dua buah, ia tak sempat mengejarku. Syukurlah aku bisa lolos. “Pagi!” “Selamat pagi cantik... Berangkat pagi ya?” “Apaan juga dah, umm iya nih mau ke OSIS dulu
“Nyesel darimananya sih, emang aku ada ngomong nyesel?” “Kamu kira aku gak tahu??” Jari telunjuk Minami sudah berada di depan wajah Kyohei yang menunduk menatap dalam mata Minami. “Kamu akhir-akhir ini selalu merhatiin Yuuki loh!” Kyohei kaget mendengar ucapan itu. Ia melihat wajah Minami yang memerah. Terlihat jelas amarah sedang memburu dalam diri remaja itu. Dengan cepat, Kyohei memeluknya, seakan tak pedulikan dimana mereka sedang berada sekarang. “Gak gitu.. Maaf,” lirih Kyohei yang tak lama ia lepas pelukannya karena terdengar langkah kaki mendekat. “Rukun banget ya pasangan satu ini~” Ucap Shima meledek. Ia tak mendapat jawaban apapun karena Kyohei menarik Minami untuk pergi dari sana setelah melemparkan tatapan sinis untuk Shima. “Kamu itu loh Ma, suka banget ngeledek Kyohei ya...” Ujar Takumi menggelengkan kepalanya. Shima menyeringai tak memberi Takumi jawaban. … “Kami tunggu kalian di agensi kami.” Ucap laki-laki berjas rapi tersenyum dengan hangatnya.
“Hei hei Kyohei!” “Ah iya, gimana?” “Dipanggil juga dari tadi. Itu loh, Minami udah nungguin kamu di halaman belakang.” Kyohei pergi, ia lepaskan pandangannya akan Yuuki Shima. Dia berjalan terburu dengan mengerutkan keningnya. Sepertinya hal ini hasil dari melihat Yuuki yang tetap terlihat bahagia walaupun ditinggal olehnya. Mata yang seakan memburu mangsa, mulutnya bergumam, “Kutandai itu orang.” … Selepas semua pekerjaan tuntas, aku duduk bersantai. Kusenderkan kepalaku di sandaran kursi mengarah ke langit yang masih cerah. Kedua mataku kupejamkan saat angin berhembus. Bayangan-bayangan tak berguna mulai menjalar di pikiranku. Aku meratapi perasaan yang sedang merindukan Kyohei. Hal mana yang terlewat sampai pertemanan kami jadi seperti ini.. Apa hal seperti ini akan berlaku juga jika yang pacaran itu aku? Apa iya, semua yang sudah kita lalui bersama itu terasa sia-sia buat dia?? Berputar-putar otot kepalaku semakin menegang rasanya. Sampai,, “nggak panas,
“Eh! Kita foto dulu yuk sebelum naik panggung!” “Wah, ide bagus.” Ujar Shima bersemangat, hal ini juga disetujui oleh yang lain. CEKREK!!! --- “Yah, yang paling ditunggu-tunggu oleh pecinta band nih!! Kaze band! Kita beri sorakan meriah!!!” Semakin tak terkendali tanganku gemetar lebih hebat. Tak tak tak.. suara stik drum kak Kenta mulai memimpin. Aku dan gitar listrik milik kak Masao turut masuk bersama mengikuti ketukan drum yang cepat. “Itsumo itooshii fushigi na hitomi zurui yo ne~” Lagu dengan judul Koiiro milik Mosawo kami pilih sebagai opening. Dengan lihainya, suara Shima si anak populer itu meraih seluruh hati penonton. Bagaimana tidak, kami memilih lagu cinta sedalam ini apalagi Shima yang jadi vokalis. Teriakan penonton semakin kudengar samar, aku lebih fokus pada teman bandku yang terlihat lebih senang daripada saat latihan. Ini.. terlalu menyenangkan untukku. “Encore.. encore!!!!” Seru penonton dengan antusias setelah semua lagu sudah kami b