“Begitukah?” ucapnya solah mengejek. Kau tak ingin terlibat apa pun dalam pertengkaran mereka. Jadi, kau lebih memilih diam dan mendengarkan. Kalaupun aku tahu, tentu bukan ranaku untuk ikut campur. “Pikirmu kami tidak punya hati? Lalu, bagaimana dengan Cedrick yang sudah mengabdikan dirinya untukmu? Bagaimana pengorbanannya selama ini untukmu? Jangan lupa, Lun, kau sudah memiliki dua anak darinya.” “Itu kecelakaan!” Untuk sekali lagi, Paman Isa tertawa. Kecelakaan katanya? Apa itu berarti aku adalah sebuah kecelakaan yang tidak diharap? Cukup emiris, sebenarnya. Mengingat kehadiran di dunia ini bukan murni karena diinginkan, melainkan terpaksa menerima. Kalau aku tahu sejak awal, tentu tidak akan menerima begitu saja pelukan dari Mom. Aku tak akan mau untuk menerimanya sekalipun beliau memaksa. Tidak akan! Dan tentu aku lebih memilih untuk hidup sendiri saja aklau tahu begini. “Lihat wajah hasil kecelakaanmu!” Sperti yang diperintahkan pada ibu, beliau menoleh ke arahku. Jadi,
Aku masih setia melihat mereka dari dalam. Tak ada niat sedikit pun untuk memisahkan mereka. Namun, tak kupungkiri juga jika mereka mengkhawatirkan. Mom mulai terlihat menahan amarah yang tertahan. Entah karena disudutkan, atau apa pun. Dari pembicaraan mereka, aku menyimpulkan jika Paman Isa tak terlalu menyukai Mom.Jika tak menyukai, kenapa reaksi Paman sangat tidak sinkron begini? Tadi pagi aku masih mendapatinya memperlakukan Mom dengan baik. Tak hanya itu, tak ada sedikit pun tanda bahwa beliau membenci Mom. Seharusnya jika sejak awal beliau tak suka, menunjukkannya sejak tadi tak akan terlihat ganjil.“Kau! Menyesal aku mengubah sikapku selama ini padamu, Lun! Harusnya kau tetap membencimu sejak dulu.” Paman Isa berkata lagi, dan isinya tetap menyudutkan ibuku.Sebenarnya, apa yang telah terjadi di antara mereka semua? Aku tahu Mom memiliki pasangan yang terpaksa untuk menerima, tetapi bukan seperti in
Tubuh kecil ibuku digendong ala pengantin olehnya. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan ke arahku. Akhirnya, aku bisa melihat bagaimana rupanya itu. Rupa yang selama ini belum pernah kulihat secara langsung.Rupa yang tegas, dengan tatapan teduh dan mata merah menatapku. Wajahnya rupawan, dengan kulit putih pucat khas vampire. Serta, badan tinggi tegap dan membuatku ingin sepertinya. Dari semua hal itu, aku membenarkan perkataan mereka. Melihatnya membuatku seperti berkata dan mendapati wajahku dalam versi dewasa.Ah, aku terlalu memuji.“Senang bertemu denganmu, Dav. Tak kusangka kau sudah sebesar ini.”Astaga! Beliau tersenyum dan menghampiriku. Aku yang masih lemas tentu tak bisa berbuat apa pun untuk membalasnya. Jangankan untuk berdiri menyambut kedatangannya, menjawab ucpannya saja aku merasa tak mampu.“Dia tumbuh dengan hebat!” ucap Mom. Ayahku me
“Paman Sean sudah bertemu pasangannya, Dad,” jawabku.Mom dan Dad terdiam. Mereka sama sekali tidak membuka suara setelahnya, dan aku pun begitu. Kebiasaan untuk tidak banyak bersuara sepert sudah mendarah daging di hidupku. Dulu, aku enggan bicara karena setiap kali melakukan hal itu, ejekan akan kuterima. Bahkan lebih buruknya pukulan demi pukulan kurasakan. Namun, kini aku suah normal, dan kebiasaan itu terbawa hingga sekarang.Kalau saja Mom dan Dad tahu, apa yang akan mereka lakukan? Sedangkan Mom saja selalu mengucap maaf.Aku menyadari, semua hal ini bukan keinginannya. Kami dipaksa oleh keadaan dan tak bisa mengelak. Oh, haruskah aku bersyukur karena hal itu?“Mom, Dad, kalian tak kaget mendengarnya?” tanyaku.Nyatanya, aku tak betah akan situasinya dan memilih untuk membuka mulut. Aneh juga. Setahuku, mereka cukup ekat. Bahkan menurut cerita, Pama
“Mom, siapa yang memberiku nama ini?” tanyaku. Entah apa yang kupikirkan saat menanyakan hal itu, pertanyaan yang terlintas begitu saja di benakku.Seama ini, aku hanya bias berasumsi dengan pemikiran yang tak jelas. Davian adalah nama mantan pasangan Mom, yang akhirnya meninggal di tangan ayahku. Kemungkinan terbesar adalah karena itu Mom menjadi pasangan Dad, dan menghasilkan aku serta Daphne.Untuk pertanyaan kenapa Paman Davian masih berkeliaran sampai sekarang, aku akan mencari orang yang tepat untuk kumintai jawaban. Tak mungkin aku menanyakannya pada Mom, karena pasti beliau amat terpukul. Mom adalah orang yang tersakiti di sini, jadi aku tak mau menambah beban hatinya.“Aku yang menamaimu,” jawab Dad.Aku mengangguk.Ah, tunggu! Kenapa aku baru menyadari jika Dad yang berbicara? Dengan cepat, aku menatap Dad seolah meminta jawaban lain. Tak peduli
Ada banyak hal yang kupikirkan saat perjalanan menuju kastil. Semua hal tentang keluargaku, Paman Isa yang membenci ibuku, juga kenapa ayah yang menjemput kami. Selama ini kupikir ayah ke mana, tetapi melihat beliau ada, semua pemikiran itu lenyap.Setelah pembicaraan Panjang itu, kami hanya diam. Apalagi Mom. Beliau sama sekali tak mengeluarkan suara, pun dengan Tindakan. Kalua saja aku tidak ingat beliau Sudha menjadi vampire, pasti aku mengira beliau adalah mayat yang diawetkan.Vampire tidak berkedip jika ingin. Mata mereka tidak memerlukan air mata yang dihasilkan setiap kali berkedip, untuk melembapkan bola mata mereka. Mereka juga tidak butuh gerakan paru mengambil udara—atau manusia biasa menyebutnya sebagai bernapas. Dari semua hal itu, tidak adanya tanda kehidupan membuat keberarasaannya terlihat mati. Apalagi dengan warna kullit yang pucat.Jalanan sunyi membuatku ingin berpikir lebih banyak lagi. Sampai
“Jujur saja, Dad, aku tidak ingin membayangkan sesuatu yang berlebihan. Bisa tinggal dengan keluarga tanpa masalah saja sudah mampu membuatku puas. Untuk Dad, hidup di wilayah netral mungkin sebuah pilihan yang bagus. Tapi untukku yang belum mengetahui apa pun tentang banyak tempat, menetap di wilayah netral adalah sebuah hal yang harus dipertimbangkan.” Tidak salah dengan ucapanku, kan? Bagiku, hidup di wilayah netral berarti aku harus menyesuaikan diri dengan banyak hal yang baru. Terutama tentang teknologi yang manusia ciptakan. Melihat Daphne dan Mom yang begitu mahir menggunakan benda kotak itu, membuatku berpikir banyak. Hal itu mungkin hanya sedikit saja dari yang mereka miliki. Aku sudah melihat begtiu banyak, tetapi di dalam hati justru berkebalikan. Rasa-rasanya semua itu tidak ada apa-apanya sama sekali. Para manusia dan barang ciptaannya masih membuatku penasaran dengan sebanyak apa benda yang sudah mereka ciptakan. Kalau boleh jujur, aku ingin sekali melihat lebih banyak
Setelah Dad mengatakan akan melatihku, beliau tak main-main. Aku dibawa ke kastil, dikenalkan pada para penghuni di sana yang kebanyakan memandangku dengan tatapan sinis. Banyak dari mereka adalah vampire kelahiran baru. Mereka direkrut Dad karena tak ingin mereka dimusnahkan.Bagi keluarga keturunan murni, vampire kelahiran baru adalah bencana. Mereka tidak bisa dikendalikan dan bisa menyebabkan pembantaian masal. Mereka cenderung tidak memiliki pengendalian diri dan berakhir dengan menghabisi aroma darah yang terjangkau oleh mereka.Untuk mengendalikan para vampire kelahiran baru ini, para vampire bangsawan dan keturunan murni melakukan pencegahan. Setiap ada vampire kelahiran baru di wilayah mereka, sang pemilik wilayah diharuskan memilih di antara dua pilihan, yakni memberlakukan kontrak darah dan menjadikan mereka bawahan, dengan catatan bertanggung jawab dengan semua hal pada mereka, atau membunuh mereka dengan memusnahkannya.&