“Ahh…” Sena terbaring di padang rumput dengan tubuh yang panas dan penuh keringat. Setelah Latihan silat hampir setengah hari tanpa henti dengan Raksha, akhirnya dia mengistirahatkan tubuhnya sejenak seraya mengatur napasnya.Sena sejenak memejamkan matanya. Walau hembusan angin yang sejuk yang menenangkan jiwa dan raganya, dia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya untuk menghadapi ujian akhir yang akan diadakan dua hari dari sekarang.Raksha kala itu tengah duduk di sebelah Sena yang tengah terbaring. Tubuhnya dipenuhi keringat seperti Sena, tetapi dia masih bugar karena Kanuragan Ozora di dalam tubuhnya menyokong sebagian besar staminanya. Dia pura-pura terlihat lelah agar Sena tidak curiga.Semenjak Raksha dan Chandra memutuskan untuk bekerja sama, Raksha mengerahkan Asoka untuk menyelinap ke ruangan guru besar Padepokan Udayana, yakni Krisnobroto, untuk memantau rencana mereka terhadap Chandra.Sampai saat ini belum ada kabar sehin
Raksha berjalan serentak bersama Sena dan 150 pendekar muda lainnya dari alun-alun kota Udayana. Setiap Langkah mereka di sambut riuh penduduk kota yang mengerubungi di pinggir jalan utama.‘150 pendekar ini terlalu sedikit’, pikir Raksha dalam hati. Kalaupun di ujian terakhir nanti 150 pendekar muda ini berhasil menjadi prajurit Kanezka, jumlah itu tidak cukup untuk menambah kekuatan Kanezka. Rencana Chandra memang jitu, tetapi Raksha tahu kalau hal itu tidak akan cukup untuk menghentikan kezaliman Kanezka.“Semoga kalian menjadi Pendekar Pedang Cahaya yang tangguh!”“Berjuanglah! Semoga berhasil! Hancurkan para siluman agar hidup kami kembali tenteram!”“Bantai semua Pendekar Dunia Arwah! Kita berhak hidup tenang!”Seruan para penduduk yang menyemengati disambut penuh sukacita oleh para pendekar muda, terutama Baswara yang daritadi memamerkan senyum dan tampang arogannya, seolah-olah dia sudah menja
“Baswara! Apa-apaan ini?! Kalian hanya membuang-buang waktu!”Sena yang sudah kepalang kesal meluapkan amarahnya. Namun Baswara dan anak buahnya malah menertawakannya.“Kita ini sedang di tengah ujian! Apa kau tidak sadar kalau Anugerah Dewa Kartikeya tengah menekan kita semua?! Nyawa kita semua terancam kalau kalian bertingkah seperti ini?!” sentak Sena lagi, berharap agar Baswara mau memahami kondisinya.“Persetan dengan itu semua! Ujian ini bisa kulalui dengan mudah! Tapi tidak akan pernah aku rela melihat kalian lulus!” balas Baswara murka.“Walaupun itu bisa membuatmu ikut gagal juga?! Dasar gila! Kalaupun kau ada masalah denganku atau Raksha, lebih baik kita selesaikan dengan jantan di luar ujian ini! Jangan disini, dungu!”“Kau takut, Sena?! Kau takut, kan?! Hahahahahaha! Aku tahu kau takut! Rasakan! Itulah akibatnya karena kau melawanku! Jangan salahkan aku! Salahkan si gembel tua itu ya
“Sena, ayo!”Raksha menarik Sena yang masih kebingungan. Diantara gerombolan Baswara yang berlarian menuruni anak tangga, Raksha malah menarik paksa Sena untuk lanjut naik anak tangga menuju puncak kuil.“Raksha! Jangan! Ada siluman aneh itu! Dia sepertinya bukan siluman yang bisa diremehkan!”Sena menahan tarikan Raksha karena cemas. Dia menahan Raksha lebih kuat saat melihat Suja baru saja membanting dan menendang kuat pendekar muda yang berlarian menghindarinya satu persatu. Setiap pendekar muda yang habis dihajar olehnya langsung kehilangan kesadaran.“Ini kesempatan kita, Sena! Aku tahu ini berbahaya, tapi kita harus melaluinya!” tegas Raksha.Sena masih khawatir, tetapi dia tidak mau mengecewakan Raksha dengan rasa takutnya. Dia dan Raksha sudah berjanji untuk berhasil di ujian ini apapun tantangannya. Setelah dia menelan semua ketakutannya, dia pun ikut berlari Bersama Raksha menaiki anak tangga kuil.
“Dimana anakku?!” seru Gesang tidak sabar sembari beranjak keki. Para petinggi padepokan yang berada di selasar timur tampak gagap melihat kekesalan Gesang.Krisnobroto pun ikut beranjak karena sama paniknya. Harsa yang menyadari hal itu berderap lari meninggalkan pasukannya lalu segera melihat ke anak tangga untuk memastikan Baswara tengah berjalan ke puncak kuil, tetapi hasilnya nihil.Puluhan pendekar muda yang sudah berbaris rapi di tengah puncak kuil tampak keheranan dengan riuh di kalangan petinggi padepokan. Sena pun merasakan hal yang sama.“Kenapa ritual pelantikannya belum dimulai?” bisik Sena.“Mereka masih mencari orang yang paling penting di ujian ini.” balas Raksha.Sena terdiam sejenak lalu tersadar apa yang dimaksud Raksha. “Mereka menunggu Baswara? Aku ragu kalau dia bisa bertahan setelah diserang siluman kuat itu.”Raksha hanya mengangguk.“Apa kita perlu memberit
“Serang sesuai rencana, Asoka, Suja.”Perintah Raksha terdengar lugas di dalam kepala Asoka dan Suja. Perintah tuannya itu langsung menggerakan Asoka dan Suja berlari melesat ke arah pasukan Kanezka dan puluhan pendekar muda.“Lindungi Tuan Gesang dan Petinggi Padepokan!” seru salah satu prajurit Kanezka disana.Sena terdiam kaget melihat Asoka yang ternyata menerjang kerumunan pendekar muda. Lima pendekar muda yang ada sekitar 50 kaki didepannya itu terpental hanya dengan satu tendangan kuat Asoka. Tatapan Asoka menajam saat sadar kalau Sena tengah melihatnya.Sena reflek mengangkat kedua tangannya. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans yang memancar di lengan kanannya seketika membentuk perisai perak yang kokoh, tetapi tidak cukup kuat menahan tendangan lutut Asoka yang datang menghantam. Sena terpental sejauh 10 kaki dengan perisai perak yang penyok.Baru saja Sena hendak bangun, Asoka datang dengan cakar yang hendak mengoya
“Suja, Asoka, bersiaplah mundur sesuai rencana.” perintah Raksha dalam hati.“Siap, Yang Mulia.” balas Suja dan Asoka bersamaan terdengar didalam kepala Raksha.Raksha melihat Chandra masih berjuang menahan pukulan dan tendangan Suja yang kuat dengan perisai dan pedangnya. Di tengah aduan serangan yang intens itu, Chandra lengah karena luka yang tengah dia derita sehingga Suja berhasil mencekiknya kuat.Perisai Chandra lepas dari genggamannya, tetapi dia masih menggenggam pedang peraknya sekuat yang dia bisa. Krisnobroto dan Gesang yang ada di belakangnya tampak cemas dengan kondisi Chandra yang wajahnya perlahan membiru karena kekurangan napas.Di tengah keterdesakan itu, Raksha pun tiba. Dia meloncat tinggi lalu menusuk kedua pundak Suja dengan keris gandanya.Suja mendadak limbung. Dia terpaksa melepas Chandra yang langsung terbatuk keras, berusaha meraup sebanyak udara yang dia butuhkan.Raksha menyeret keris pera
“Raksha!”Sena buru-buru menghampiri lalu merangkul Raksha yang hampir terjatuh. Kecemasannya kian menjadi melihat lengan kanan Raksha yang terkilir.“Jangan bergerak, biar aku bantu sembuhkan.” Sena perlahan meraih lengan kanan Raksha. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans yang memancar dari telapak tangan kanannya itu memberikan sensasi dingin sehingga rasa perih yang terasa di tangannya lambat laun redam.Raksha belum berkomentar apapun. Dia melihat prajurit Kanezka tengah kelimpungan merawat sesama rekannya yang terluka, termasuk para petinggi padepokan. Tidak ada pendekar muda yang tewas, tetapi mereka mengalami luka serius.Di tengah kekacauan itu, Krisnobroto pun mengacungkan tangan kanannya tinggi ke arah patung Dewa Kartikeya. Dia memejamkan matanya agak lama untuk berkonsentrasi sampai akhirnya sepanjang lengan kanannya memancarkan cahaya perak terang.Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans milik Krisnobroto membuat dua m