Share

Bab 8. Cintaku Dimasa Lalu

"Demi apa pun itu jahat banget sih, Than!" komentar Devian setelah mendengar cerita Nathan saat di masa lalu antara dirinya dan juga Aruna. "Pantes aja dia marah dan dendam banget sama kamu, aku juga kalau ada di posisi dia jelas akan marah dan dendam! Itu udah termasuk bullying! Belum lagi body shaming! Aku tidak menyangka kamu akan sejahat itu, Than."

"Aku tidak pernah bermaksud menyakiti dia, Dev! Walau dulu dia gendut, jujur saja waktu itu aku beneran jatuh cinta sama dia! Gak peduli dengan bobot tubuh dia yang berisi, aku suka sama dia! Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau menjadi bahan bullyan teman-temanku jadi aku melakukan itu!" sahut Nathan membela diri.

"Tapi tetap saja itu keterlaluan," jawab Devian.

"Aku tahu itu keterlaluan! Aku juga sangat menyesal! Waktu itu aku juga ingin meminta maaf, tetapi dia tak datang ke sekolah," jawab Nathan membela diri.

"Dia tidak datang ke sekolah?" tanya Devian.

Nathan memberikan anggukan kepala pelan mengiyakan. "Aku bertanya pada teman sekelasnya, tetapi tidak ada yang tahu dimana rumahnya. Ada dua orang sahabatnya yang tau rumahnya dimana, tetapi mereka tidak mau memberitahu dimana rumah Lia berada. Mereka takut aku semakin gila mengerjai Lia jadi mereka tidak mau bicara, padahal aku sudah meyakinkan mereka," ucap Nathan lagi.

"Lia?" Dahi Devian mengernyit.

"Saat SMA, semua orang memanggilnya dengan panggilan Lia. Makanya kemarin saat di club aku tidak menyadari jika itu dia. Dia dipanggil Aruna dan lagi, badannya kini sudah sangat berubah, tidak seperti dulu yang chubby menggemaskan. Sekarang dia kecil dan terlihat jauh sangat berbeda."

"Terus? Bagaimana? Dia pindah sekolah?" tanya Devian.

Kedua bahu Nathan terangkat. "Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia putus sekolah di tengah jalan."

"Apa?" Devian menatap Nathan dengan tatapan kaget.

"Dia atau pun keluarganya tidak ada yang datang ke sekolah untuk mengurusi surat kepindahan. Aku juga sudah bertanya pada kepala sekolah dan kepala sekolah mengatakan keluarganya tidak ada yang datang untuk mengurus. Aku juga sudah mendesak teman dekatnya untuk membuka mulut, tetapi mereka tetap menutup mulut mereka rapat," jelas Nathan.

"Dia pasti mengalami trauma yang sangat berat sampai tidak mengurus kepindahan sekolahnya dan berhenti di tengah jalan," ucap Devian, "Dia pasti sangat membencimu, dia bahkan masih mengingatnya sampai sekarang dan membalasmu dengan cara yang sama juga. Mempermalukanmu di depan umum. Kalau aku jadi dia, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama, membuatmu malu sama seperti yang aku rasakan! Dia pasti sakit hati banget, cinta tulusnya berbalas rasa sakit."

Nathan mengusap wajahnya begitu sangat frustasi.

"Aku juga yakin jika dia pasti mengalami masa yang sulit. Setelah mendengar ceritamu ini, aku yakin dia berusaha mati-matian untuk menurunkan berat badannya dan merubah cara hidupnya agar tidak kembali diinjak. Kamu bilang dulu dia gadis yang lugu bukan? Dan sekarang? Dia bekerja di club malam! Terlebih ternyata dia juga minum sekarang! Aku yakin semua itu pasti karenamu!" ucap Devian menatap Nathan dengan tatapan yang sangat kesal.

Ia begitu sangat tidak menyangka jika sahabatnya itu pernah melakukan kejahatan seperti itu.

"Aku tidak menyangka jika efeknya akan separah ini, Dev!" Nathan memegang kepalanya masih sangat begitu frustasi. Tak menyangka jika akan kembali di pertemukan kembali dengan cintanya di masa lalu tetapi dengan cara yang tak bisa dibayangkan.

"Terus bagaimana dengan rencanamu tadi, huh? Masih tetap ingin balas dendam pada dia?" tanya Devian dengan dagu yang terangkat.

Nathan kembali menatap Devian dengan lidah yang kelu. Dia memang begitu dendam saat setelah dipermalukan, tetapi setelah tahu jika itu adalah cintanya di masa lalu, mendadak hatinya melemah.

Sampai detik ini, jika mengingat Arunalia, ia selalu merasa sangat bersalah dan berharap bisa memperbaiki semuanya. Sejauh ini, hanya Aruna lah yang mampu membuatnya nyaman. Walau dulu bobot tubuh Aruna lebih besar darinya, tapi ia menyukainya, ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu.

"Aku tidak mau ikut campur, Than. Hidupnya pasti sudah sangat berantakan karenamu. Dia pasti mengalami masa yang sulit, aku tidak mau mempersulit lagi hidupnya. Aku masih punya hati! Aku tidak mau menghancurkan hidup seseorang. Jadi lakukan saja rencanamu itu sendirian," ucap Devian.

"Apa kau pikir setelah mengetahui dia siapa aku akan tetap melakukan rencana konyol itu, huh?" tanya Nathan dengan mata yang menyipit menatap Devian dengan tatapan tajam. Matanya mendelik sinis, "Aku sudah pernah melakukan rencana gila dengan menyakiti hatinya dan aku menyesali semua perbuatanku, mana mungkin aku melakukannya sekali lagi! Aku juga masih waras, Devian!"

"Siapa tahu kamu masih ingin membalaskan dendam karena sudah dibuat malu," sahut Devian.

"Aku tidak sejahat itu!" jawab Nathan masih menatap Devian dengan tatapan kesal.

"Ya sudah kalau begitu, karena tidak ada rencana berarti masalahnya selesai." Devian beranjak dari duduknya, "Selesai hanya untukku, kamu harusnya tidak karena seharusnya kamu menyelesaikan dulu masalah di masa lalu dengan meminta maaf pada dia."

Nathan diam tak menjawab.

"Tapi … serius dulu kamu pernah suka dengan dia? Dengan wanita yang … mempunyai tubuh seperti ini?" tanya Devian seraya menunjuk foto yang berada di atas meja.

"Kenapa memangnya?" tanya Nathan.

"Aku sedikit tidak percaya jika kamu benar menyukai dia. Selama ini, kamu mempunyai banyak kriteria untuk dijadikan kekasih."

"Karena perempuan yang sekarang dekat denganku kebanyakan munafik! Mereka hanya membutuhkan uang, sedangkan Lia, dia tidak sama seperti yang lain! Dulu dia begitu tulus mencintaiku dan aku merasakan bagaimana rasanya dicintai. Dia berhasil membuatku nyaman! Walau gemuk, tapi dia cantik di mataku! Sekali lagi kamu berani menghina tubuhnya, aku patahkan lehermu! Apa kamu tidak melihat kalau di sini dia terlihat sangat menggemaskan!" ucap Nathan seraya memperlihatkan foto di atas meja.

"Cih!" Devian mendecih saat kini Nathan malah membelanya. "Ya sudah kalau begitu, segera selesaikan masalahmu, tapi jangan libatkan aku. Aku kembali ke ruanganku." Devian akhirnya langsung keluar dari ruangan Nathan. "Menyusahkan saja kerjamu!" gumam Devian.

Nathan mengerucutkan bibir saat dengan tak sengaja mendengar gumaman Devian. "Apakah dia benar asistenku? Cih! Berani sekali dia mengatakan seperti itu. Apa karena dia sahabatku jadi dia berani mengatakan seperti itu padaku?" Mata Nathan memicing tajam. "Haruskah aku mencari asisten baru? Ck!"

Nathan kembali melihat foto yang masih dia pegang. Kemudian membalikkan foto itu dan membaca alamat dimana Aruna tinggal.

"Tapi aku memang harus menyelesaikan masalah yang belum sempat aku selesaikan di masa lalu," gumam Nathan, "Akhirnya … aku menemukan kamu, Lia."

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status