"Lyra, apa yang kau lakukan dengan berdiri disitu? Cepat duduk sebelum Nyonya Clara memarahimu!" Tutik kembali memarahi Lyra yang dia lihat hanya berdiri terpaku menatap ke arah Nyonya Clara dengan tidak sopan.Lyra menyadari apa yang baru saja dia lakukan, segera melangkah mendekat untuk mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di mana, mata Nyonya Clara tidak lepas darinya sembari mengikuti langkah kaki Lyra.Entah mengapa saat ini perasaan Lyra benar-benar tidak nyaman, saat menyadari pandangan mata Nyonya Clara terlihat memiliki maksud kepadanya.Setelah mendudukkan dirinya di kursi, Lyra kemudian mengangkat tatapannya dan menatap ke arah Nyonya Clara dengan takut.Nyonya Clara yang melihat Lyra sudah mendudukkan dirinya di kursi, melirik ke arah para pelayan yang ada di ruangannya, meminta para pelayan tersebut untuk keluar meninggalkannya berdua bersama dengan Lyra, termasuk Tutik yang juga ikut melangkah keluar dan menyisahkannya berdua dengan Clara..Mata Nyonya Clara yang t
Lyra berjalan gontai keluar dari ruangan dimana Nyonya Clara mengajaknya berremu, dengan air mata yang masih menetes dipipinya denagn mata sembab dan pipi yang memerah akibat tamparan yang dilakukan Nyonya Clara kepadanya, Lyra berjalam dengan tubuh yang sakit akibat perlakuan Nyonya Clara barusan kepadanya.Lyra mengusap wajahnya yang masih basah oleh air mata yang masih menetas membasahi pipinya, mencoba menarik nafas dalam agar tangisannya dapat terhenti sebelum seseorang mungkin melihat apa yang terjadi kepadanya.Saat melihat jika tidak ada sarptupun orang yang memperhatikannya, Lyra kemudian berjalan pelan untuk kembali ke kamarnya, Lyra bermaksud untuk membersihkan tubuhnya dan beristirahat sejenak melihat penampilannya ya g berantakan dimana mata dan pipinya yang membengkak akibat tamparan yang diberikan Nyonya Clara kepadanya.Dengan langkah cepat, Lyra berjalan menuju dapur untuk kembali kekamarnya yang berada dibagian dapur kediaman Raharja.Ceklek!Lyra membuka pintu kamar
Melihat Lyra tidak mengatakan apapun padanya, Max kemudian berjalan keluar tanpa berbalik sedikitpun dan meninggalkan Lyra yang masih berdiri terpaku melihat kepergian Max dari dalam kamarnya.'Apakah aku harus melawan Nyonya Clara yang memintaku untuk bercerai dari Tuan Max, tetapi bagaimana jika Tuan Max akan tetap memintaku untuk melayaninya saat kami sudah berpisah!'Lyra bingung, tidak tahu harus mengambil keputusan apa yang akan menentukan masa depannya, di satu sisi dia takut akan ancaman Nyonya Clara padanya, namun di sisi lain dirinya tidak mungkin membiarkan Max terus saja menyentuhnya tanpa adanya status pernikahan di antara mereka.Sudah cukup untuk Max memaksanya melayaninya tanpa adanya hubungan pernikahan di antara mereka, dan hal itu yang selama ini mengganggu pikiran Lyra, mengingat banyaknya dosa yang telah dia perbuat bersama dengan Max, walaupun Itu semua terjadi bukan karena keinginannya melainkan paksaan dari Max, yang tidak mampu untuk Lyra melawannya.Tok Tok To
pandangan mata Tuan Antoni seketika tertuju pada wajah Lyra yang memerah, melihat itu, Tuan Antoni mengerutkan dahi menatap tanya ke arah Lyra."Lyra, apa yang terjadi dengan wajahmu? Bagaimana bisa kamu mendapatkan memar merah seperti itu?" Tuan Antoni melihat dengan seksama kedua pipi Liyra memerah sebelum kembali membuka suara."Jangan coba untuk membohongi Ayah, Ayah tahu jika seseorang melakukan tindakan kasar kepadamu!" Tuan Antoni menggeram marah saat melihat dengan jelas memar di wajah Lyra, yang tidak lain bekas telapak tangan seseorang.Menandakan Jika seseorang telah melakukan tindakan kasar kepada Lyra, dimana dirinya tidak mengetahui siapa yang sudah berani untuk melukai menantunya.Melihat Lyra masih tidak menjawab pertanyaannya, Tuan Antoni kembali mendesak Lyra untuk mengatakan siapa yang sudah melukainya."Lyra, Ayah bertanya kepadamu, tetapi kamu masih tidak ingin menjawabnya. Ayah ingin tahu siapa yang dengan tega melukaimu?" Tuan Antoni menuntut jawab dari Lyra, na
Max, yang melihat Ayahnya Tengah berbincang bersama dengan seorang pelayanan saat ini menjadi istrinya, berjalan mendekat ke arah Ayahnya yang tengah berbincang bersama dengan Lyra."Ayah sebenarnya-.""Ayah, apa kalian sedang membicarakanku?"perkataan Lyra terhenti saat melihat suara Max yang berjalan menghampiri meja mereka.Lyra segera berdiri dari duduknya, untuk menyambut kedatangan Max yang menghampiri Tuan Antoni, dan kemudian memandang ke arah Max yang saat ini membuang muka darinyaTuan Antoni yang melihat Lyra masih berdiri didepannya, meminta Lyra untuk kembali mendudukkan dirinya saat melihat Max sudah duduk di kursinya."Lyra, duduklah kembali, jangan hanya berdiri diam disitu!" titah Tuan Anroni kepada Lyra, yang kemudian Lyra kembali menundukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Tuan Antoni dan juga Max.Max melihat teh yang ada di hadapannya hendak mengulurkan tangan hendak mengambilnya, untuk menuangkan di cangkir kosong yang ada di hadapannya, namun niatnya dihenti
yang berani melecehkan Lyra, seharusnya saat itu Max Tidak memperkosanya sehingga kejadian yang dilihat Tuhan Antoni di dapur tidak harus diketahuinya, dan membuatnya harus menikah bersama dengan Max.Max yang melihat sikap Lyra yang berani dihadapannya, menyunggingkan senyum tipis tidak menyangka jika sikap pendiam Lyra selama ini dia tunjukkan dihadapannya, ternyata bisa mengusirnha keluar dari dalam kamarnya.Mendengar perkataan Lyra yang mengusirnya, Max semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Lyra, yang membuat Lyra melangkah mundur hingga menabrak lemari pakaian yang ada di belakang punggungnya.Max, mengulurkan tangannya mengusap kepala Lyra,.sebelum melepaskan kain yang menutup rambut Lyra, sebelum Max mendekatkan wajahnya di leher Lyra menghirup aroma Lyra membuat Lyra merinding merasakan hembusan nafas Mqx di lehernya."Lyra, segeralah bersihkan tubuhmu dan setelahnya kembali untuk melayaniku!" titah Max, ditelinga Lyra.Lrya ketika berdiri menegang, mendengar apa yang baru saja
Entah berapa lama Max menyiksa Lyra didalam kamar mandi, namun beberapa saat kemudian Max keluar dengan menggendong Lyra dan meletakkanya di atas tempat tidur. "Istirahatlah, jangan sampai tubuhmu sakit saat aku kembali membutuhkanmu!" setelah mengatakannya Max kemudian menutupi tubuh Lyra dengan selimut, sebelum berbalik pergi meninggalkan Lyra. Di atas tempat tidur, Lyra yang tubuhnya merasa kelelahan perlahan membuka matanya yang memerah, Entah berpa lama dirinya menangis saat Max me aksanya melayaninya, namun Max sama sekali tidak merasa ibah, dan malah melakukannya berulang kali sehingga beberepa kali Lyra sempat tidak sadarkan diri.Tok Tok TokKetukan di pintu kamarnya menaydarkan Lyra, yang kemudian perkahan turun dari atas tempat tidurnya, bermaksud ingin mengenakqn pakaiannya sebelum berjalan meligat siapa yang datang menemuinya,Tok Tok Tok"Sebentar!" dengan suara parau, Lyra berteriak menjawab, takut akan disalah pahami saat dirinya terlambat membukakan pintu kamarnya.
"Max, kamu mau kemana malam ini?" nyonya Clara menatap sang putra yang melangkah keluar dengan oenampilan rapi yang membuat nyonya Clara menatap tanya putranya. Max menghentikan langkah kakinya, menoleh saat mendengar suara ibunya memanggilnya."Mom, Aku ingin keluar bertemu dengan Diego malam ini, aku juga sudah mengatakannya kepada Ayah, dan Ayah juga sudah mengizinkanku!" malam ini Max ingin bertanya kepada kedua sahabatnya, mengenai keputusan apa yang harus dia lakukan saat kekasihnya Jennifer akan kembali besok malamnya.Nyonya Clara mengangguk mendengar jawaban Sang putra, dan membiarkan Max melanjutkan langkahnya yang ingin menghampiri mobilnya."Em.. Baiklah. Ingat Max, jangan pulang terlalu larut, Mom tidak ingin jika kamu pulang dalam keadaan mabuk, dan kamu juga harus didampingi oleh sopir yang menemanimu pergi!"Nyonya Clara memperingati Max putranya mengingat jika dia hanya memiliki Max sebagai Putra satu-satunya, dan Jika sesuatu hal buruk terjadi kepada Max seperti bebe