Bab 50
******
Anesia berdiri di ujung tangga dengan perasaan syok, dalam sekejap wanita yang mereka sebut Grandma itu terguling dengan berlumuran darah akibat benturan itu.
Ia terdiam dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia syok sampai tak bisa berkata atau berteriak.
Sedang Alice yang datang dengan tergesa gesa dari dalam kamarnya, sangat kaget.
Ia berteriak histeris.
Dilihatnya, Grandma terkapar tak berdaya di lantai ujung tangga. Bajunya yang berwarna putih itu, sudah berubah merah. sebanyak itu darah yang keluar. sepanjang anak tangga terlihat darah segar wanita itu. Yang paling mengejutkan. Anesia, wanita yang bahkan belum mendapat maafnya kini berdiri di ujung tangga atas dengan tampak syok.
Alice langsung berlari dengan air mata yang langsung membanjiri. Ia memeluk Grandma sambil berteriak-teriak histeris. Semua pembantu
Bab 51*****"Sebenarnya, semalam aku mendengar sesuatu. Perbincangan antara David dan Anesia. Aku tidak ingat jelas apa yang mereka katakan. Yang intinya, David mengancam Anesia, dan dari perbincangan mereka aku tahu, bahwa mereka hanya berpura pura. Mereka tidak benar benar memiliki sebuah hubungan.""Apa? Apa yang kau katakan? Apa kau bercanda?" tanya Alice dengan raut kemarahan."Mereka tidak mungkin membohongiku, apa untungnya buat mereka? Nggak ada," tanya Alice tidak percaya."Hmm, aku tidak memaksamu untuk percaya, aku hanya memberitahu semua yang aku dengar. Aku tidak mengada ngada.""Nggak nggak, nggak mungkin!" Alice meremas rambutnya dengan kedua tangannya. Ia frustasi dengan semua masalah yang tidak dipahaminya sama sekali."Alice, aku merasa ini adalah rencana Anesia," ucap Laura pelan dengan sedikit penekanan."Apa maksudmu?" tanya Alice bingung."Maksudku_ maksudku... apa kau tidak pernah berpikir,
Bab 52Anesia memandang pijakannya yang baru saja terjatuh. Piramida yang disusunnya telah hancur berantakan."Huff, untung aku udah berhasil membukanya. Kalau tidak, aku akan kembali jatuh,"ucapnya dengan badan setengah tergantung.Anesia segera naik, namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saat ia mengerahkan kekuatannya, rasanya kepalanya ikut berdenyut dan hampur saja ia kembali terjatuh. Namun akhirnya berhasil.Ia melarikan diri.****'Huff, untunglah Grandma masih bisa diselamatkan walau kondisinya kritis. Aku harus menemui gadis itu, apa benar dia yang melakukan semuanya,' batin David."Hallo, gimana Lex? Apa kamu udah dapat petunjuk?" tanya David pada asistennya. Selepas kejadian itu, David langsung menghubungi Alex dan memcari tahu kebenarannya."Ya, saya menemukan sebuah petunjuk kecil Tuan. Sebuah anting yang tak tahu siapa pemiliknya. Saya akan segera menyelidikinya Tuan. Dalam satu dan dua hari ini saya aka
Bab 53"Pria arogan?" Seketika sekelebat bayangan David muncul di kepala Anesia kala mendengar julukan itu hingga membuatnya terdiam sesaat.Seketika ia langsung menggeleng gelengkan kepala"Akhhh Anesia, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memikirkan lelaki brengsek itu! Lupakan dia!" Anesia memukul kepalanya pelan, agar menyadarkan dirinya. Kemudian langsung pergi ketujuannya, dan melupakan perkataan beberapa perawat itu.***"Akhh, wanita itu, kemana sebenarnya dia melarikan diri? Kenapa Alex belum juga mendapatkan info apapun?" batin David sembari berjalan ke rumah sakit.Selepas kejadian Anesia melarikan diri, David menjadi sangat marah. Emosinya tidak dapat di kontrolnya. Ia tidak tahu, kemarahan seperti apa, ia hanya merasa sangat marah saat Anesia menghilang. Kemarahannya bahkan sampai pada para perawat yang merawat Grandmanya. Sedikit kesalahan akan membuatnya sangat marah."Kak David! Kakak dari mana aja, kata Dokter keadaan Gr
Bab 54Angin berhembus kencang menerpa wajah gadis cantik yang sedang melamun mencari ketenangan. Dipejamkannya mata, sambil berteriak, menghadap lautan dimana suara ombak bertabrakan dengan karang."Ahhhhh, aku benci kamu, David Edward. Kenapa? Kenapa kau bisa sekejam itu padaku? Kenapa kau harus muncul di hidupku yang suram ini dan menambah beban hidupku.. akkhhh aku sangat sangat dan sangat membencimu. Pergilah kau ke neraka dasar bedebah psikopat," teriak Anesia di pinggiran pantai dengan dada naik turun meluapkan semua emosi dalam dirinya.Sedangkan sejak tadi Azka hanya bisa memandangnya. Menatap indahnya ciptaan Tuhan. Ditambah terpaan angin di wajah yang membuat rambutnya melambai lambai menambah karisma kecantikannya. Azka tidak tahu apa yabg sedang dirasakannya, tetapi ia menyukai peraasan itu."Heyyy, sebenarnya ada apa? Siapa David?" tanya Azka.Anesia berbalik menatap Azka dengan senyum mengembang di bibirnya. Rasanya ia sudah lega.
Bab 55"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku terus memikirkannya," tanya David pada dirinya sendiri."Apa benar yang mereka katakan, bahwa aku mencintai Anesia. Nggak nggak, nggak mungkin aku bisa mencintai gadis ceroboh dan cerewet sepertinya. Ini pasti hanya karena aku tidak terbiasa. Aku setiap saat selalu mengganggunya, pasti itulah sebabnya."Akhhh, Anesia dimana kau saat ini. Bukan kau pelakunya dan dari awal aku sudah yakin bukan kau pelakunya. Kembalilah,"ucap David lirih.Sejak beberapa hari, ia bahkan tidak bisa menyelesaikan satupun masalah perusahaan, karena terus memikirkan Anesia.Darah yang ditinggalkan Anesia saat kabur, benar benar membuat David, tidak tenang memikirkannya."Gadis itu begitu cerooboh, bagaimana bisa ia hidup di luar sana. Pasti ia sangat ketakutan,"pikir David.*****"Anesia, apakah aku bisa menjadi sahabatmu?" tanya Azka."Tentu saja."'Aku akan pastikan kata sahabat it
Bab 56"Lepasin aku!! Tolong! Tolong!" teriak seorang gadis di dalam sebuah gubuk tua. Dia adalah Alice, yang dikelilingi oleh beberapa orang lelaki. Dengan tangan dan badan terikat juga mata yang ditutup dia berusaha untuk melepaskan diri, berteriak sekencang mungkin, sampai rasanya pita suaranya akan rusak karena teriakan itu.'Aku harus terus teriak, biar kak David bisa tahu keberadaan aku,'batin Alice."Tolong! Tolong! Kak David tolong Alice hiks hiks hiks, Alice takut hkks hiiks hiks. Tolongg! Siapapun tolong aku!!""Heyy gadis bodoh, jangan berisik! Ganggu aja.""Lepasin saya bedebah!! Brengsek kalian! Apa kalian tahu, kakak saya bisa ngabisin kalian semua karena kalian berani nyulik saya.""Hahahahha," terdengar tawa dari mereka semua."Uuhhh, takuuttt. Hahhaha, apa kamu pikir kami akan takut." Lelaki itu langsung membuka penutup mata Alice. Terlihat lima orang lelaki berada disitu dan itu malah menambah ketakutan Alice.
Bab 57Tatapan setajam elang itu mampu membius semua orang. Kelima preman itu telah dilumpuhkan atas perintah Alex.Ditatapnya satu persatu dari mereka."Satu, dua, tiga, empat,lima,"ucap David dengan melangkah perlahan sembari menghitung mereka yang berani berurusan dengannya."Apa kalian tahu, saya ini siapa? Saya adalah iblis pencabut nyawa bagi orang orang yang berani mengusik kehidupanku. Apa adikku tidak memperingati kalian?"Ampun Tuan, kami hanya diperintahkan oleh Nona Laura. Kalau tidak, kami tidak mungkin melakukannya,"ucap seorang dari mereka dengan bersimpuh di kaki David."Apa kalian pikir, permintaan maaf kalian dapat mengembalikan air mata adikku? Tidak, tentu tidak. Yang bisa kalian lakukan adalah menukarnya dengan darah dan nyawa kalian. Bagaimana? Apa itu sudah cukup. Hmm... sepertinya belum. Bagaiman jika ditambah, membuat mereka yang ada di foto ini sengsara seumur hidup. Yaaa, pasti itu akan sangat bagus kan,"ucap David
Bab 58"Pergilah kalian ke neraka!"'Dor dor dor dor'Laura seketika tersenyum."Aku berhasil hahhahah." Saat ia mendongakkan kepalanya terlihat tatapan tajam ke empat pria itu."Ahh, bagamana bisa? Aku sudah menembak kalian semua. Kenapa kalian tidak mati,"teriak Laura frustasi."Dasar wanita licik." Salah satu dari mereka langsung mengikat tangan Laura. Membuatnya tidak bisa berkutik."Kami sudah memberimu sedikit kelonggaran, tapi kau malah macam macam, dasar wanita tidak tahu diuntung.""Kenapa kalian tidak mati? Hahh?"teriak Laura frustasi."Karena pistol yang kau gunakan tidak ada peluru.""Hahahhahha," tawa mereka semua."Sial. Aku tertipu."~~~~"David, ampuni aku David!! Aku tidak akan melakukannya lagi hiks hiks hiksss." Sejak tadi Laura terus saja memohon pada David. David terus saja menyiksanya tanpa ampun.Ia mencengram dagu Laura. Terlihat darah yang telah meng