Bab 72
"Aku...."Anesia semakin gugup mendengar ucapan tegas Alex.Seketika Anesia menarik napasnya dalam. Dia tidak sanggup lagi memendam semuanya sendiri. Dia berbicara dengan lantang, "ya, aku mencintainya, sangat sangat mencintainya. Aku tidak tahu kapan aku mulai mencintainya, tapi sekarang cinta itu telah tumbuh dan bermekar dihatiku. Aku tahu, seharusnya aku tidak semestinya memiliki perasaan seperti ini pada seseorang yang bahkan mencoba membunuhku. Tapi, cinta ini benar benar rumit Azka, aku tidak mengerti."... aku ingin menghapus dia dan cintaku dari hati ini, tapi tidak bisa. Semakin aku mencoba melupakannya, cintaku malah semakin membesar padanya. Aku harus bagaimana melupakannya?aku bahkan sangat marah saat melihatnya bermesraan dengan empat gadis sekalipun. Aku benci itu. Rasanya aku ingin menyingkirkan tangan tangan nakal mereka dari David. Aku benar benar merasa cemburu Azka."... Sebentar lagi, aku bahkan akan menikah denganmu, tapi jiwaku masih milBab 73"Tidak, jangan berucap seperti itu Anesia! Jangan lupakan aku, aku juga mencintaimu!" tiba-tiba David datang dan berdiri tepat dibelakangnya. Mengenakan setelan jas dan membawa sebuket bunga mawar yang nampak indah ditangannya."David?" Seketika Anesia berbalik saat beberapa menit lalu memandang tubuh itu hanya melalui pantulan kaca."Apa yang kau lakukan disini? Hari ini aku akan menikah,"ucap Anesia bingung."Yah, kau akan menikah. Denganku! Bukan dengan yang lain," ucap tegas David."A_apa maksudmu?"gugup Anesia."Menikahlah denganku Anesia, aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Apa kau tahu? Beberapa hari ini bahkan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkanmu akan menjadi miilik orang lain. Aku tidak bisa! aku hampir gila Maka menikahlah denganku!" ucapnya sembari melangkah maju dan memberikkan buket itu untuk Anesia."Your grazy!!? aku akan menikah dengan Azka. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja." Anesia berbalik badan
Bab 74Nuansa putih dan beberapa peralatan kesehatan nampak terlihat disekeliling gadis itu. Selang infus, masih menancap ditangannya dan terus mengeluarkan cairan, yang membuat gadis itu kembali bertahan dari mautnya.Tatapannya sungguh dalam, ia tersenyum getir."Hah, sangat lucu. Aku masih hidup! Aku bahkan telah membuat surat perpisahan pada semua orang. Aku sangat malu," ucapnya"Kenapa aku tidak mati! Siapa yang menyelamatkan aku? Apa kak Alex? Apa dia benar benar sepeduli itu padaku sampai mau menemuiku dan percaya ucapanku yang selalu menyusahkannya. Akhhh!" Alice menghentak hentak kakinya di tempat tidur."Nggak, nggak, pasti bukan dia. Pasti yang nyelametin aku kak David. Yah pasti kak David." Alice terus menggelengkan kepalanya. Seketika Alice terdiam dalam lamunan."Ponselku!" Alice teringat akan ponselnya. Ia ingin melihat chatnya pada Alex, apakah telah mendapatkan sebuah jawaban atau tidak.Ponsel telah ditangannya, ditatapnya layar itu den
Bab 75Alex menyandarkan badannya di bathub, berendam air hangat memang sangat merilekskan badan. Ia kembali berpikir, "Bagaimana yah keadaan Tuan David saat ini? Apakah aku harus turun tangan untuk membantunya? Tapi... ini masalah percintaannya sebaiknya dia memyelesaikannya sendiri? Yahh, kali ini aku tidak akan membantunya. Dia juga tidak meminta padaku, pasti dia gengsi. Dasar keras kepala, sama seperti adiknya." Alex kemudian langsung melemaskan badannya dan menenggelamkan seluruh badannya.~~~'Anesia, maafkan aku yang baru menyadari cintaku selama ini. Aku akan kembali merebutmu. Aku tidak rela kau menikah dengan lelaki itu. Kau hanya akan menjadi milikku atau tidak seorangpun yang boleh memilikimu,' batin David. Es kutub itu akhirnya meleleh.Mobil sedan keluaran terbaru itu melesat dengan kencang, menerjang angin yang menabrak.Dengan semangat berkobar, David mengendarainya. Dia tidak ingin terlambat. Dia harus menghentikan pernikahan itu, lalu
Devil Heart Angel BAB 1 Kemilau mentari mulai menyinari seorang gadis yang nampak berlari kecil di lalu lalang pagi yang begitu sejuk. Dia tersenyum dengan raut kebahagiaan, hingga tatapannya seketika menyaksikan sebuah mobil melaju kencang ke arahnya, hingga dia seketika berteriak kencang dan ... Brakkk "Awwhh gigiku, oh Tuhan sakit sekali." Wanita itu beranjak bangun dengan memegang pipi bagian rahangnya yang terasa sakit. Dia meraung raung kesakitan.Jangan mengira mobil itu yang telah melakukannya. Tidak sama sekali, bahkan mobil itu tidak menyentuh seuntaipun rambut miliknya.Terlihat seseorang keluar dari sebuah mobil BMW dengan memakai kaca mata hitamnya. Terlihat sangat tampan di mata gadis yang saat ini tengah kesakitan itu. Seketika dia melupakan rasa sakitnya. Dia hanya bisa melongo.'Oh Tuhan, dia sangat tampan, pahatan sempurna sang pencipta. tinggi, bulu mata lentik, hidung mancung, alis yang tebal, rahang yang kokoh dan... dan... sangat berkarisma,' batin wanita it
BAB 2 **** Seminggu kemudian sejak insiden kecelakaan Anesia.Di Rumah, tepatnya di depan sebuah cerminseorang gadis tengah memandang wajahnya, bergumam tak jelas, hingga merutuki seseorang. mulutnya tak pernah diam walau sejenak. "Anesia, kau sangat cantik yah! Tapi kenapa kau terus menjomblo?" tanya Anesia kepada dirinya. Raut wajahnya terus saja berubah seakan memerankan sebuah drama. "Apa karena kau terlalu cerewet? Ohh, tentu tidak, cerewet itu adalah ciri khas-mu." "Terus kenapa yah? Apa karena kulitku tak seputih kakak? Hmm, mungkin saja. tapi kan aku nggak kalah cantik dari kakak, hmm gatau dehh." Anesia tersenyum melihat dirinya sendiri di cermin yang terlihat sangat konyol. Tiba-tiba saat Anesia melihat senyumannya. Senyum itu langsung sirna seketika. "Ya ampun, nggak kebayang aku, kalau gigiku sampai ompong. Pasti sangat jelek, ini semua karena Pak Turis itu, tunggu aja kalau ketemu, kubenyek benyek tuh orang, sampe nggak kebentuk lagi." "Siapa 'sih, yang mau
BAB 3 Pantai merupakan destinasi wisata yang sangat banyak dikunjungi para wisatawan untuk berlibur atau hanya sekedar untuk melepas penat. Begitu pula Anesia dan ketiga temannya Fani, Ziha dan Andi. Mereka berkumpul di sebuah Rumah Makan yang berada di Pesisir Pantai. menghirup udara Pantai yang sangat dingin sambil bercanda dan tertawa. Sampai akhirnya mereka puas dan bahkan melewatkan waktu berjam-jam hanya untuk tertawa."Ih, ini udah jam berapa, aku balik duluan yah. Takutnya mama ntar marah," ucap Andi."Ih, aku sama Ziha juga mau balik nih, kamu An? Belum mau balik? Mau kita anterin nggak?" tanya Fani menawarkan. "Nggak. Aku naik motor kok kemari. Kalian pulang aja duluan."Karena merasa suntuk, Akhirnya Anesia memilih untuk pulang juga setelah menghabiskan sisa makanan mereka.Saat menuju motornya. Dia melihat sesuatu yang tidak asing, yaitu mobil BMW gold yang sedang terparkir di depan sebuah restoran yang juga berada di area pantai. "Ini kan, mobil Pak Turis itu? Ia! B
BAB 4 Nimrat duduk melamun menunggu anaknya yang 'tak kunjung datang, 'tak ada rasa kantuk diwajahnya. Waktu telah menunjukan pukul tiga dini hari. Felisia yang menemaninya, sudah 'tak mampu menahan berat kelopak matanya. Ia masih saja mencoba menghubungi nomor adiknya yang tak kunjung terangkat. Sampai 'tak sadar ia telah menuju Alam Mimpi dengan masih terus berharap panggilan itu akan terangkat. "Nak, kamu dimana? Kenapa perasaan mama nggak tenang saat mikirin kamu," batin Nimrat dengan mata sayupnya.'Tak terasa waktu berputar dengan cepat, mentari sudah mulai menampakkan sinarnya dengan malu malu. Felisia terkejut mengetahui dirinya tertidur di sandaran sofa tempatnya menunggu Anesia, sedang Ibunya masih saja melamun dengan raut wajah lelah, sedih, dan khawatir. Hal itu kembali membuat Felisia menarik napas panjang. Dia ingin marah saat melihat kondisi ibunya. Anesia benar benar keterlaluan, batinnya. "Mah? Mama nggak tidur semalam? Kok Mama nyiksa diri Mama sih, paling Ane
Bab 5 Sehari setelah Anesia menghilang. Seorang pria dan wanita tua sedang berjalan menyusuri pinggiran sungai untuk mencari kayu disekitarnya Saat mereka beranjak pergi, tiba tiba tatapan wanita tua itu nampak melihat seseorang sedang terkapar tidak sadarkan diri dan itu adalah Anesia. "Pak, itu manusia pak! astagfirullah. Pak! ayo tolongin!"Mereka langsung membawa Anesia ke gubuk mereka yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat mereka menemukan Anesia dan mengobati beberapa luka yang ada ditubuhnya dengan obat-obatan tradisional. Seharian sudah Anesia tidak sadarkan diri, lalu ia pun tersadar dan terbangun dengan sakit di sekujur tubuh. "Awwwww... badanku. yaampun semua terasa begitu sakit. Dimana aku?" ucap Anesia mengedarkan pandangan keseluruh ruang. "Apakah ini surga? Tapi, tak mungkin surga seperti ini. Ini hanya gubuk tua kecil. Apakah itu berarti aku masih hidup? Yaa, pasti aku masih hidup. Buktinya badanku masih merasakan sakit. Tapi, siapa yang membawaku kemari?"