Bab 54
Angin berhembus kencang menerpa wajah gadis cantik yang sedang melamun mencari ketenangan. Dipejamkannya mata, sambil berteriak, menghadap lautan dimana suara ombak bertabrakan dengan karang.
"Ahhhhh, aku benci kamu, David Edward. Kenapa? Kenapa kau bisa sekejam itu padaku? Kenapa kau harus muncul di hidupku yang suram ini dan menambah beban hidupku.. akkhhh aku sangat sangat dan sangat membencimu. Pergilah kau ke neraka dasar bedebah psikopat," teriak Anesia di pinggiran pantai dengan dada naik turun meluapkan semua emosi dalam dirinya.
Sedangkan sejak tadi Azka hanya bisa memandangnya. Menatap indahnya ciptaan Tuhan. Ditambah terpaan angin di wajah yang membuat rambutnya melambai lambai menambah karisma kecantikannya. Azka tidak tahu apa yabg sedang dirasakannya, tetapi ia menyukai peraasan itu.
"Heyyy, sebenarnya ada apa? Siapa David?" tanya Azka.
Anesia berbalik menatap Azka dengan senyum mengembang di bibirnya. Rasanya ia sudah lega.
Bab 55"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku terus memikirkannya," tanya David pada dirinya sendiri."Apa benar yang mereka katakan, bahwa aku mencintai Anesia. Nggak nggak, nggak mungkin aku bisa mencintai gadis ceroboh dan cerewet sepertinya. Ini pasti hanya karena aku tidak terbiasa. Aku setiap saat selalu mengganggunya, pasti itulah sebabnya."Akhhh, Anesia dimana kau saat ini. Bukan kau pelakunya dan dari awal aku sudah yakin bukan kau pelakunya. Kembalilah,"ucap David lirih.Sejak beberapa hari, ia bahkan tidak bisa menyelesaikan satupun masalah perusahaan, karena terus memikirkan Anesia.Darah yang ditinggalkan Anesia saat kabur, benar benar membuat David, tidak tenang memikirkannya."Gadis itu begitu cerooboh, bagaimana bisa ia hidup di luar sana. Pasti ia sangat ketakutan,"pikir David.*****"Anesia, apakah aku bisa menjadi sahabatmu?" tanya Azka."Tentu saja."'Aku akan pastikan kata sahabat it
Bab 56"Lepasin aku!! Tolong! Tolong!" teriak seorang gadis di dalam sebuah gubuk tua. Dia adalah Alice, yang dikelilingi oleh beberapa orang lelaki. Dengan tangan dan badan terikat juga mata yang ditutup dia berusaha untuk melepaskan diri, berteriak sekencang mungkin, sampai rasanya pita suaranya akan rusak karena teriakan itu.'Aku harus terus teriak, biar kak David bisa tahu keberadaan aku,'batin Alice."Tolong! Tolong! Kak David tolong Alice hiks hiks hiks, Alice takut hkks hiiks hiks. Tolongg! Siapapun tolong aku!!""Heyy gadis bodoh, jangan berisik! Ganggu aja.""Lepasin saya bedebah!! Brengsek kalian! Apa kalian tahu, kakak saya bisa ngabisin kalian semua karena kalian berani nyulik saya.""Hahahahha," terdengar tawa dari mereka semua."Uuhhh, takuuttt. Hahhaha, apa kamu pikir kami akan takut." Lelaki itu langsung membuka penutup mata Alice. Terlihat lima orang lelaki berada disitu dan itu malah menambah ketakutan Alice.
Bab 57Tatapan setajam elang itu mampu membius semua orang. Kelima preman itu telah dilumpuhkan atas perintah Alex.Ditatapnya satu persatu dari mereka."Satu, dua, tiga, empat,lima,"ucap David dengan melangkah perlahan sembari menghitung mereka yang berani berurusan dengannya."Apa kalian tahu, saya ini siapa? Saya adalah iblis pencabut nyawa bagi orang orang yang berani mengusik kehidupanku. Apa adikku tidak memperingati kalian?"Ampun Tuan, kami hanya diperintahkan oleh Nona Laura. Kalau tidak, kami tidak mungkin melakukannya,"ucap seorang dari mereka dengan bersimpuh di kaki David."Apa kalian pikir, permintaan maaf kalian dapat mengembalikan air mata adikku? Tidak, tentu tidak. Yang bisa kalian lakukan adalah menukarnya dengan darah dan nyawa kalian. Bagaimana? Apa itu sudah cukup. Hmm... sepertinya belum. Bagaiman jika ditambah, membuat mereka yang ada di foto ini sengsara seumur hidup. Yaaa, pasti itu akan sangat bagus kan,"ucap David
Bab 58"Pergilah kalian ke neraka!"'Dor dor dor dor'Laura seketika tersenyum."Aku berhasil hahhahah." Saat ia mendongakkan kepalanya terlihat tatapan tajam ke empat pria itu."Ahh, bagamana bisa? Aku sudah menembak kalian semua. Kenapa kalian tidak mati,"teriak Laura frustasi."Dasar wanita licik." Salah satu dari mereka langsung mengikat tangan Laura. Membuatnya tidak bisa berkutik."Kami sudah memberimu sedikit kelonggaran, tapi kau malah macam macam, dasar wanita tidak tahu diuntung.""Kenapa kalian tidak mati? Hahh?"teriak Laura frustasi."Karena pistol yang kau gunakan tidak ada peluru.""Hahahhahha," tawa mereka semua."Sial. Aku tertipu."~~~~"David, ampuni aku David!! Aku tidak akan melakukannya lagi hiks hiks hiksss." Sejak tadi Laura terus saja memohon pada David. David terus saja menyiksanya tanpa ampun.Ia mencengram dagu Laura. Terlihat darah yang telah meng
Bab 59David terdiam tak lama kemudian mengangguk."Tapi, apakah saat ini, perasaan kakak pada kak An adalah nyata? Kakak mencintainya?"David bangkit dari duduknya. Pertanyaan itu sangat sulit dijawab bahkan untuk dirinya sendiri. Apa sebenarnya yang dia rasakan pada Anesia.Ia menatap kearah jendela."Anesia?"******"Anesia? Yah benar itu Anesia,"ucap David meyakinkan dirinya."Hah? Apa maksud kakak?"Alice seketika langsung berlari dan menatap ke arah, dimana pandangan David tertuju."Mana? Kak An di mana?" Alice mencari dan menyusuri semua tempat yang dijangkau oleh retinanya, namun nihil, ia tidak melihat tanda-tanda adanya Anesia.Tanpa menjawab pertanyaan Alice, David langsung pergi."Kak, Kak David kemana?"Alice mencoba mengejar, namun langkahnya kalah oleh kaki panjang David.'Ada apa dengan Kak David Tuhan. Aku mohon pertemukan ia dengan Kak An. Ia bahkan sudah mulai terliha
Bab 60"Kenapa aku baru sadar sekarang, setelah aku telah banyak menyusahkan orang orang sekitarku. Hiks hiks hiksss, kenapa? Jawab aku?" Alice mencengram kerah baju sahabatnya.Setelah beberapa lama, jam sudah menunjukan pukul 3 pagi,Tangis Alice mullai mereda,"Pokoknya setelah kak An ketemu dan masalah kak David selesai, aku akan kembali ke swiss, aku akan coba ngelupain dia."Sekarang jam berapa?"tanya Alice"Jam 3 pagi, Al.""Apa? Jam tiga pagi?""Aku harus segera pulang, mereka semua nggak ada yang tahu aku keluar,kecuali pak satpam. aku bohongin mereka, aku harus pulang sebelum ketahuan."~~~Alice telah berada di kamarnya. Untung ia berhasil masuk tanpa ketahuan. Jika ketahuan, nasibnya dan nasib pak satpam akan dalam bahaya.'Bahkan aku melibatkan Pak Satpam dengan semuanya. Kamu memang benar benar jahat Alice, kamu nggak mikirin orang lain, kamu hanya mikirin diri kamu sendiri. Kamu egoiiis
Bab 61"Tapi aku memaksa Anesia!" ucap David penuh penekanan."Tapi aku nggak mau!" Anesia kemudian masuk dan kembali akan menutup pintunya, namun David bisa menggagalkannya dan menariknya keluar."Kalau kau tidak mau aku akan menggendongmu."Tiba tiba"Brukk"********David tidak akan membiarkan Anesia terus menghindarinya, ia ingin menuntaskan semua masalah mereka. Tetapi penolakan Anesia, tidak sejalan dengan pemikiran David, yang menganggap bahwa semua kata yang ia ucapkan adalah perintah untuk siapapun yang di tujunya.Tanpa berpikir bahwa itu akan membuat Anesia akan semakin membencinya.Ia memaksa Anesia untuk mengikutinya. Jika ia masih tidak mau, maka ia akan menggunakan cara yang lain.Seketika David akan memggendong Anesia. Sampai kemudian sebuah pukulan melayang di rahangnya, yang kemudian membuat Anesia terlepas dari David."Auwww,"seketika David memegang rahangnya yang terasa sakit. Ia tersung
Bab 62Kekecewaan jelas nampak di wajah Alice. Ia berpikir, setidaknya ia bisa merasakan pelukan terakhir kali pada Alex. Namun nyatanya ia tidak bisa melakukannya. Ia langsung melangkah dengan senyum yang tidak luntur di wajahnya.Tetapi, tiba-tiba dirinya tertarik dan langsung berada dalam dekapan seseorang yang tak lain adalah Alex.Alice sangat kaget, matanya melotot dan tubuhnya membeku, sampai beberapa detik setelahnya, ia merasakan kenyamanan. Tangannya diulurkan untuk memeluk Alex, matanya terpejam menikmati setiap detik perpisahan mereka."Maafkan aku untuk semuanya Alice, tapi aku bukanlah seorang yang tepat untukmu.keputusan yang kau ambil adalah keputusan yang sangat tepat." Mendengar kalimat itu seketika Alice kembali tersadar. Ia langsung melepaskan pelukannya pada Alex dan mendorongnya."Ahh, maaf. Aku pergi!!"******Ditempat lain, Anesia memegang kepalanya, rasanya otak dan hatinya tidak sependapat.Hatin