Share

Bab 16

Dia sudah menghabiskan waktu 40 tahun karena diusir oleh keluarganya dari Kota Malda. Irwan membangun semuanya dari awal dan menghabiskan waktu 40 tahun. Dari sebuah perusahaan kecil yang tanpa nama akhirnya berkembang menjadi perusahaan tingkat dua di kota ini.

Jika kontrak ini berhasil disetujui, maka posisi keluarga Randala akan meningkat hingga menduduki posisi perusahaan tingkat pertama di Malda.

“Kontrak, kontrak …” gumam Irwan dengan suara bergetar. Dia menoleh ke arah Dito dengan kening berkerut.

“Loh? Kenapa saya nggak tahu berita besar ini? Siapa yang bertanggung jawab pada proyek ini? Yura, bukan? Kenapa nggak bilang sama saya? Kenapa?!”

Dito terdiam dan dengan hati-hati mencoba berkata, “Mungkin Bu Yura ingin memberikan Bapak sebuah kejutan. Setelah kontrak sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak, dia baru memberi tahu Bapak,”

“Bagaimana kalau saya coba telepon dan menanyakan pada Bu Yura?”

“Nggak!” Irwan menggelengkan kepalanya.

Masalah besar yang berkaitan dengan masa depan keluarga Randala tidak mungkin bisa dibicarakan melalui telepon saja. Dia harus menanyakan secara langsung!

“Bilang sama Yura untuk segera datang! Kasih dia waktu 30 menit! Saya tunggu dia di sini!” ujar Irwan dengan wajah tegas.

Tanpa berani menunggu lebih lama, Dito langsung menghubungi Yura. Dilihat dari sikap Irwan, sepertinya lelaki itu sedang marah!

Setengah jam kemudian Yura datang. Dengan wajah memucat dia menunduk dan berjalan masuk ke ruang tamu.

“Kakek,” panggil Yura dengan suara serak.

“Maaf, ak-aku merusak rencananya,” lanjut Yura. Irwan yang sudah bersiap dari tadi langsung bangkit berdiri dari sofa dan dengan wajah penuh emosi menatap Yura. Perempuan di hadapannya ini merupakan keluarga jauh dari keluarga Randala dan memiliki nama asli Yura Cendikia.

Karena Radith yang tidak memiliki anak setelah menikah, akhirnya dia mengangkat seorang anak laki-laki. Sedangkan Ricky sedang meneruskan usaha di luar kota. Masa muda lelaki itu dihabiskan untuk bersenang-senang dan tahun lalu baru menikah. Sedangkan anak terakhirnya, Rommy, mengalami lumpuh dan hanya memiliki seorang anak perempuan.

Lima tahun yang lalu, Irwan meminta Yura untuk mengganti nama keluarganya dan menjadi cucu perempuan dari keluarga Randala. Atas saran Yura juga akhirnya Rommy dan keluarganya diusir dari sana. Ditambah lagi karena Yura menggantikan pengantin yang membuat Irwan menganggap perempuan itu seperti cucu kandung.

Namun apa hasilnya? Yura mengacaukan semua kesempatan mereka untuk menjadi keluarga nomor satu!

“Sial! Katakan apa yang sebenarnya terjadi!” seru Irwan dengan suara gemetar marah.

“Kenapa bisa hancur?! Kamu tahu apa arti investasi 300 triliun dan keuntungan ratusan triliun? Kalau nggak bisa kasih penjelasan yang masuk akal! Akan Kakek habisi kamu!”

Yura tampak pucat pasi dan dia langsung berlutut sambil menangis histeris. Dia membuka kerah bajunya dan menunjukkan bagian yang membiru karena dorongan dari anak buahnya keluarga Lamdani sambil terisak dan berkata,

“Kakek, hari ini aku ke Deston Group untuk tanda tangan kontrak. Tapi mereka nggak mengizinkan aku masuk! Bahkan mereka mengusirku hingga sepatu hak aku patah! Sekarang semua tubuhku sakit! Huhuhuhu! Kakek, aku sungguh nggak tahu apa yang terjadi.”

“Aku-“

“Masih berani berbohong?!” potong Irwan sambil mengambil asbak rokok yang ada di meja dan membantingnya di samping tubuh Yura. Semua masalah yang ingin Irwan ketahui sudah pasti akan dia ketahui dengan mudah!

Sejak awal Rommy dan Sherly yang membicarakan proyek kerja sama Deston Group selama setengah tahun! Siapa yang tidak tahu dengan sosok Sanjaya yang merupakan direktur dari Deston Group! Mereka tidak akan mau bermain-main dengan orang yang tanpa ada kejelasan, sifat dan juga motif yang masuk akal

“Sampai saat ini kamu masih berani bohong?! Deston Group langsung bertindak dan mengatakan bahwa harus Rommy dan Sherly yang datang untuk tanda tangan kontrak! Untuk apa kamu berlutut di sini?! Cepat cari mereka untuk tanda tangan! Kamu mau minta Kakek yang memohon dengan mereka?!”

Yura berlutut dengan wajah pucat pasi dan tubuh yang terhuyung. Wajahnya terlihat sangat keberatan sekali. Sebersit sorot penuh kebencian melintas di mata perempuan itu. Dia berjanji untuk mendepak Rommy dan Sherly setelah mereka menandatangani kontrak.

Insentif? Bonus? Mereka tidak akan mendapatkannya! Apalagi untuk berharap kembali dalam keluarga Randala.

“Kakek, aku … aku pergi mencari mereka,” ujar Yura sambil berdiri dan mengusap air matanya.

“Bagaimana kalau mereka nggak bersedia? Mereka sudah membenciku ….”

Plak!

Sebuah tamparan kuat mengenai pipi Yura. Dengan wajah penuh emosi dia berkata, “Kamu masih berani tawar menawar?! Berani sekali kamu! Pergi sekarang juga! Segera! Kalau harus memohon pun tetap harus buat mereka datang!”

“Kakek bisa mengusir mereka satu keluarga, Kakek juga bisa melakukan hal yang sama denganmu! Yang kamu miliki sekarang bisa Kakek ambil kapan pun. Bahkan jika harus membunuhmu, nggak akan ada orang yang berani menahannya! Keluarga Batara juga nggak akan bisa melindungimu!”

“Aku pergi! Aku pergi sekarang juga!” ujar Yura ketakutan. Dia tidak berani terlambat meski satu detik saja. Dengan cepat dia segera pergi dari ruang tamu dan mendatangi tempat tinggal Rommy dan Sherly.

Kompleks Mission Hills.

Rommy tengah duduk di ruang tamu dengan mengenakan kaca matanya dan tengah membaca koran. Dia melingkari setiap lowongan kerja yang ada di sana dengan kening berkerut dalam. Wajahnya tampak lebih tua sepuluh tahun dari yang seharusnya. Terkadang dia menggeleng dan menghela napas berat. Sulit sekali mencari pekerjaan!

Seusianya hanya bisa menjadi satpam di sebuah komplek saja. Gaji yang didapatkan juga hanya 2 juta lebih.

“Pa, Ma,” panggil Lucy sambil memegang ponsel dan juga tengah mencari pekerjaan yang cocok.

Terkadang dia juga menoleh dan menemani Elena yang bermain dengan Raka. Setelah itu dia menarik pandangannya lagi dan menghela napas dalam hati. Lucy sudah pasti tidak akan bisa kembali ke tempat spa. Raka yang menendang Panji kemungkinan membuat tulang lelaki itu patah. Kemungkinan keluarga Batara akan balas dendam pada mereka.

Sedangkan suaminya tampak tidak peduli dan tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan.

“Raka,” panggil Lucy seperti ingin mengatakan sesuatu.

Di waktu yang sama, terdengar suara pintu diketuk dengan kuat dari arah luar diikuti dengan suara dingin seorang perempuan yang berseru, “Buka pintu!”

Rommy, Sherly dan Lucy langsung menoleh ke arah pintu dengan serempak. Tentu saja mereka sangat mengenali suara tersebut. Yura!

“Nggak ada yang mau buka pintu! Di sini nggak menyambutmu!” seru Raka sambil menggendong Elena.

“Kalau ada yang mau disampaikan, ngomong saja dari luar!” lanjut Yura. Mendengar itu Yura mengepalkan kedua telapak tangannya.

“Romny, Sherly, dengarkan baik-baik! Sekarang kalian dikasih satu kesempatan untuk bekerja kembali ke kantor!” seru Yura setelah menarik napas dalam-dalam sambil menahan emosi.

“Buruan ke Deston Group dan tanda tangan kontraknya! Kalian nggak akan bisa menanggung akibat dari keterlambatan proyek!”

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Yura langsung berbalik dan hendak pergi dari sana.

“Bu-bu Yura!” panggil Rommy dengan wajah antusias. Dia bergegas membukakan pintu untuk Yura sambil berkata, “Bu, saya dan Sherly-“

Sebelum ucapannya selesai, Raka maju dan berdiri di hadapan Rommy dan menggelengkan kepalanya pada ayah mertuanya. Setelah itu dia tersenyum miring dan berkata, “Yura, kamu pikir kamu siapa? Kamu nggak bisa menyelesaikannya dan meminta mertuaku maju? Sikap minta tolongmu seperti itu? Sekarang kami kasih kamu satu kata, Pergi!”

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status