Share

Bab 6

Sementara itu, di lain tempat, Dina sedang sibuk mengerjakan pesanan Custom Cake dari beberapa pelanggan setianya. Dengan mengenakan celemek berwarna cokelat muda, wanita bertubuh ramping dengan surai berwarna cokelat tua itu mengoleskan mentega putih pada adonan kue yang baru saja mendingin.

Di saat mentega putih yang dioleskannya sudah hampir menutupi setengah dari adonan kue, ponselnya berdering. Secara perlahan, Dina menjeda kegiatannya, membersihkan kedua tangannya dengan serbet, dan mulai menjawab panggilan telepon yang masuk.

"Iya, Mas Reza?" Dina menanggapi begitu mendengar suara bass milik suaminya yang sangat familiar.

"Kamu nanti sore atau malam, ada acara engga?" Reza langsung bertanya guna memastikan jika jadwal istrinya kosong dan rencananya bisa berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkannya.

"Kayanya engga deh. Ada apa sih, Mas? Tumbenan kamu telepon menjelang sore begini." Dina masih merasa penasaran dengan maksud dari suaminya yang mendadak menelepon.

"Aku pengen ajak kamu makan malam nanti. Ada restoran steak baru nih. Kamu mau 'kan?" Reza langsung menyatakan niatnya meski terkesan mendadak dan impulsif

"Boleh. Kita berangkat jam berapa memang?" Dina menelisik pandang melalui jendela yang ada di dapurnya sesekali sambil memegangi ponsel dengan tangan kanannya.

"Mungkin, sekitar jam enam lebih sedikit." Reza menanggapi dengan air muka gusar sambil mengacak rambutnya pelan.

"Oke, jam enaman ya. Palingan, aku dua jam lagi udah selesai buat pesanan custom cake. See you later, Mas." Dina memungkas obrolan singkat itu dengan senyum simpul dan perasaannya yang sedikit campur aduk.

-**-

Di kala waktu sudah menunjukkan pukul 17.10, mobil milik Reza baru saja mendarat di atas carpot. Dalam hitungan detik, pengusaha sukses itu melangkah memasuki rumah dan mendapati sang istri yang sudah berganti pakaian dengan polesan make up minimalis yang terlihat natural.

"Duh, maaf ya, aku baru pulang. Tadi jalanannya macet," ucap Reza sembari melepas kaos kaki yang melekat pada kedua kakinya satu per satu.

"Iya, engga apa-apa, Mas. Kamu mandi dulu gih. Kita berangkat telatan juga engga masalah 'kan." Dina melangkah pelan dengan setelan jump suit berwarna hijau muda yang feminine dan elegan, menampilkan potongan tubuhnya yang ramping dan proporsional.

"Bentar ya, Din." Reza melangkah dengan terburu-buru sembari menaiki tangga usai berpamitan dengan sang istri.

Di saat suaminya sedang sibuk membersihkan diri dan bersiap, Dina pun teringat dengan kotak bekal yang dibawa oleh sang suami. "Oh iya," ujarnya sembari melangkah menuju ruang santai dan mulai meraih tas kerja milik lelakinya yang berukuran sedang.

Namun, di kala dirinya sedang sibuk mencari keberadaan kotak bekal, Dina justru hanya menemukan tumpukan dokumen dan sebuah liptint dengan rasa raspberry. Ketika itu lah, ia mulai berasumsi, "Ini Liptint perempuan kok bisa ada di tasnya Mas Reza? Engga mungkin banget suamiku pakai liptint raspberry kaya gini. Atau mungkin punya teman kantornya kebawa ya?"

Setelah berasumsi sejenak, Dina kembali mencari keberadaan kotak bekal yang memang tak ada di tas kerja suaminya itu. "Hmm, mungkin ketinggalan di ruang kerjanya," gumamnya pelan.

Sekitar kurang dari lima menit, ketika Dina sudah selesai mencuci peralatan untuk menghias kue di dapur, Reza yang sudah berganti pakaian dengan setelan batik modern berwarna cokelat dengan motif yang didominasi warna emas dan hitam menegnakan jam tangan dan tersenyum pada Dina.

"Udah selesai? Jalan sekarang yuk!" Reza mengulas senyum manis saat mengajak Dina yang sedang meraih tas jinjing di ruang santai.

"Yuk!" Dina mengangguk dan mulai mengapitkan tangannya pada lengan kanan suaminya.

Sekitar dua menit setelahnya, mereka telah berada di mobil yang kini masih menelusuri jalanan di area perumahan yang mereka tinggali. Di kala mobil pajero tersebut sudah keluar melewati pintu gerbang, pasangan suami-istri yang selalu terlihat mesra di luar itu mulai bertukar kata dengan aneka topik random.

"Gimana hari ini di kantor? sibuk banget ya pasti." Dina berbasa-basi sembari menatap wajah suaminya dari samping.

"Yah, tiap hari juga capek, Din." Reza menanggapi dengan senyum kecil sembari menatap wajah kecil istrinya yang juga mengumbar senyum sumringah.

"Tadi nasi uduk yang aku bawain buat kamu enak engga?" Dina kembali berbasa-basi, sekaligus ingin mengetahui opini pribadi dari suaminya mengenai menu masakan khas nusantara yang baru saja dikuasainya itu.

Reza yang teringat akan kotak bekal miliknya terdiam sesaat. Ada rasa panik sekaligus khawatir karena ia sadar bila kotak bekal itu masih ada di tangan salah satu pekerjanya, Handi. "E-ehm, enak kok. Ayam gorengnya juga berasa banget. kamu makin jago masak deh, yang," ucap Reza dengan nada canggung.

"Apa? ayam goreng katanya? Padahal, aku engga merasa buatin dia ayam goreng buat bekal ke kantor. Mas, kamu ini melamun atau kecapekan sih?" Dina berujar dalam batinnya dengan sorot mata penuh tanya. Hal itu disebabkan oleh perbedaan informasi yang terdengar tak sesuai dengan kenyataan yang masih segar dalam ingatan.

TO BE CONTINUED..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status