Nur, Dito dan Hasan sudah kembali ke rumah besar, Hasan masih dalam masa cuti, dia kembali ke kota hanya untuk mengurus surat NA untuk pernikahannya, untung saja dia sudah mengurus KTP Aina, sehingga dia lancar saja mengurusnya.Pernikahan akan dilaksanakan di rumah Syarif, dia tidak mau mengambil resiko jika pernikahannya terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan Nur kembali ke rumah besar karena tidak enak meninggalkan pekerjaannya terlalu lama."Aku akan menikah, acaranya Minggu ini," ujar Hasan ketika mereka tengah makan malam bersama."Kau sadar apa yang kau ucapkan? Kau pikir menikah itu cuma mainan?" tanggap Burhan sambil menghentikan makan malamnya."Apakah kau mau menikah dengan gadis yang kau bawa dipernikahan Syarif?" tanya Halimah dengan lemah lembut."Iya, Bu. Aku harap ibu datang dipernikahanku.""Kau mau menikah dengan gadis yang tidak jelas itu? Aku tidak setuju!" Burhan meradang melihat putranya yang selalu membangkang ini."Aku ke sini hanya untuk membe
Akhirnya hari H pernikahan mereka datang juga, Hasan bernapas lega, dia bangun dini hari untuk menjalankan salat tahajud, tujuannya untuk menenangkan diri dan bersyukur karena Allah sudah memberi jodoh terbaik untuknya. Senyumnya mengembang sempurna, menambah ketampanannya berlipat-lipat, setelah siksaan selama tiga hari, akhirnya dia hari ini akan melihat wanita pujaannya itu bersanding dengannya di depan penghulu.Kakak iparnya itu, Fendi, sungguh sangat kelewatan, walau mereka berada di lokasi yang sama, pemuda itu terus menjaga agar mereka tidak bisa bertemu seperti herder, membuat Hasan keki, ingin memaki-maki, tetapi lelaki bekas saingan cintanya itu punya kedudukan tinggi sekarang. Berbeda dengan Aina, subuh ini ketika bangun tidur dia langsung ke kamar mandi, sangat terkejut hingga memekik, membuat Hayana tergopoh-gopoh mendatanginya."Ai, ada apa, Ai?" seru Hayana sambil mengetuk pintu kamar mandi pelan.Syarif yang mendengar jeritan itu juga ikut melongok ke arah dapur di m
Syarif tidak langsung pulang setelah salat subuh, jika dia pulang awal maka Hayana akan menanyakan titipannya, tentu saja dia tidak mau istrinya kecewa. Sementara Hasan harus berputar-putar dulu di pusat kota hingga menemukan minimarket dua puluh empat jam, setelah masuk mini market, dia langsung mencari-cari rak pembalut berada, dia segera mencari merk yang dipesan Aina, membaca dengan teliti sesuai pesanannya, panjang 30 cm dan bersayap. Akhirnya setelah membaca dengan seksama dia menemukannya, daripada pusing bolak-balik, dia membeli sepuluh bungkus yang ukurannya paling besar. Setelah sampai rumah, dia segera masuk rumah Syarif yang sudah di dekorasi untuk tempat prosesi, dia dengan mudah menemukan kamar Aina yang tengah perawatan sebelum dirias pengantin. Hasan langsung mengetuk pintu, Hayana yang membukakan pintunya. "Bang Hasan? Kenapa ke sini? Pakaian dan perias pria sudah standby di rumah Fendi, acara akadnya jam sepuluh, tapi tamu undangan jam delapan sudah datang, Abang h
Ayuni bergegas ke kamar rias pengantin wanita di rumah Syarif, ternyata Aina sudah selesai dirias, di sana juga ada Bik Nur dan Hayana. Ketika melihat Aina, Ayuni sungguh terkejut, ternyata dia melihat wanita yang selama ini dia kenal dengan Naina, gadis cantik yang membuatkan terkagum-kagum."Kak Naina?" Aina tersenyum simpul melihat calon adik iparnya datang, dia memang sangat mengharapkan keluarga Hasan akan menghadiri pernikahannya selain Syarif tentunya."Ayuni? Kamu datang, Dek?" serunya dengan suara gembira."Apa benar ini kak Aina?" tanya Ayuni ragu-ragu, soalnya abangnya bilang dia kan menikah dengan Aina."Iya, sini, dek.""Benar, ini kak Aina?""Iya, maaf selama ini wajah kakak tidak seperti ini," ujar Aina, dia sendiri bingung mau menjelaskannya bagaimana dengan gadis ini."Tidak Ayuni sangka, ternyata kak Aina cantik sekali, jadi selama ini, bang Hasan pacaran dengan orang yang dekat denganku, tapi aku tidak sadar. Kenapa kakak menyembunyikan wajah cantik kakak? Secara w
Seusai acara pernikahannya, Hasan langsung membawa Aina ke kediaman pribadinya, dia tidak mau menunggu ataupun merepotkan Syarif lagi. Setelah acara makan siang bersama, acara pernikahan mereka juga sudah selesai, tinggal beberapa teman sekolah Hasan yaitu Zulkifli kakak Hayana yang seorang dokter bersama teman-teman SMA nya, mereka masih bercengkrama sekaligus reunian dengan Hasan di tenda depan rumah. Di/1/11 "Sebenarnya pesta pernikahan itu sebaiknya seperti ini, lebih intim, lebih akrab, tidak ada hingar bingar musik yang kadang membuat telinga mau pecah dan perut terasa mual," kata Hilman salah satu temannya. "Nah, besok pernikahan kamu bikin konsep kayak gini juga dong, Man," seru Dodi menanggapi. "Maunya sih? Cuma gue mau nikah sama siapa? Betinanya saja belum ada," ucap Hilman malas-malasab. "Eh, busyet ... Pantasan gak ada cewek yang mau sama elu, elu tu memperlakukan perempuan macam binatang saja, pakai disebut betina," timpal Zulkifli yang kini telah memiliki satu orang
Menjadi pengantin baru rasanya berbeda, terasa lebih bergairah dalam menjalani hidup, merasa di rumah ada yang menanti kehadiran kita, merasa ada yang dituju. Begitulah perasaan Hasan saat ini, walaupun belum juga melakukan malam pertama, tetapi perasaannya lebih hidup dan bersemangat. Hampir setiap hari dia memberi tanda silang pada kalendernya, ini sudah hari ke enam, berarti besok atau lusa, istri cantiknya sudah halal untuk di ninu-ninu. Memikirkan saja perasaannya sudah melayang jauh, tak terasa dia menjadi senyum-senyum sendiri, kadang kala sikapnya yang seperti ini menjadi bahan ledekan rekan kerjanya, tetapi dia tidak ambil pusing, dia hanya tersenyum ambigu dalam menanggapinya. Menjadi istri rumah tangga di saat usianya begitu belia tidak menghalangi Aina untuk menjadi istri yang cekatan dan terlatih, sejak masih usia sangat belia, dia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bahkan sudah terbiasa mengerjakan pekerjaaan kasar untuk mencari nafkah, hanya urusan sepu
”Abang gak perlu baca doa di buku doa itu, Abang akan baca doa di dalam hati, pakai bahasa Indonesia saja lebih afdol," bisik Hasan sambil menggigit pelan telinga istrinya dan membalik tubuh istrinya menghadapnya."Yang afdol itu ya pakai bahasa Arab, Bang ...."Hasan tidak memiliki kesabaran untuk meladeni ucapan istrinya, gak perlu banyak teori, yang penting praktek eksekusi. Dengan penuh gairah, dilumat bibir ranum Aina yang selalu menggodanya, semakin lama ciuman itu semakin panas dan liar, Aina megap-megap melayani ciuman liar suaminya, mereka hanya berhenti sebentar untuk menarik napas, terus melanjutkan aktivitas panas mereka.Hasan membimbing tangan Aina untuk melepaskan kancing baju dinasnya, membuat Aina kesulitan membuka kancingnya hingga terlepas dan terjatuh di lantai dengan suara bergerincing. Hasan tidak sabaran membuka baju daster pendek seksi yang dikenakan Aina, hingga merobeknya jadi dua.Aktivitas mereka secara alami terus meningkat suhu dan intensitasnya, hingga s
"Itu orangnya, Bos. Naik ojek," tunjuk Rian ketika melihat perempuan memakai celana jeans dan jaket Levis menaiki ojek dipunggungnya menyandang tas ransel. "Ayo ikuti ...." Mobil mereka mengikuti Aina hingga ke universitas, Aina langsung menuju ke aula Balairung, di sana formulir pendaftaran disediakan, banyak calon mahasiswa yang tengah mengambil formulir, mengingat tes UMPTN akan dilaksanakan. Agung melakukan perjalanan bisnis memantau perkebunannya di Sumatera, Riau dan Jambi. Dia benar-benar terkejut mendengar kabar jika Aina dan Hasan sudah menikah. Dia memang dasar lelaki keras kepala, baginya pernikahan mereka bukan akhir segalanya, mereka yang menikah masih bisa bercerai. Dan visi misi-nya sekarang adalah membuat suami istri itu bercerai. "Rian, kau pantau dari luar, ke mana wanita itu pergi," perintah Agung. Rian berjalan menyusuri ruang Balairung yang luas, dengan mudah dia melihat Aina di stand formulir tipe A, gadis itu membayar formulir dan bergegas keluar. Aina menca