Setelah acara pesta yang cukup meriah tersebut, Aina dan Hasan terlambat bangun. Sehabis salat subuh mereka melanjutkan tidur, karena mereka tidur cukup larut, pesta dansa cukup mempengaruhi mereka hingga mereka melanjutkan dansa mereka di kamar hotel, mereka bahkan lebih bersemangat hingga tak cukup hanya pelepasan satu kali.Keduanya menuju restauran untuk sarapan, Hasan maunya sih sarapan di dalam kamar dengan memanggil layanan kamar, namun Aina ingin mencari udara di luar dan berbincang dengan saudaranya di ruang makan.Sampai di restauran mereka sudah berkumpul semua, sarapan sambil berbincang hangat, sesekali terdengar gelak tawa mereka."Nah, ini dia orangnya yang ditunggu-tunggu, akhirnya muncul juga," seru Steven ketika melihat pasangan muda itu."Kenapa lama sekali turunnya, San? Semalam main berapa ronde?" ledek Melanie membuat semua orang tertawa Aina yang merasa malu malah mencubit lengan suaminya membuat Hasan terkejut sontak mengaduh."Sayang, cubitanmu tambah sakit sa
Akhirnya mereka memutuskan pergi ke pantai pelabuhan ratu, mereka tidak jadi ke pangandaran karena ternyata tuan Hanggono memiliki villa di pelabuhan ratu yang cukup besar dan mewah dilengkapi dengan kolam renang. Mereka juga tidak jadi menyewa bus, Steven beranggapan bus kurang efesien jika dia akan bepergian hanya berdua dengan Melanie. Mereka akhirnya mengendarai mobil pribadi, Hasan dan Syarif memutuskan menyewa mobil. Hasan menyewa mobil SUV, dia bersama Haris dan Anisa, Haris bertindak sebagai supir, Anisa duduk di sampingnya. Di bangku tengah di duduki Aina dan Hasan, sedang bangku belakang ada Dito. Syarif tentu saja bersama Fendi, karena memang Fendi juga supirnya, Ayuni yang gak mau lepas dari Fendi, tanpa diminta pun sudah duduk di sebelah Fendi. Steven mengendarai mobil sendiri dengan Melanie yang mendampingi, di bangku belakang duduk kedua keponakannya Laura dan Devan. Perjalanan selama empat jam cukup membuat mereka penat, akhirnya mereka memutuskan menginap di vil
Aina bingung menolak permintaan mereka, dia hanya meringis menatap suaminya."Ayo nyanyi, Sayang. Abang juga pingin denger suaramu," ujar Hasan.Aina akhirnya menuju ke display memilih-milih CD lagu, dia terbelalak ketika lagu kesukaannya ada di sana. Gadis itu segera memutar lagu dan berdiri, menyesuaikan nada ketukan dan mulai menyanyi.🎼 Kau satu terkasih ...Kulihat di sinar matamu, tersimpan kekayaan bagimu ...🎵Oooh ... Di dalam senyummu, kulihat bahasa kalbumu ... Mengalun bening menggetarkan 🎶🎵Suara lembut dan merdu Aina mengalun, membuat semua orang terperangah. Ketika menyanyikan lagu itu, Aina hanya menatap Hasan dengan tatapan sejuta kasih sayang, lelaki yang sudah menjadi suaminya itu juga menatapnya dengan berjuta cinta. Lagu yang dinyanyikan gadis itu seperti ungkapan hatinya pada kekasih tercintanya itu. Hasan dulu sering memutar lagu itu ketika dia melipir ke kabupaten Tebo demi menghindari gadis ini, justru semakin dia menjauhi gadis itu, rindu itu semakin mengu
Ketika Aina tengah menuju ke toilet, dia bertemu dengan Laura yang akan kembali ke saung."Tante, Tante mau ke mana?" sapa Laura.Aina terkesima mendengar sapaan gadis itu, dia belum pernah sekalipun disapa atau dipanggil gadis itu dengan sapaan tente. Laura bahkan tidak pernah mengobrol atau berusaha akrab dengannya, mendengar Laura menyapa demikian, Aina merasa terharu, mungkinkah gadis ini selama ini mengakui jika dia tantenya, hanya saja situasi yang belum memungkinkan mereka mengobrol dengan baik."Aku mau ke toilet, Laura. Kau dari toilet, kan?""Iya, oh ya ... Toilet di sebelah sana sedang diperbaiki, jadi belum bisa digunakan," ujar Laura sambil menunjuk ke toilet yang akan Aina tuju."Lalu kau memakai toilet mana?""Toiletnya sedikit jauh, mendaki tangga sebentar, cuma sepertinya itu satu-satunya, toilet yang di sana masih lama perbaikannya, bisa memakan waktu dua sampai tiga jam, karena salurannya mampet."Waduh, dua sampai tiga jam? Keburu ngompol di celana, ringis Aina. Di
Agung berlari menaiki tangga, dia berpacu dengan waktu sebelum Aina ditemukan oleh orang lain. Dengan mengatur napas, dia menuju lubang yang dia temukan beberapa tahun yang lalu, sebelum restauran ini mereka bangun. Agung membangun restauran ini bersama ketiga temannya masa kuliah S1, tetapi karena kesibukannya dia hanya menyerahkan pada Amran, dia hanya menanam saham dan cukup menikmati deviden hasil usaha. Amran sendiri kini telah membuka beberapa warung makan dengan konsep yang berbeda, sehingga restaurannya ini diserahkan pada menejer yang telah diangakatnya dengan seleksi yang ketat. Sehingga seluruh karyawan ini tidak tahu jika Agung termasuk pemilik restauran ini."Tolooong."Terdengar suara samar dari dalam lubang, Aina sendiri sudah kehabisan suara karena berteriak terus meminta tolong. Agung memeriksa lobang, melongokan wajahnya mengamati di bawah sana."Ada orang di dalam?"Suara Agung yang menggema dari atas, membuat Aina spontan mendongakkan wajahnya ke atas. Binar kebaha
Sudah satu jam mereka mencari keberadaan Aina tapi tak kunjung ketemu, menejer restauran bahkan memutuskan untuk menutup restauran dan fokus melakukan pencarian, semua pelayan dan karyawan restauran dikerahkan untuk menyusuri tiap jengkal tanah. Agung keluar dari gua dengan seutas tali yang membawanya masuk, dia bergegas melipir melewati jalan lain yang tidak sama ketika datang, dia melewati jalan yang lebih terjal dan sulit di tepi jurang. Beberapa karyawan sudah mencari sampai ke bukit tempat Aina terjatuh di lobang, tetapi mereka tidak melihat adanya lubang, karena tempatnya memang sedikit tersembunyi, bahkan biasanya di atas lubang ini ada sebuah saung atau pondok yang menyamarkan keberadaan lubang tersebut, hal inilah yang memicu salah satu karyawan, dia cukup heran karena pondok yang biasanya berada di sana kini tidak ada lagi. Karyawan itu dengan hati-hati memeriksa tempat itu, alangkah terkejutnya dia tatkala akan terperosok masuk lubang, untung saja dia bisa menjaga keseimb
Ketika mereka sampai di lubang, kecemasan jelas tergambar di wajah Hasan, lelaki itu yang pertama kali sampai lubang, dia langsung melongokkan wajahnya ke bibir lubang. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat ke dalamnya, di sana ada secarik kain berwarna putih dan biru, persis seperti baju yang Aina kenakan. Menejer restauran ternyata orang yang sangat cekatan, dengan cepat dia telah mengutus anak buahnya untuk membawa tangga dan seutas tali tambang, menejer itu juga sudah menghubungi ambulance. Tangga yang di bawa adalah tangga lipat yang jika di bentangkan panjangnya mencapai dua belas meter. Melihat karyawan itu menurunkan tangga, Hasan segera berancang-ancang akan masuk ke dalam lubang. "Biarkan aku saja yang masuk, oke? Kalian tunggu di sini." Semua orang mengangguk, mereka semua juga tak kalah kuatirnya dengan Hasan. "Jika mengalami kesulitan, segera minta bantuan kami," ujar Steven. Hasan tidak menanggapi perkataan Steven, dia segera melesat menuruni tangga dengan tidak s
Ketika Steven menuruni tangga, dia merasa sesak. Hati dan pikirannya benar-benar kacau mendengar Hasan mengatakan jika Aina dianiaya seseorang. Ingatan lelaki itu langsung tertuju pada sosok Agung, lelaki yang mengaku temannya itu, dulu juga ingin mencelakai Aina. Steven mengedarkan pandangan, dia tidak melihat sosok Agung di manapun. Ketika sampai restauran, dia melihat Melanie dan Laura yang berdiri menunggunya. "Mana Agung? Kau melihat Agung?" Steven tidak berbasa-basi lagi menanyakan hal itu pada tunangannya sekaligus adik temannya itu. "Dia tadi terluka, makanya pulang duluan untuk mengobati lukanya," jawab Melanie "Kenapa dia terluka?" Steven tidak bisa menyembunyikan rasa curiga di matanya, dia menatap tunangannya dengan tatapan tajam. "Ketika mencari Aina dia tersandung akar pohon dan terjatuh ke jurang situ," ujar Melanie menunjuk ke arah yang ditunjuk Agung sebelumnya. "Oh ya? Ke mana perginya dia?" "Katanya dia akan pulang setelah mengobati lukanya." "Dasar, bajing