"Apa maksudmu, ayah dari anakmu adalah aku?" tanya Hasan dengan menahan gemuruh di dadanya."Siapa lagi? Hanya kau yang pernah berhubungan badan denganku," jawab Laura dengan tajam.Sorot mata Laura menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi, membuat tubuh Aina luruh, bagaimana bisa gadis itu begitu percaya diri jika yang dia katakan adalah sebuah kebohongan."Kapan? Seumur hidupku aku tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun selain istriku Aina. Kapan aku melakukan hal bejat seperti itu?" Tatapan Hasan tak kalah tajam, lelaki itu juga mengatakan semua kalimat itu dengan percaya diri, dia memang tidak akan pernah melakukan dosa seperti itu selama ini, dia sangat protektif terhadap dirinya sendiri untuk tidak terjerumus ke lembah dosa. Bagaimana dia bisa menerima tuduhan wanita yang baru sekali ditemuinya di masa lalu?"Kapan? Kau tidak ingat?" tanya Laura dengan nada tinggi. Dia tidak terima lelaki itu sudah menidurinya dan tidak mengingatnya sama sekali."Jangan bertele-te
"Baiklah, akan kutelpon Mandy agar membawa anak itu ke mari," ujar Dave segera beranjak dari hadapan mereka menuju meja telepon."Aku juga akan mengabarkan Adi Supriadi untuk datang ke sini besok malam," ujar Hasan.Ketika kedua orang lelaki yang menjadi pusat pusara permasalahan pergi, Nur mendekati Aina dan memeluk putrinya itu, Fendi juga duduk di samping Aina satu lagi, begitu juga dengan Duke, dia dan Evi mengapit Laura dan memeluk putranya tersebut. "Sabar, Ai ... Semua belum jelas kebenarannya, jangan emosi dulu, jangan marah dulu sama Hasan," ujar Nur, menyeka air mata putrinya yang dari tadi tidak berhenti memeleh."Jika memang Hasan ayah kandung anaknya Laura, Abang sendiri yang akan memberi pelajaran pertama padanya," ujar Fendi dengan nada kesal.Steven yang mendengar pembicaraan itu dengan jelas hanya mendengus kesal. Bagaimana dia tidak kesal? Dialah yang seharusnya memberi pelajaran pertama pada Hasan, pasalnya lelaki itu yang telah menyakiti dua perempuan dari pihak k
Seseorang masuk ke sebuah ruangan dengan pengawalan dari dua petugas berseragam, di ruang tunggu itu, seorang lelaki dan perempuan sudah menunggu. Ketika menatap siapa yang berkunjung ke rumah tahanannya, lelaki yang memakai seragam tahanan itu menghela napas berat, ini kali pertama dia dikunjungi seseorang dan orang itu bukan keluarganya."Mas Agung ...."Sang wanita segera menghampiri Agung dan memeluknya dengan erat, lelaki itu tidak bisa membalasnya karena tangannya tengah diborgol. Air mata mengalir di pelupuk mata wanita itu ketika melihat lelaki yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun itu tampak kurus dan tak terurus."Bos, bagaimana keadaanmu? Aku sudah menghubungi banyak pengacara, namun tidak ada satupun yang bisa membebaskan Anda, Bos. Kasus anda benar-benar sulit untuk tidak terjerat hukum.""Rian ... Kau tidak perlu lagi mencari pengacara, biarkan aku dihukum sesuai yang mereka mau."Rian terkesima mendengar perkataan Agung, lelaki dihadapannya benar-benar tidak sepert
Hasan menggenggam tangan Aina dengan erat, berusaha mencari kekuatan dari istrinya tersebut. Ketika mobil sudah berhenti, turun seorang wanita bule dengan tubuh yang cukup tinggi dari pintu penumpang depan, setelahnya turun, wanita itu membuka pintu penumpang bagian belakang. Muncul sesosok anak kecil yang sangat tampan, usianya mungkin masih enam tahun, tetapi tubuhnya yang tumbuh sehat dan terurus, membuat tubuhnya lebih besar dari usia yang sebenarnya. Pegangan Aina mengerat, dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hasan, jantung gadis itu serasa mencelot ketika melihat wajah anak itu. "Jangan ada yang bilang jika Hasan adalah ayah kandung anak itu sebelum ada kejelasan, setelah tes DNA keluar, baru kita lihat nanti. Kalian mengerti? Jika ada yang bilang sebelum semua jelas, rasakan saja akibatnya!" ancam Dave pada semua orang. Semua orang tidak ada yang bisa membantah ucapan orang tua itu, apalagi Duke dan keluarganya, Dave tidak pernah main-main dengan ancamannya. La
Setelah Arsen datang, paginya Hasan dan Aina berencana pulang ke Jambi, masa cutinya sudah habis. Namun, Dave menolak keinginan mereka, sehingga harus menunggu beberapa hari lagi, untung saja hati ini akhir pekan, sehingga masih ada dua hari lagi masuk hari Senin."Besok tes DNA-nya sudah keluar, jadi bersabarlah satu atau dua hari lagi," ujar Dave."Secepat itu? Biasanya tes DNA itu bisa satu atau dua Minggu paling cepat, apalagi ini akhir pekan, mungkinkah hari Senin baru keluar?" tanya Hasan."Ayah memakai jalur ekspres. Besok sudah keluar, insyaallah. Bisakah kalian menunggu sehari atau dua hari lagi?" "Baiklah."Pagi itu Adi Supriadi berkunjung ke kediaman mereka, karena malam tadi dia tidak bisa datang karena tengah di luar kota. Adi datang sendiri, dengan mengendarai mobil Avanza, mobil sederhana itu cocok untuk pejabat teras seperti dirinya, mencerminkan kepribadian sederhananya.Adi mengucapkan salam dan bersalaman dengan semua orang, dia sudah bertemu dengan beberapa orang
Setelah menemui Melanie, Steven menyempatkan diri mengunjungi mantan sahabatnya di penjara, dia sangat penasaran bagaimana kondisi lelaki itu sekarang, sekaligus melampiaskan amarahnya karena ulah bejat lelaki itu.Sesampai penjara, Steven mendapati seorang lelaki yang di luar ekspetasinya, dia sudah membayangkan wajah angkuh dan jahat Agung, namun yang didapati hanya seorang lelaki frustasi dengan tatapan mata kosong. Bukan lantaran dipenjara keadaan Agung yang demikian, namun apa yang dilakukan Dave memang berdampak sesuai yang diinginkan lelaki tua itu, beberapa kali bahkan Agung pernah melukai diri sendiri, bahkan melakukan percobaan bunuh diri, namun kesigapan petugas membuatnya gagal melakukan semua itu.Kini Agung pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, walau semangatnya sedikit bangkit karena kedatangan Rian dan Nirmala, namun itu juga tidak berdampak besar. Seorang petugas yang berjaga banyak memberinya buku-buku agama yang sering Agung baca, hal itu membuatnya sedikit i
Steven kembali di saat semua orang tengah makan malam, hanya Dito dan Fendi yang tidak ikut makan malam, Kedua bujangan itu sudah berpamitan dari sore untuk mengitari kota Bandung dan bersenang-senang ke mall atau ke gedung sate, mumpung masih berada di kota Bandung. Arsen yang terlihat letih seharian berjalan-jalan, meminta Bibi Mandy menemaninya tidur. "Apa Arsen sudah makan malam?" tanya Steven. "Tadi sore sudah makan di gerai ayam goreng, mungkin dia kecape'an, anak itu sangat atraktif dan bersemangat menaiki semua wahana," cerita Evi bersemangat, bagaimana dia tidak senang memiliki cucu yang begitu lucu. "Untung saja dia bisa tidak diperbolehkan naik halilintar karena tinggi badannya yang kurang," sambung Duke sambil tertawa. "Iya, nggak ada capek-capeknya anak itu," Evi menimpali sambil terkekeh. Laura hanya diam saja, dia cukup sedih tadi ingin menemani Arsen tidur tetapi Arsen malah ingin ditemani Bibi Mandy, dia sebenarnya maklum karena Bibi Mandy yang ada di samping A
Dave menyesap teh hangat buatan istrinya, sepertinya lelaki tua itu sangat lelah dan kehausan. Semua orang menatap Dave dengan pandangan cemas. Hasan bahkan menggenggam lengan Aina kuat, dia memang tidak ingat pernah making love dengan Laura, tetapi siapa yang tahu jika ada peristiwa yang tak terduga."Hasil tes DNA-nya sudah keluar. Ini Ayah tes langsung ke rumah sakit di Okinawa, Jepang. Orang kepercayaan Ayah yang membawanya ke sana."Semua orang menghela napas panjang, pantasan memeriksanya di Jepang? Makanya anak buahku tidak ada yang melacaknya, keluh Duke dalam hati.Dave membuka amplop itu, memperlihatkan isinya kepada semua orang, tulisan yang cukup kecil membuat semua orang mengernyit heran."Hasan bukan ayah kandung Arsen, prosentasenya sangat kecil, hanya 40%. Namun antara Arsen dan Hasan masih ada hubungan kekerabatan, entah itu saudara kandung atau saudara sepupu," ujar Dave.Hasan yang wajahnya sempat pucat menghela napas dengan lega, pegangan pada tangan Aina mengendur