PoV Reza
"Mas? Besok kan hari Minggu. Em, gimana kalau kita berziarah ke makam adik kamu. Ke makam ayahnya Dona," pinta Diandra di tengah malam sehabis kami melakukan aktivitas suami istri.
Diandra sedang kudekap. Sedangkan Dona, ia sudah tidur di ranjang kecil di samping kami.
"Boleh, besok kita kesana. Aku juga kok pengen banget kesana." Aku menyetujui.
"Maaf ya, Mas, bukan maksud aku ...."
Aku membungkam mulutnya dengan satu jari. "Shut! Kok kamu minta maaf. Kita akan ke makam besok. Aku juga mau bawakan sebuket bunga untuk kutaruh di atas makamnya. Aku juga rindu adikku, Sayang."
Diandra mengangguk.
"Ya sudah, kita tidur yuk. Atau ...." Aku berkata sambil mencubit dagunya.
"Ya ampun, baru aja. Udah ah, tidur." Diandra dengan malu-malu tidur di dekapanku. Lenganku yang kanan tertindih oleh kuduknya.
PoV Reza"Bi Sum? Mama dimana?" tanyaku pada Bi Sumi."Di kamarnya kali, Mas. Kok nyari nyonya? Nyari Bi Sum lah kali-kali." Bi Sumi seperti biasa menggodaku."Aduh, Bibi ini!"Aku segera pergi meninggalkan Bi Sumi. Lalu aku langsung berjalan cepat menuju kamar mama.Sampai di depan pintu masuk kamar mama, aku mendengar kalau mama sedang berbicara dengan seseorang."Iya, Sayang." Kedengarannya.Suaranya juga samar-samar, karena pintu kamar tertutup rapat."Sayang?" pikirku.Tok tok tok!Aku segera mengetuk pintu. Lalu, dengan segera mama muncul dari balik pintu."Za?" Mama menyapaku santai.Aku menyelidik raut wajah mama."Mama lagi apa? Tadi lagi bicara sama siapa?" tanyaku menyelidik heran.
PoV Diandra"Mas, kira-kira, menurut kamu, bunga segar yang tergeletak di samping makam mas Dani itu, siapa yang naruh ya, kalau bukan mama atau Nessia."Aku mulai membahas kembali kejadian kemarin lusa.Mas Reza sedang bermain dengan Dona diatas ranjang, sedangkan aku sedang merapikan pakaian yang baru saja diberikan Mbok Arum. Pakaianku, pakaian Mas Reza, juga pakaian Dona."Aku juga gak tahu. Memang aneh, sih, selain kita memang siapa lagi orang yang paling dekat dengan adikku." Mas Reza menanggapi."Terus, Mas. Aku masih kepikiran dengan suara wanita yang menangis. Terus sebut dirinya hamil. Apa jangan-jangan ... dia istri mas Dani?" Dengan sendu dan sedikit kecewa aku berkata.Mas Reza meraih tubuhku. "Kamu jangan bicara aneh-aneh. Gak mungkin almarhum adikku punya istri diluaran sana dulu. Aku tahu, dia hany
PoV 3 ***"Sayang, aku pergi ke kantor dulu, ya. Kamu jangan cemas lagi. Karina kan sudah di kantor polisi. Meskipun dia belum mau mengakui. Jadi, kamu jangan panik lagi, ya."Reza pamit pada istrinya. Dan Diandra pun mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Kamu jangan khawatirkan aku dan Dona berlebihan. Kamu kerjanya yang tenang dan selalu lancar, ya," do'a dan pesan Diandra.Reza kemudian mengecup kening Diandra juga kening Dona. Lanjut Diandra yang mencium punggung tangan suaminya dengan takzim."Assalamualaikum," ujar Reza pamit."Waalaikum salam," jawab Diandra sembari melambaikan tangan.Dan Reza pun kini telah masuk ke dalam mobilnya. Lalu pergi menancap gas.Senyuman dan do'a Diandra selalu menyertainya. Kini mereka pun mulai tenang, karena Karina sudah di tangkap."Alhamdulilla
PoV Diandra***Kepalaku pening dan pusing sekali. Tiba-tiba aku ingat, kalau tadi aku sedang berbelanja dan ... Dona? Di mana anakku.Aku terbangun dalam sebuah mobil."Hah?" Di mana ini?"Ini bukan mobilku. Dona? Dona dimana?"Dan ternyata kondisi tanganku sudah dalam keadaan terikat. Kedua tanganku diikat erat di belakang.Aku diculik?Mulutku juga di bekam. Ya, aku sedang dijahati orang. Lalu anakku ke mana?"Hemm! Hemm!" Aku berteriak sekencang mungkin, namun apa daya, kondisiku saat ini sedang terperangkap.Aku sama sekali tak mengenali mobil yang sedang aku tumpangi. Di mobil ini juga tak ada orang. Dan siapa orang yang membawaku ke sini?Aku terus berusaha memberontak, namun, tiba-tiba datang seseorang menuju arah mobil. Aku tak mengenalinya, karena ia
PoV Reza***"Aden, piye kabare si non?" Mbok Arum dengan was-wasnya bertanya kabar Diandra sekarang."Diandra diculik orang, Mbok. Dan aku gak tahu siapa. Sekarang aku akan pergi mencarinya ke sebuah tempat yang sudah kuketahui bersama orangku. Mbok diam di rumah dan jangan ke mana-mana, karena satu orangku juga akan berjaga di rumah." Dengan penuh kecemasan aku menjelaskan."Lalu, Cah Ayu mau dibawa ke mana?" tanya Mbok Arum lagi saat melihat aku membawa Dona.Aku pikir takutnya tak aman bila harus meninggalkan Dona bersama Mbok Arum, karena selama ini Mbok Arum adalah salah seorang yang Diandra curigai."Dona akan saya bawa." Aku berbohong."Tapi, Den, kasihan Cah Ayu, biar Mbok yang jaga." Mbok menawarkan."Maaf, Mbok, Mbok diam saja di rumah. Dona biar sama saya. Saya pergi sekarang."Aku pun segera berlar
PoV 3***"Jangan! Jangan sakiti dia Alfi."Semua mata tertuju pada seorang pria yang tiba-tiba datang bersama seorang wanita, yaitu Mbok Arum, asisten rumah tangga Diandra dan Reza.Semuanya syok."Hah?" Reza syok namun sedikit menutup penglihatannya karena ia pikir yang datang adalah hantu.Begitupun dengan Diandra juga wanita yang sedang menikam Diandra. Mereka syok dan sedikit ketakutan."M-M-Mas ... ?" Diandra mengkucek matanya dengan sangat penasaran."Kamu? Kamu, hah?" Wanita yang diketahui bernama Alfi itu pun mulai menyeringai.Dan ternyata yang datang memang Dani. Bukanlah hantu Dani. Ke delapan bodyguard yang sedang saling beradu fisik pun ikut terkejut. Namun mereka tak tahu apa-apa.Reza, Diandra dan Alfi masih syok. Lalu, juga mereka masih kaget. Mengapa ada Mbok Arum di balik Dani?"Dani? Kamu, kamu jadi masih hidup?" Reza angkat bicara dengan gemetar. Namun kakinya masih teru
PoV Dani***"Maaf, Bapak dan Ibu tunggu diluar saja. Dokter akan segera menangani pasien."Suster menutup pintu setelah Bang Reza dimasukan ke dalam ruangan. Kini aku, Diandra dan juga Mbok Arum diharuskan menunggu di luar. Semua kini tahu kalau aku masih hidup.Mama dan Nessia pun akan segera datang.Kami semua dalam suasana tegang. Aku takut terjadi hal yang buruk pada Bang Reza. Apalagi dia dalam kondisi tak sadarkan diri.Kulihat Diandra begitu terpukul hingga ia masih menangis histeris disamping Mbok Arum. Aku sangat merasakan kepedihannya. Aku bahagia, ternyata Diandra sudah mencintai Mas Reza dan bisa move on dariku.Kini ia pasti terkejut sekali. Malah, dia pikir pasti semua ini hanya mimpi.Hening, hanya ada isak tangis yang kudengar dari mulut Diandra.Beberapa menit kemudian.Aku yang masih duduk menundukkan kepala karena khawatir dengan keadaan Bang Reza, kini didekati oleh Diand
PoV Diandra***Betapa hatiku sangat pedih sekali. Ini adalah sebuah kebahagiaan yang tak bisa membuat mulut ini tersenyum.Aku masih diam terjatuh di bawah lantai. Dan Mas Dani juga kedengarannya mengisak tangisannya."Kamu tega bohongin aku, Mas. Kamu tega bohongin kita."Mas Dani belum bicara kembali. Dia masih menunduk di hadapanku."Non, bangun, duduk di kursi." Mbok Arum meraih tubuhku. Namun aku masih tak mau berdiri. Lututku masih lemas mendengar dan melihat kenyataan ini."Lalu, kenapa Mbok datang dengan kamu, Mas? Mbok siapa? Kenapa Mbok selalu bersikap mencurigakan. Bahkan aku pernah memergoki Mbok bicara di kamar bisik-bisik." Aku mulai angkat bicara, karena rasa penasaran ini makin menggebu-gebu.Mbok Arum dan Mas Dani diam. Mereka nampak sudah saling kenal. Dan mengapa mereka datang bersamaan?"Jawab! Apa Mbok berp