Shireen duduk di samping Adam dengan gugup. Matanya tidak berani menatap semua orang di tempat itu. Menunduk dan terus menunduk sampai Adam dengan isengnya menyentuh pinggang Shireen sehingga perempuan itu tersentak dan mau tidak mau dia mendongak. Adam tersenyum puas.
Mata Shireen menatap lurus dan mendapati beberapa orang tersenyum padanya tidak terkecuali penghulu di depannya. Di belakang, Mella menahan hatinya yang berdenyut nyeri karena cemburu. Penghulu mulai pada acara perkenalan dari kedua mempelai sampai pemastian mahar. Setelah itu semua lengkap, penghulu tersebut menjabat tangan Adam untuk ijab qobul.Mata Shireen terpejam erat saat namanya di sebut dengan lantangnya oleh laki-laki di sampingnya itu. Dan saat saksi mengatakan SAH! Itu awal dari perjalanan menyedihkan Shireen.Shireen menarik napas dalam-dalam menahan gejolak dihatinya. Yang dia rasakan sekarang semua rasa bercampur menjadi satu. Ada marah, haru, saShireen membuka mata pelan saat jam alarm di kamarnya berdering nyaring. Waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi dan waktunya untuk Shireen menunaikan kewajibannya.Di tatapnya ke sekelilingnya yang tidak terdapat kehidupan lain selain dirinya. Shireen mengerti jika suaminya tidak lah masuk ke dalam kamar pengantin mereka.Shireen cuek saja tahu kenyataan itu, dia senang saat lelaki itu tidak di sampingnya. Bukan seperti pengantin wanita yang di tinggalkan pengantin lelaki di malam pertama dan harus sedih meraung meratapi nasib, Shireen bahagia melihat kenyataan jika Adam tidak di sampingnya.Dengan sedikit bersenandung, Shireen masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi dan beribadah, Shireen memakai pakaian olahraga yang baru di beli nya lewat online beberapa hari yang lalu.Karena hari masih sangat pagi dan udara serta cuaca yang mendukung itulah yang membuat Shireen semangat untuk sekedar berlari pagi di halaman rumah Ada
Shireen dan Adam duduk di satu meja, niat Shireen tidak ingin semeja dengannya malah sekarang duduk berhadapan dengan tatapan yang terfokus padanya membuat rasa canggung muncul dan tidak berkesudahan."Makananmu di atas meja bukan di wajahku!" ketus Shireen."Wajahmu menambah rasa nikmat pada makananku." Adam menjawab nyeleneh.Shireen memutar bola matanya malas, "Orang gila!" gerutu pelan Shireen.Tidak lama Mella ikut bergabung masih dengan menggunakan pakaian tidurnya. Dengan muka bantal dia menyandarkan kepalanya di bahu Adam setelah duduk tepat di samping suaminya itu."Aaaa ..." Adam menyuapi Mella dan dengan sigap wanita itu membuka mulutnya."Enak?" tanya Adam lembut.Mella hanya mengangguk tanpa kata. "Tentu saja, masakan kekasihku m
Setelah berbincang panjang lebar dengan Dika, mereka mengakhiri pembicaraan karena Dika akan berangkat ke kantor.Shireen kembali merasakan kesepian. "Hah ... paling nggak aku sudah lebih baik sekarang." Gumam Shireen.Setelah merasa lebih baik, Shireen pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket karena keringat. Saat sedang di kamar mandi, Adam membuka pintu pelan dan matanya menelusuri kamar yang ditempati Shireen.Melihat tidak ada kehidupan di ruangan itu, Adam hendak pergi. Namun, suara gemericik air dari arah kamar mandi memunculkan ide jahil seorang Adam.Dia masuk dan duduk di sofa lalu menyilangkan kakinya. Duduk dengan tenang kemudian tangannya begitu lihai di atas layar ponsel canggihnya untuk meninjau perusahaan.Adam menunggu lama tapi tidak t
Mella duduk menatap jendela dengan pandangan lurus ke arah bulan yang terang. Malam ini terasa begitu dingin dan cahaya bulan yang ia tatap hanya menyinari wajahnya bukan mendamaikan hatinya.Setetes air mata Mella keluar, menandakan kesedihan di hatinya. Dia menerima. Namun, sangat berat ia rasa jika harus sepenuhnya ikhlas. Meski hanya sementara tapi itu begitu menyesakkan.Berkali-kali Mella menghela napas supaya merasa lega, tapi dadanya masih saja terasa tertekan akan keadaan."Seberat ini ternyata," ucapannya menghela napas panjang.Sedangkan di dalam kamar, Shireen terbangun dan langsung merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Ingatannya kembali mengingat beberapa jam yang lalu saat Adam, sang suami menyerangnya secara tiba-tiba tanpa ada persiapan ataupun pembicaraan sebelumnya.Shireen kesal tapi juga malu. Ini pertama kali untuknya. Seharusnya itu di berikan pada suami yang dia cintai tapi takdir tidak
Shireen duduk di meja makan setelah bibi memintanya. Dengan senang Shireen bercerita banyak dengan bibi pelayan tersebut. Rasanya Shireen sedang mengobrol dengan keluarga sendiri, sangat nyaman dan damai.Suara kaki berjalan turun dari tangga menuju meja makan. Tidak menoleh pun Shireen sudah tahu pemilik suara itu, dia tidak menghiraukan mereka dan menikmati sarapannya dengan tenang karena memang dia sangat lapar.Dua pelayan memundurkan kursi untuk di duduki sang majikan. Adam dan Mella langsung duduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mella meminum jusnya dan Adam meminum kopinya.Mata elang Adam menatap Shireen yang seakan tidak terganggu atas keberadaannya dan Mella. "Ini Non jusnya," kata bibi memberikan jus mangga pada Shireen.Shireen tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Bibi membalasnya dengan senyuman dan kembali ke dapur."Selamat pagi para penghuni?!" suara bariton terdengar d
Setelah membantu bibi pelayan mengurus taman, Shireen kembali ke kamarnya untuk sekedar menelpon Dika. Dia rasanya sangat rindu pada lelaki yang sudah di anggap sebagai sahabatnya itu. Baru saja ponselnya ia buka, serentetan pesan masuk sudah ada di layar. Itu dari Dika. Lagi pula selain Dika yang mengetahui nomor Shireen, tidak ada lagi. Di bukanya satu persatu. 'Apa-apaan kamu, Ren? Kenapa teleponnya kau abaikan?!' 'Cepatlah angkat!' 'Woi! Cepatlah! Aku khawatir ini' 'Shireen ....' 'Shireen ....' 'Astaga ini anak kemana sih?!' 'Woi! Jangan-jangan kamu ketiduran ya dengerin suara merduku?' Beberapa chat dari Dika membuat Shireen terkekeh geli membacanya. Bisa-bisanya ada kata-kata narsis saat pertan
Shireen mengambil salep yang ada di laci kemudian membaca cara pemakaiannya. Dengan perlahan ia mengaplikasikan pada kulit yang sakit akibat pergulatan panas dirinya dengan sang suami. Jika di ingat kembali pasti pipi Shireen memerah karena malu. Bisa-bisanya dia menikmati perlakuan lembut Adam, orang yang dia benci. Bodoh sekali jika hal yang tidak diinginkan terjadi macam jatuh cinta atau sebagainya. Jujur Shireen sangat tertekan akan status tidak jelasnya ini. Namun, mengingat Adam mempunyai hal yang mengharuskan Shireen untuk tinggal dan menuruti permintaan mereka, Shireen sampai tertahan di rumah itu. Andai saja, andai saja Dika bisa menemukan kakaknya yang menjadi senjata Adam untuk menahannya itu, pastinya akan memudahkan Shireen untuk keluar dari tahanan mewah tersebut. Paling tidak dia bisa fokus memikirkan cara untuk bisa keluar tanpa beban memikirkan sang kakak yang masih di tangan Adam. Shireen percaya kekuatan Dika b
Hari sudah semakin larut dan Shireen merasa bosan. Saking bosannya Shireen sampai ketiduran. Pintu terbuka saat Shireen sudah sangat terlelap.Adam menghampiri sang istri dan mengendorkan dasinya kemudian membuka kemeja yang seharian ini dia pakai, lalu menatap dengan seksama wajah sang istri yang terlelap dengan damai kemudian tersenyum simpul.Adam langsung masuk ke kamar mandi di kamar Shireen untuk membersihkan diri, hanya membutuhkan 15 menit lelaki itu untuk menyegarkan tubuhnya.Adam keluar dengan tubuh telanjang dan hanya di tutupi handuk sebatas pinggangnya saja. Perlahan lelaki itu menghampiri Shireen kemudian mengecup keningnya, turun ke pipi, hidung dan juga bibir.Terakhir dia sedikit menggigit telinganya membuat si empunya melenguh karena merasakan geli. Matanya mengerjap dan menemukan sepasang manik yang menatapnya begitu dalam, bibirnya tersenyum kemudian tanpa permisi dia mengecup kembali bibir Sh