Shireen duduk di meja makan setelah bibi memintanya. Dengan senang Shireen bercerita banyak dengan bibi pelayan tersebut. Rasanya Shireen sedang mengobrol dengan keluarga sendiri, sangat nyaman dan damai.
Suara kaki berjalan turun dari tangga menuju meja makan. Tidak menoleh pun Shireen sudah tahu pemilik suara itu, dia tidak menghiraukan mereka dan menikmati sarapannya dengan tenang karena memang dia sangat lapar.
Dua pelayan memundurkan kursi untuk di duduki sang majikan. Adam dan Mella langsung duduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mella meminum jusnya dan Adam meminum kopinya. Mata elang Adam menatap Shireen yang seakan tidak terganggu atas keberadaannya dan Mella. "Ini Non jusnya," kata bibi memberikan jus mangga pada Shireen.Shireen tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Bibi membalasnya dengan senyuman dan kembali ke dapur."Selamat pagi para penghuni?!" suara bariton terdengar d
Setelah membantu bibi pelayan mengurus taman, Shireen kembali ke kamarnya untuk sekedar menelpon Dika. Dia rasanya sangat rindu pada lelaki yang sudah di anggap sebagai sahabatnya itu. Baru saja ponselnya ia buka, serentetan pesan masuk sudah ada di layar. Itu dari Dika. Lagi pula selain Dika yang mengetahui nomor Shireen, tidak ada lagi. Di bukanya satu persatu. 'Apa-apaan kamu, Ren? Kenapa teleponnya kau abaikan?!' 'Cepatlah angkat!' 'Woi! Cepatlah! Aku khawatir ini' 'Shireen ....' 'Shireen ....' 'Astaga ini anak kemana sih?!' 'Woi! Jangan-jangan kamu ketiduran ya dengerin suara merduku?' Beberapa chat dari Dika membuat Shireen terkekeh geli membacanya. Bisa-bisanya ada kata-kata narsis saat pertan
Shireen mengambil salep yang ada di laci kemudian membaca cara pemakaiannya. Dengan perlahan ia mengaplikasikan pada kulit yang sakit akibat pergulatan panas dirinya dengan sang suami. Jika di ingat kembali pasti pipi Shireen memerah karena malu. Bisa-bisanya dia menikmati perlakuan lembut Adam, orang yang dia benci. Bodoh sekali jika hal yang tidak diinginkan terjadi macam jatuh cinta atau sebagainya. Jujur Shireen sangat tertekan akan status tidak jelasnya ini. Namun, mengingat Adam mempunyai hal yang mengharuskan Shireen untuk tinggal dan menuruti permintaan mereka, Shireen sampai tertahan di rumah itu. Andai saja, andai saja Dika bisa menemukan kakaknya yang menjadi senjata Adam untuk menahannya itu, pastinya akan memudahkan Shireen untuk keluar dari tahanan mewah tersebut. Paling tidak dia bisa fokus memikirkan cara untuk bisa keluar tanpa beban memikirkan sang kakak yang masih di tangan Adam. Shireen percaya kekuatan Dika b
Hari sudah semakin larut dan Shireen merasa bosan. Saking bosannya Shireen sampai ketiduran. Pintu terbuka saat Shireen sudah sangat terlelap.Adam menghampiri sang istri dan mengendorkan dasinya kemudian membuka kemeja yang seharian ini dia pakai, lalu menatap dengan seksama wajah sang istri yang terlelap dengan damai kemudian tersenyum simpul.Adam langsung masuk ke kamar mandi di kamar Shireen untuk membersihkan diri, hanya membutuhkan 15 menit lelaki itu untuk menyegarkan tubuhnya.Adam keluar dengan tubuh telanjang dan hanya di tutupi handuk sebatas pinggangnya saja. Perlahan lelaki itu menghampiri Shireen kemudian mengecup keningnya, turun ke pipi, hidung dan juga bibir.Terakhir dia sedikit menggigit telinganya membuat si empunya melenguh karena merasakan geli. Matanya mengerjap dan menemukan sepasang manik yang menatapnya begitu dalam, bibirnya tersenyum kemudian tanpa permisi dia mengecup kembali bibir Sh
Pikiran Adam kembali pada masa lalu tepatnya saat dirinya masih sangat gemar bermain di dunia bawah. Adam dulu di juluki serigala hitam sebelum dirinya menikah dengan Mella.Keahlian dalam bisnis dan dunia bawah memang sudah tidak di ragukan lagi. Waktu itu Adam tengah mengejar kelompok musuh bersama Riki dan bawahannya termasuk ayah Shireen.Seperti yang di ketahui, dulu ayah Shireen memang menjadi anggota lebih tepatnya salah satu tangan kanannya. Adam sedikit terluka di bahu kanan karena terkena tembak oleh kelompok tersebut.Dia bersembunyi di balik tembok untuk membidik ketua dari kelompok penghianat itu. Keadaan saat itu memanglah sangat mencekam dengan suara tembakan yang begitu memekakkan telinga.Saat Adam hendak memusatkan bidikan dan melepaskan pelatuk senapannya, ada seorang anak yang berdiri menghampiri sasaran yang akan Adam tembak. Adam sedikit kesusahan karena posisi anak remaja
Sinar mentari pagi menyingsing di balik celah gorden sebuah kamar yang sedikit gelap sehingga dapat mengetahui ada makhluk hidup didalamnya.Shireen melenguh dan merentangkan tangannya, pada saat hendak duduk selimutnya pun melorot. Reflek tangannya mencengkram ujung selimut tersebut. Dia memejamkan mata karena lupa jika semalam dirinya telah melakukan hal yang begitu intim dengan sang suami.Matanya menelisik segala sudut ruangan dan berhenti di jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30, Shireen membelalakan matanya kemudian dengan terburu-buru turun dari ranjang seraya mengeratkan pelukannya pada selimut yang membalut tubuh telanjangnya.Shireen menggeram kesal karena tidak dibangunkan oleh sang suami yang nyatanya dia sudah lebih dulu bangun. Shireen dengan terburu-buru membersihkan diri dan berlanjut melakukan ibadahnya karena sudah sangat terlambat.Setelah ritual pagi yang biasa dia lakukan, Shireen keluar untuk sarapa
Sudah tiga bulan lebih Shireen menjalani kehidupan sebagai seorang istri kedua dan juga menjalankan semua prosedur untuk cepat hamil.Dan sekarang Shireen tengah bingung juga takut. Di tangannya ia memegang benda kecil persegi panjang. Dia menunggu dengan cemas apa hasilnya.Testpack. Benda itu adalah testpack, Shireen menenggelamkan wajahnya di atas lututnya dan tangan kanannya mengatung di udara dengan benda itu di genggamannya.Shireen belum siap untuk melihat padahal sudah lebih dari satu jam dia seperti itu. Shireen menarik napas dalam sebelum kembali menyakitkan dirinya jika itu sangat perlu dia ketahui.Dengan tekat kuat Shireen menegakkan kepalanya lalu mengintip. Satu matanya terbuka sedikit demi sedikit melihat apa hasil dari testpack tersebut.Jantung Shireen terpacu sangat kencang melihat kenyataan. 'Garis dua' itulah kenyataannya. Shireen gemetaran tidak percaya jika itu berhasil. Refleks ia mengusap
Shireen menutup pelan pintu kamarnya dan mengatur napas. Rasanya seakan dia sedang dalam incaran warga karena mencuri dan berhasil lolos.Perempuan itu mengusap dada dan perutnya. "Hei, makhluk kecil! Kamu lapar jam segini mau buat aku gendut ya?" monolog Shireen pada perut ratanya kemudian dia tertawa.Lucu juga dia berbicara dengan makhluk kecil yang ada di dalam dirinya itu. Makhluk itu masih sebiji kacang mungkin karena usianya juga Shireen tidak tahu. Ia belum mengecek kebenaran dirinya hamil berapa bulan hanya mengandalkan alat tes kehamilan tadi pagi yang meyakinkan dirinya itu memang hamil.Gejalanya sudah dia rasakan beberapa hari belakangan, karena itulah Shireen mengetes kebenaran untuk sementara ini. Dan mungkin besok akan dia periksa ulang di rumah sakit untuk mengetahui seberapa besar janin yang ada di perutnya itu.
Bagi seseorang yang baru saja mengalami morning sickness tentu akan terasa sangat tidak nyaman, begitupun dengan Shireen. Perempuan itu mengeluh sakit di dalam tidurnya dan kepalanya begitu berat seakan ada batu besar yang menindih kepalanya. Mata Shireen perlahan terbuka dan cahaya langsung saja masuk ke dalam retina matanya memberikan efek silau. Tangannya terangkat menghalau cahaya tersebut dan berhasil membuat sekitar semakin jelas untuk dilihat. "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya seraya memegang kepala yang pening. Shireen sadar jika dirinya ada di ruangan rumah sakit karena aroma dan suasana yang berbeda dari kamarnya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya untuk duduk tapi suara dari arah pintu menghentikan pergerakannya. "Kau istirahatlah dengan tenang. Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja." Itu Adam, tapi dia tidak sendirian melainkan bersama Mella di sampingnya. Mella masih