Dua bulan berlalu, ketenangan dan kedamaian dalam keluarga kecilnya berjalan sangat teratur dan dalam kapasitas snagat baik menurut Jingga.
Berbekal warisan laptop mendiang suaminya yang berisi segala sleuk beluk bisnis milik Prahara Group inilah, Jingga akhirnya mampu membuat Prahara Group yang baru dengan tanpa penekanan dan juga campur tangan keluarga Prahara yang selama ini merongrong suaminya.
Menggunakan tampuk kekuasaannya sebagai kepala keluarga utama Prahara, Jingga sangat pandai mensiasati keadaan demi meringankan bebannya yang juga akan menjadi beban puteranya suatu hari.
Menjadi pebisnis wanita yang semakin disorot dunia, Jingga tampil semakin percaya diri dan mampu menjauhkan pandangan miring semua orang tentangnya dalam setahun terakhir sejak kematian suaminya itu.
Hari ini, setelah dua bulan bergelut dalam penataan manajemen baru Prahara Group dan perampingan smeua elemen didalamnya, Jingga akan mengehlat sebuah jamuan pekenalan atas na
Hallo, AllDers kesayangan MDW. Setelah beberapa hari MDW gak update chapter, akhirnya hari iniJingga lanjut yaa. Maafkan MDW yang benar-benar sangat padat jadwalnya seminggu ini hingga tak bisa update cerita. Lanjut yaa,
Nama Jingga kian melejit di seantero negeri, seiring dnegan bergulirnya waktu dan semakin meningkatnya kinerja perusahaan di berbagai bidang yang digelutinya. Salah satu bidang baru yang kini ikut diramaikan Prahara Group adalah bidang kuliner potensial. Minat Jingga terhadap seni masakan dari berbagai daerah membuatnya akhirnya bergelut di bisnis ini dengan membuka sebuah pasar kuliner terbuka yang menyajikan berbagai kuliner dari berbagai daerah. Bekerjasama dengan founder founder industri kuliner daerah, Jingga berhasil merebut nama di bisnis barunya ini dan sukses diterima oleh banyak masayarakat dari berbagai jenjang usia. Cabang-cabang dari pasar kuliner nya kini tersebar diseluruh kota besar di negara ini. Dan semakin membuat pundi-pundi rupiahnya mengalir deras. Sementara itu, bisnis awal Prahara Group yang kini dikelola oleh Bibi Elisa dan Pamannya Erik justru tengah dilanda kebangkrutan karena desakan pasar bebas Pasifik yang me
Frans tak bisa berkutik, dia tak melihat raut ramah di wajah Jingga sedikitpun saat ini. "Jingga, kau tak harus melakukan ini?" ucap Sharena sambil menggenggam erat tangan Jingga. "Awww.." Sharena mendadak merintih kesakitan setelahnya. "Sha.." ucap Frans yang langsung berjalan menghampiri Sharena. Pria ini langsung menggendong Sharena menuju luar restoran dan terlihat langsung pergi setelahnya. Jingga tetap tenang duduk di kursinya, sementara Badai nampak gelisah dan sangat cemas. "Pergilah jika kau mengkhawatirkannya. Aku sudah terbiasa makan sendirian." ucap Jingga sambil terus melanjutkan menyantap makanan penutupnya. 'degg' Badai tersentak mendnegarnya, jauh di relung hatinya Badai merasa sangat bersalah atas semua hal yang membuat hidup Jingga kacau ini. "Sharena, dia sangat baik. Bahkan terlalu baik untuk dimanfaatkan oleh Ibumu." ucap Jingga satir sambil menatap Badai yang juga tak berkutik mendeng
Kabar yang terus menyeruak mengenai pertengkaran Jingga dengan Agnez, tak sekedar menghebohkan negaranya saja. Karena gosip panas tersebut akhirnya menuai rasa penasaran seorang pengusaha dari luar negeri yang bernama Maliq. Pria tersebut terkenal dengan sikap apatisya dan tentu saja masih sangat single hingga usianya yang sudah 40an ini. Sebagai salah satu pengusaha berlian yang ternama dan memiliki perusahaan warisan turun temurun di negaranya, sosok Maliq menjadi idola kaum hawa di dunia. Tak jarang, kabar kedekatan Maliq dengan beberapa artis papan atas dunia yang didaulat menjadi ambassador perusahaannya itu menuai kegaduhan. Namun hingga saat ini, belum pernah ada satu wanita pun yang dikenalkan secara resmi oleh Maliq sebagai kekasihnya kepada publik ataupun kepada keluarganya. Di perusahaan bernama Light Diamond, Maliq tengah memandangi sebuah tayangan berdurasi singkat yang sama sejak dua jam yang lalu. Mata pria ini tak berkedip sedi
"Hallo sayang, mama berangkat kerja dulu yaa." ucap Jingga kepada putera semata wayangnya. "Ma..ma.." ucap Alkala sambil mengecupkan bibirnya di wajah Jingga. Putera kecilnya yang mulai belajar berjalan itu kini terus mengikuti langkah ibundanya. Membuat Jingga merasa enggan beranjak darinya. "Sini nak, peluk mama lagi." ucap Jingga kepada putera semata wayangnya itu yang sangat mewarisi ketampanan mendiang ayahnya. "Ma..ma.." ucap Alkala dengan riangnya. "Duma, tolong fotokan kami yaa." ucap Jingga sambil menyodorkan sebuah kamera profesional kepada pelayan sekaligus pengasuh puteranya itu. "Baik, yoo Nyonya dan Tuan Muda, bersiaplah..cheesss." ucap Duma dengan riangnya mengikuti terus aktifitas Jingga dan Alkala yang terus berpose tiada henti. Setelah puluhan foto diambil, Jingga kemudian melirik arlojinya. "Baiklah, sudah waktunya mama pergi ya sayang. Baik-baik sama pengasuh Duma dan Pengawal Darma yaa." ucap Jingga
"Adji! bantu kakek!" ucap seorang pria tua memanggil cucunya. Pria bernama Adji yang dipanggil itu akhirnya menghampiri sang kakek. "Apa dia mati?" tanya Adji dengan mata yang terbelalak. "Dia masih hidup, ayoo bawa ke pondok kita." ucap sang kakek bernama Sura itu kepada cucunya. Adji sempat merasa sangsi ketika melihat sosok wanita yang bersimbah darah itu, namun dia tak pernah bisa menentang perintah kakeknya. Adji kemudian membawa sosok wanita tak dikenal itu dengan memikulnya. 'berat juga ini wanita.' gumam Adji sambil bergegas mengejar langkah kakeknya yang sudah semakin jauh. Jalan setapak dilaluinya terus menerus, membawa mereka masuk semakin ke dalam belantara Lembah Cemara. Lembah yang terkenal tak bertuan dan sangat jarang disinggahi manusia ini, disinilah keduanya menetap selama sepuluh tahun terakhir. 'brukk' Lelah setelah memikul beban tubuh Jingga di sepanjang perjalanan, membuat Adji tak
Malam bergelayut, Lembah Cemara yang gelap gulita menjadi semakin dingin malam ini. Disebuah pondok di bagian terdalam hutan ini, kebingungan melanda dua pria berbeda usia yang kini terpaksa terlelap di luar pondoknya karena mereka kedatangan tamu di dalam pondoknya. "Air.." ucap Jingga sangat lirih. Sementara itu, suara derasnya air terjun membuat Adji dan kakeknya tak bisa mendengar suara Jingga tersebut. "Air.." ucap Jingga kembali. "Kakek, kau dengar sesuatu?" ucap Adji yang samar-samar mendengar suara seseorang meminta air kepadanya. "Wanita itu pasti sudah sadar." ucap Sura sambil bergegas masuk ke dalam pondok dengan segelas air hangat ditangannya. Didepan pintu pondok, lampu damar menjadi satu-satunya lentera yang mereka miliki selama ini. "Nonna, apakah anda bisa mendengarku?" tanya Sura sambil membantu Jingga berdiri. "Iyaa.." jawab Jingga sangat pelan. Raut wajah Adji dan Sura
"Frans, kita berdiri di jalan yang sama! Meski kita selama ini bertentangan! Pergilah, bawa Alkala bersama Sharena dan puterimu. Tinggalkan kota ini secepatnya." ucap Badai sambil menatap tajam kepada sang sekretaris utama Prahara Group ini. "Badai Benar Tuan Sekretaris, Tuan Muda tak akan aman lagi berada di Arshan Pallace." ucap Darma mengimbuhkan. Frans menarik nafasnya sangat dalam, pria ini harus segera mengambil keputusan sebelum para polisi datang ke kediaman utama Nyonya Prahara ini. Perbincangan serius ini akhirnya mmebuahkan sebuah keputusan yang sulit yang akan memberikan konsekuensi besar kepada semua orang yang melakukannya. Namun demi Alkala Sang Pewaris Utama Prahra Group, nyatanya para abdi setia mendiang Arshan ini sanggup mempetaruhkan nyawanya. "Duma, kau akan pergi dengan kami." ucap Frans. "Pergilah melalui jalur belakang, kami akan tetap disini." ucap Darma dan Badai dengan tatapan sangat serius kepada Frans. Deng
Di Arshan Pallace, satu minggu pasca insiden kecelakaan yang membuat Jingga menghilang seperti ditelan bumi itu. Kini kisruh semakin melebar ketika sekretaris Frans dan sang pengasuh dituding menculik baby Alkala pewaris utama Prahara Group tersebut. Sementara itu, di perusahaan. Badai Hankaara yang sudah mendapatkan posisi sebagai Wakil Direktur Utama Prahara Group akhirnya naik otomatis menggantikan posisi Direktur Utama dimana Jingga dinyatakan hilang. Kemarahan terhadap skema penguasaan Prahara Group ini diserukan dari pihak keluarga Prahara melalui pengacara Elisa dan Erik yang memang menginginkan posisi penting tersebut. Kini, payung hukum yang digunakan oleh Thompson and Co untuk melindungi segala properti dan juga warisan besar Prahara Group terhadap klien utama mereka Alkala Arshan Prahara yang merupakan seorang bayi itu adalah sebuah kepastian mengenai naisb dari Alkala. Pihak firma hukum tersebut membela mati-matian kliennya dengan ha