Jingga sangat menikmati cuti tahunan Arshan kali ini yang membawanya dalam lautan gairah. Tanpa disadari, Jingga telah masuk dalam lingkaran dosa yang membuatnya terjerat.
"Sayang, aku harus pergi sore ini. Tahun depan aku akan datang lagi." ucap Arshan yang memang selalu mengunjungi peternakan ini setiap akhir tahun saja ketika mendapatkan cuti panjang.
"Iyaa, hati-hati yaa." ucap Jingga dengan wajah malu-malu.
"Kau tak akan meminta kontak ponselku atau surelku atau bahkan medsosku?" ucap Arshan sambil terus menggenggam tangan Jingga.
Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tahu jika dia tak berhak sejauh itu terhadap Arshan.
"Cukup dengan nanti kau datang lagi." ucap Jingga sambil mengulaskan senyum di wajahnya.
Jingga tak ingin menanggapi hubungan ini dengan serius, sejak awal gairahnya terlesut oleh Arshan, Jingga sadar jika Arshan pasti hanya menganggapnya sebagai sebuah benefit semata. Dan Jingga tak akan menolaknya, bagaima
Siapa yaa tamu tersebut? Penasaran, lanjut terus yaaa.
"Jingga! Tolong antarkan pesanan ini ke kamar tamu kita yaa?" ucap Madame Bee kepada Jingga. Dengan senang hati, Jingga melakukannya. Wanita itu bergegas mengambil sepaket rempah mandi dan akan segera diberikannya kepada tamu yang memang dijadwalkan akan tinggal sepekan di peternakan ini. Sesampainya di kamar tamu, Jingga segera mengetuk pintu untuk memberikan pesanan mereka. Dari dalam, muncullah seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut yang panjang tergerai basah. "Ini pesanan anda Nyonya." ucap Jingga sambil menyerahkan paket tersebut kepada wanita itu. "Terimakasih, ini tip nya." ucap wanita itu dengan suara sangat lembut. Jingga tak menolak. Wanita itu dengan senang hati menerima uang tip yang diberikan padanya itu. Lama di tempat ini membuat Jingga mulai mengerti cara bertahan di tempat ini dengan baik tanpa mengganggu atau merugikan siapapun. Siang berganti senja dengan sangat cepat, Jingga merasakan kerin
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta
Jingga, akhirnya mengangguk menyetujui pernikahannya dengan Arshan yang akna dilakukan secara siri. Bukan tanpa alasan, namun Arshan memang tak mau membuat kaget kedua orangtuanya dengan rencana pernikahan mereka. Jingga sejujurnya masih sangat belum siap, namun terus menyendiri pun tak baik untuk wanita berstatus janda sepertinya. Terlebih setelah Badai akhirnya menemukan keberadaannya. Menerima tawaran Arshan, nampaknya menjadi hal terbaik yang bisa dipilihnya saat ini. "Jingga, kau mendapatkan jackppout besar dengan menjadi pengantin Tuan Muda Arshan, selamat sayang, selamat." ucap Madame Bee kepada Jingga. "Ha.ha.haa, tak kusangka aku akan menyaksikan lagi pesta pernikahan setelah sekian lama." ucap Kakek Tora sambil tertawa bahagia mengetahui niat Tuan Mudanya yang baru saja menyampaikan kabar bahagia kepada mereka. Menggunakan sebuah Mercedes Maybach, Arshan membawa Jingga ke kota Helida dimana keluarga besarnya berada. Jingga ma
Jingga, akhirnya mengangguk menyetujui pernikahannya dengan Arshan yang akna dilakukan secara siri. Bukan tanpa alasan, namun Arshan memang tak mau membuat kaget kedua orangtuanya dengan rencana pernikahan mereka. Jingga sejujurnya masih sangat belum siap, namun terus menyendiri pun tak baik untuk wanita berstatus janda sepertinya. Terlebih setelah Badai akhirnya menemukan keberadaannya. Menerima tawaran Arshan, nampaknya menjadi hal terbaik yang bisa dipilihnya saat ini. "Jingga, kau mendapatkan jackppout besar dengan menjadi pengantin Tuan Muda Arshan, selamat sayang, selamat." ucap Madame Bee kepada Jingga. "Ha.ha.haa, tak kusangka aku akan menyaksikan lagi pesta pernikahan setelah sekian lama." ucap Kakek Tora sambil tertawa bahagia mengetahui niat Tuan Mudanya yang baru saja menyampaikan kabar bahagia kepada mereka. Menggunakan sebuah Mercedes Maybach, Arshan membawa Jingga ke kota Helida dimana keluarga besarnya berada. Jingga ma
Pagi harinya, Jingga sudah bersiap di dalam kamar Arshan. Sejumlah perias datang dan langsung membuatnya menjadi patung hidup hingga lebih dari dua jam. Dengan sangat singkat, Jingga melangsungkan pernikahannya dengan Arshan dengan disaksikan oleh semua keluarga Arshan dan diwalikan oleh pamannya. "Jingga, paman pamit yaa. Kabarin paman selalu ya nak Arshan. Titip Jingga." ucap pamannya itu sambil segera berlalu. Seketika dada Jingga bergolak. Ada rasa ingin menahan paman dan bibinya pergi, namun Jingga tak bisa melakukannya. "AYoo ke kamar." ucap Arshan sangat dingin. "Tapi, semua orang masih berada disini?" tanya Jingga kepada pria yang kini sudah menjadi suaminya itu. Namun, sepertinya Arshan tak mendengarnya, karena pria ini tetap berjalan dengans etengah menyeret Jingga ke dalam kamarnya. "Buka semua bajumu! Layani aku dan berikan bayi untukku!" ucap Arshan dengan suara lantang yang sangat dingin. Seketika jiwa Jin
Pagi harinya, Jingga sudah bersiap di dalam kamar Arshan. Sejumlah perias datang dan langsung membuatnya menjadi patung hidup hingga lebih dari dua jam. Dengan sangat singkat, Jingga melangsungkan pernikahannya dengan Arshan dengan disaksikan oleh semua keluarga Arshan dan diwalikan oleh pamannya. "Jingga, paman pamit yaa. Kabarin paman selalu ya nak Arshan. Titip Jingga." ucap pamannya itu sambil segera berlalu. Seketika dada Jingga bergolak. Ada rasa ingin menahan paman dan bibinya pergi, namun Jingga tak bisa melakukannya. "AYoo ke kamar." ucap Arshan sangat dingin. "Tapi, semua orang masih berada disini?" tanya Jingga kepada pria yang kini sudah menjadi suaminya itu. Namun, sepertinya Arshan tak mendengarnya, karena pria ini tetap berjalan dengans etengah menyeret Jingga ke dalam kamarnya. "Buka semua bajumu! Layani aku dan berikan bayi untukku!" ucap Arshan dengan suara lantang yang sangat dingin. Seketika jiwa Jin
"Aku pulang." ucap Arshan saat membuka pintu kamarnya. Jingga melirik jam di dinding kamar, sudah pukul dua pagi. Wanita itu bergegas melayani suaminya berganti pakaian hingga setengah jam kemudian Arshan sduah bersih dan mengenakan piyamanya. "Tuan, anda mau makan dulu?" tanya Jingga kepada suaminya. "Tuan? Ayolah, aku suamimu. Mana ada seorang isteri memanggil suaminya dengan sebutan seperti itu." ucap Arshan sambil langsung menarik isterinya ke dalam pelukannya. "Baiklah, aku harus memanggilmu apa?" tanya Jingga dengan sangat mendesah karena Arshan sudah mencumbunya. Seperti inilah kehidupan Jingga terus berjalan selama dua bulan ini. Jingga menjadi boneka pemuas yang harus selalu siap saat suaminya datang kerumah. Tak jarang, Arshan datang di siang bolong hanya untuk melabuhkan hasratnya di peraduan dan setelah itu Arshan kembali berangkat ke kantornya. Bagi Arshan, Jingga adalah mesin pembuat bayi yang harus segera mencetak