Tubuh Gita membeku di tempat saat melihat sosok itu berjalan mendekat. Tidak. Citra sudah berada dekat dengannya ketika memanggilnya, dan lebih dekat lagi karena wanita itu sudah ada di depannya sekarang. Citra tersenyum dan bertanya, "Boleh aku duduk di sini?" Dan Gita tak memiliki jawaban selain anggukan penuh keraguan. Dia tidak mungkin menolaknya ketika dia melihat senyum cerah itu seolah-olah Citra sedang bertemu seorang teman. Tapi mereka bukan teman, dan dia ragu mereka bisa berteman. "Sebenarnya aku sampai sini saat kamu sedang meeting dengan wanita sebelumnya. Dan aku lihat kamu sangat profesional." Gita tidak yakin ingin mendengarnya. Maksudnya untuk apa menjelaskan hal tersebut kepadanya? Itu sesuatu yang normal dikerjakan oleh seorang asisten sepertinya. Berurusan dengan klien, mangatur schedule, dan menemani talent ke kegiatannya. Itu hal-hal dasar yang perlu dilakukannya sebagai seorang asisten. Namun saat ini, dia hanya mengambil yang pertama, sesuai permintaannya. T
Gita memijat lembut pangkal hidungnya untuk menghilangkan penat yang dia rasakan. Tidak. Dia pusing. Dan semua dimulai semenjak pertemuan tak sengajanya dengan Citra. Bagaimana pertemuan itu berlangsung? Yang mengagetkan adalah pertemuan itu berjalan lancar. Gita tidak meledak-ledak, menangis, kesal, dan sukses menjaga dirinya dari apa pun emosi merambati hatinya. Hal itu juga mengejutkannya karena dia dapat tenang menghadapi Citra. Dia pernah membayangkan dia mungkin kabur atau bersembunyi demi menghindari wanita itu. Nyatanya, mereka duduk saling berhadapan dan bahkan dia menghibur Citra. Betapa hebatnya dia! Tetapi lancarnya pertemuan itu tidak menjamin efeknya pada dirinya. Gita pulang dengan kepala pusing mengingat percakapan mereka dan permintaan Citra soal pertemanan. orang-orang yang mengenalnya dengan baik akan mudah menebak jawaban Gita. Dia menerimanya. Benar-benar bodoh, bukan? Namun bagaimana dia menolak seseorang memintanya menjadi seorang teman? Aku nggak bisa jadi
Gita terbangun sendirian pagi itu. Ranjang sisinya kosong karena setelah melihat jam, ini sudah jam sembilan. Kedua alisnya berkerut. Kenapa alarmnya tidak berbunyi? Itu pasti Rangga. Rangga membuatnya kelelahan semalam setelah memastikan bahwa dia tidak memiliki schedule hari ini. Dan tidurnya pasti sangat nyenyak sehingga dia tak mendengar suara alarmnya dan bahkan tidak merasakan kepergian suaminya. Dia terbiasa bangun dalam pelukan Rangga dan pagi ini, dia tidak bisa merasakannya. Gita melihat lipatan baju dengan catatan di atasnya. Jika dia yang pertama bangun, Rangga biasanya akan menyiapkan baju untuknya karena dia dapat dipastikan telanjang di balik selimutnya. - Mandilah sebelum turun. Dan jangan buru-buru! Aku nggak akan ke mana-mana. Bibir Gita tertarik membentuk senyuman membaca pesan tersebut. Tidak ada sapaan pagi tapi dia menyukai bagaimana Rangga memperhatikannya. Itu terasa manis dan menenangkannya. Dan sebutan My Queen atau Ratuku, dia kini menyukainya. Itu menan
Gita bersenandung sepanjang perjalanan menuju rumah Lukman. Dia bahagia karena rencananya mengunjungi rumah mereka akhirnya terlaksana. Tentu saja, dengan Rangga bersamanya untuk dia perkenalkan kepada mereka. Ya, kalian tidak salah baca. Dia akhirnya memutuskan untuk memberitahukan semuanya. "Kamu kelihatan senang banget," kata Rangga di sebelahnya. Matanya tertuju pada jalanan meski sesekali dia melirik ke arah sang istri yang melihat keluar jendela dengan senandung panjang dan berirama dari bibirnya. Siapa pun tahu Gita sedang dalam mood yang bagus. Dan itu menular kepadanya sehingga sesekali dia tersenyum hanya dengan mendengar suara wanitanya. Gita menoleh dan menyunggingkan senyum lebarnya. "Tentu saja. Aku akan bertemu sahabatku. Mereka benar-benar kejam nggak mengabariku sama sekali." Suaranya terdengar kompleks. Rasa senang diakhiri gerutuan. Tapi perasaan senang adalah yang dominan sebab sorot matanya memancarkan binar-binar antusiasme meski dengusan pelan dikeluarkannya.
Lukman melihat dua tamunya secara bergantian. Mereka bertiga tengah berada di ruang makan, saling berhadapan dengan Gita duduk di sisi kanan dan Rangga ada di sampingnya. Gita dan Rangga sudah berada di pintu rumahnya dan dia tidak mungkin mengusir mereka terlebih ketika dilihatnya sang sahabat menangis di pelukan Rangga. Gita menangis? Dia lupa kapan terakhir kali dia menghapus tangisan Gita. Wanita itu memang jarang menangis. "Maaf kamu harus melihatnya," kata Lukman lemah. Sebesar dia mempedulikan sahabatnya, Dela adalah yang pertama baginya. Dela merupakan istrinya meski saat ini sedang ada kesalahpahaman di anatar mereka. Dan itu dimulai sejak kehamilannya, or kehamilan mereka berdua, Dela dan Gita. Hanya karena Dela menduga Gita menyukainya, Dela berpikir mereka berselingkuh dan dia menghamili Gita. Itu sangat konyol, bukan? Yang lebih buruk, Dela tak mau mendengarkan seberapa pun keras dia menjelaskan. Termasuk soal Rangga dan percakapan tentang Rangga adalah ayah dari bayi
"Jadi ini semua pakaian untuk bayi laki-laki?" Gita mendongakkan kepalanya dari deretan pakaian yang menarik perhatiannya. Baju-baju itu dikirimkan Alia ke perusahaan jadi dia perlu melakukan pengecekan. Selain untuk memastikan barang-barang yang diterima dalam kondisi baik, dia juga merasa antusias untuk menyentuhnya. Dia ingin tahu bagaimana rasanya menyentuh baju bayi. Bibir Gita tertarik membentuk sebuah senyuman saat melihat Jenny berjalan menghampirinya. "Iya. Semua ini kelihatan lucu-lucu, kan?" Dia tidak bisa menahan diri untuk tak menunjukkan antusiasmenya. Oh, sepertinya, dia lebih antusias dibandingkan Jessica. "Tentu saja. Ini semua lucu seperti bayi. Dan kamu seperti ibu yang senang sekali melihat perlengkapan bayi." Gita memperlihatkan cengiran lebarnya. "Aku perlu belajar banyak hal untuk bayiku juga." "Dan itu membuatku lega karena sudah menempatkanmu mengurus Jessica." "Yah, makasih." Kemudian Gita membuka bungkusan terakhir dan membentangkan pakaian berwarna p
Jessica membukakan pintu untuk Gita dan Rangga ketika mereka bertandang ke rumahnya. Itu merupakan rumah dua tingkat dengan pekarangan yang luas. Tapi itu tak memiliki pagar sebab terletak di kompleks perumahan yang memiliki penjagaan ketat di jalan masuk dan keluar. Jadi area tersebut akan tetap aman baginya dan dapat menjauhkannya dari penggemar atau paparazzi. Sesosok wanita tinggi dan berambut cokelat muncul dari baliknya. Dia mengenakan pakaian santai dengan rambut dikucir kuda dengan asal. Dia tetap terlihat cantik meskipun tanpa make up. Tentu saja. Jessica adalah seorang model aktif sebelum hamil dan sekarang merawat bayinya. Namun dia sekarang berubah menjadi model yang merepresentasikan wanita hamil dan ibu muda. "Boleh suamiku masuk juga? Dia mengantarkanku ke sini." Gita telah mengirim pesan sebelumnya bahwa dia akan datang bersama Rangga tapi belum mendapatkan jawaban dari Jessica. Jessica melihat ke arah Rangga sebelum mengembalikan pandangannya kepada Gita. Lalu sebu
Setelah pertemuan dengan Jessica berakhir, Rangga memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah dan justru membelokkan mobilnya ke area pusat kota. Dia hampir putus asa mencari cara untuk mengembalikan mood istrinya ke sebelum insiden di rumah Lukman, dan akhirnya menemukannya tadi. Gita memancarkan binar berbeda saat bertemu Jessica, terutama baby Aldan. Tidak. Gita menjadi lebih baik sejak mengetahui paket dari brand sampai di perusahaan. Gita tampak antusias dan dia menginginkan perasaan itu bertahan lama. Jadi, dia berniat membawa sang istri ke toko perlengkapan bayi. "Kita akan ke mana?" tanya Gita, bergantian menatap jalanan dan Rangga. Raut wajahnya terlihat bingung. Tentu saja. Rangga tak mengatakan apa pun mengenai tujuan mereka."Kita akan membeli beberapa perlengkapan bayi," jawab Rangga masih berfokus pada jalanan. Mereka segera sampai di tujuan. Seketika, binar bahagia itu kembali meski Gita berusaha menutupinya dengan sebuah penolakan. "Tapi bukankah kamu harus beker