Bagi Rana sosok seperti itu sudah sangat langka. Lelaki dengan akhlak yang mulia seperti Andi seharusnya memang tak cocok berada di tempat yang penuh maksiat seperti ini. Sekarang tak hanya satu bahkan Ayu memiliki dua saingan cinta. Pesona Andi nyatanya tak ikut menua, semakin berumur ia justru terlihat semakin matang dan bersinar.
Kedua wanita itu terus saja mengagumi sosok Andi yang tengah berpose dengan begitu gagahnya. Baik Rana maupun Alea sama-sama menyukai setiap gerakan kecil yang Andi lakukan. Mulai dari langkahnya yang tegak, senyumnya bahkan lirikan matanya yang tajam. Pertama Alea melihat Andi adalah ketika ia memangkas habis jambangnya, menurutnya itu adalah momen terindah di sepanjang hidupnya.
Sayangnya Andi yang sekarang lebih suka memanjangkan jambangnya tetap tumbuh, tetapi tetap saja hal itu tak mengurangi rasa kagum Alea. Ia tetap rupawan meski ada atau tanpa jambangnya.
Alea melirik sekilas ke arah Rana yang duduk di sampi
Amarah bergemuruh di dada Alea. ia tak menyangka jika sifat anaknya jauh berbeda dengan Andi. Ia tak terima dihina seperti itu di muka umum. Sekarang mereka sudah pasti menjadi pusat perhatian di sana. Tangan Alea mengepal. Seiring dengan Reno yang makin menjauh. Melihat hal itu. Rana langsung beranjak dari tempatnya, telat sedikit saja Alea pasti tidak akan mampu mengendalikan amarahnya. “Kenapa menarikku ke luar, aku harus memberi dia pelajaran. Dasar anak kurang ajar.” “Alea, sadarlah. Dia itu anaknya Andi. Setidaknya, bersikap baiklah sampai kalian menikah nanti. Kalau kamu tak bisa menjaga sikapmu. Apa yang akan dia pikirkan tentangmu nanti.” Sejenak Alea berhenti melepaskan lengannya dari jerat Rana. Kemudian, ia berpikir, jika nasihat Rana ada benarnya. Bagaimanapun ia punya keinginan untuk bersama Andi. Jika anak itu mengadu karena ribut dengannya. Andi bisa saja menilaiku gadis yang buruk. “Kalau kalian menikah, tetap saja pahitnya kala
“Aku permisi dulu,” ucap Andi tanpa beban. Pria itu lekas mengayun langkah menuju pintu. tidak akan baik juga baginya jika terus berada berdua di tempat tertutup dengan wanita yang berpakaian hampir telanjang itu.Meski ia sendiri menyadari jika raut Alea berubah menjadi sendu. Namun, ia memutuskan untuk tidak peduli dan pergi. Baginya Ayu lebih penting dari sekedar menghibur orang asing yang tengah bersedih. Seperti itu arti Alea di mata Andi. Bertolak belakang dengan Alea yang menganggapnya seperti dewa.Ia khawatir apa lagi Ayu tak kunjung mengangkat teleponnya. Sekelumit ucapan Syahru yang mengatakan jika Reno bisa saja membawa Ayu pergi, mulai melayang di benaknya, karena hal itulah membuatnya harus segera meninggalkan tempat ini secepatnya.“Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaanku, Mas. Aku tahu kamu bisa merasakan kalau aku begitu mengagumimu. Tak bisakah jika kamu membalas perasaanku sedikit saja?”Andi menghentikan lan
“Kamu sedang berceramah? Aku tidak butuh itu.”“Tidak aku hanya sedang bicara. Tidak masalah bagiku jika kamu tidak ingin mendengarnya.” Andi lantas menjauh dari Alea ia duduk di lantai sembari menyenderkan punggungnya ke dinding. Ia masih mencoba menghubungi teman-temannya. Sayangnya, tak satu pun yang mengangkatnya. Tentu saja, karena sekarang mereka semua sedan bersenang-senang. Merayakan ulang tahun Syahru hari ini.Alea masih berusaha minta tolong, sayang ruangan ini di design kedap suara. Jadi percuma saja ia berteriak pada akhirnya tak akan terdengar keluar.“Kamu punya nomor petugas keamanan?”“Untuk apa menyimpannya?” kata Alea kesal. Andi juga membenarkan untuk artis sekelas Alea mana peduli dengan hal itu. Andi masih berusaha menelepon seseorang yang sekiranya mampu menolongnya. Sayangnya tak ada. Sekarang baterai ponselnya bahkan tinggal 5%. Sebentar lagi pasti akan mati total.&l
Reno masih mengikuti Mamahnya sampai ke lantai atas. Meski sejak tadi Ayu hanya diam tanpa ekspresi. Saat tiba di pintu Reno menahan lengannya.“Mah, maafin aku kalau foto itu bikin Mamah sakit hati. Tolong jangan begini, Mah. katakan sesuatu aku benar-benar minta maaf. Jangan bikin aku takut.” Reno mulai mengangkat tangan Ayu lantas menciumnya dengan mata yang sudah basah. Ia tak menyangka jika Ayu akan seperti ini. Sesal kian menyeruak dalam dada pemuda itu. seorang anak yang tega menghancurkan rumah tangganya sendiri. Begitulah dia sekarang.Ayu tak mau menatapnya pandangannya hanya menunduk menatap lantai granit rumahnya yang mengkilap. Reno menyerah ia membasuh wajahnya dengan kasar, saat itu pula menjadi kesempatan bagi Ayu untuk melepaskan diri dan beranjak masuk ke kamarnya.Reno masih tak menyerah, ia mengikuti Ayu sampai ke kamar. Namun, wanitanya itu sama sekali tak acuh ia malah naik ke ranjang dan berbaring di sana. Menarik selimut sampa
Alea begitu picik, menjadikan ibadah sebagai alasan hanya demi bisa berdekatan dengan pria yang ia cintai.“Maaf aku tidak bisa.”“Kenapa?” Wajah Alea langsung memerah, tak menyangka jika usahanya kali ini gagal lagi.“Kamu mau menghadap Allah dengan pakaian seperti ini?” Alea langsung tersentak.‘Benar juga, sekarang bukannya mendapat perhatian darinya. Aku malah semakin terlihat bodoh,’ batin Alea.“Aku lupa.” Andi hanya diam, lalu kembali menyandarkan punggungnya ke dinding. Kali ini ia memejamkan matanya. Tubuhnya sudah lelah sekali. Ia sudah tak peduli jika Alea mungkin akan melakukan hal-hal konyol. Ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya sebentar saja.“Mas, kamu tidur? Mas Andi?” Alea masih saja mengajaknya bicara. Namun, saat Andi tak merespons apa pun. Ia menyadari kalau pria itu telah tertidur.‘Tidur pun dia masih saja terlihat begitu memesona,’ batin Alea. Ia mengambil ponselnya. Lalu, diam-diam mendekat pada pria itu dan mengambil fotonya. Pikirnya mungkin suatu hari in
“Enggak benar,” jawab Ayu.“Lalu bagaimana dengan anak-anak?”“Mungkin kita bisa kembali sewa asisten rumah tangga.”“Apa kamu enggak mau lagi mengurusku? Jika ada pelayan di rumah itu artinya akan ada wanita lain di rumah kita, kamu yakin enggak masalah dengan hal itu?”“Memangnya kenapa, bukankah tanpa asisten rumah tangga, jika seseorang memang punya keinginan untuk mendua. Di luar pun pasti akan dengan mudah melakukannya.”“Dek, kamu sedang menyindirku.” Ayu hanya menggeleng.“Semalam aku terkunci di gedung itu. Makanya aku tidak bisa pulang tepat waktu.”“Aku tahu,” ucap Ayu yang membuat Andi terheran. Ia tak pernah memberi tahu siapa pun.‘Jangan-jangan orang yang tadi merekamku, sudah menyebarkan beritanya,’ batin Andi.“Siapa yang memberi tahumu?”“Semua orang juga tahu.”
Ayu segera membawa Rania dalam gendongan, tanpa ada keraguan sedikit pun wanita itu membuka pintu mobil. Mengabaikan wartawan yang sudah mengerumuni kendaraan roda empat itu, tak ubahnya seperti semut yang mengerumuni gula. Melihat seseorang yang keluar dari sana. Orang-orang ramai, berbondong-bondong, mengangkat kamera dan menyodorkan microfon dan sejenis alat perekam lain ke hadapan Ayu. berbagai pertanyaan yang menohok mulia mereka lontarkan.“Bagaimana pendapat Ibu menanggapi isu perselingkuhan yang dilakukan suami Anda?” Salah seorang wartawan perempuan itu mengeraskan suaranya. Hanya agar pertanyaannya di dengar Ayu.“Apa kalian akan bercerai?”“Apa nantinya kalian akan melakukan poligami?”Ayu masih diam menatapi mereka yang terus saja bicara tanpa henti. Tangannya mengepal erat, seiring dengan Rania yang semakin menjerit histeris. Ia ingin melangkah maju, tetapi bebe
“Kamu bilang apa tadi? Aku pantas mendapatkannya? Jangan sembarangan Ayu. Harusnya kamu berkaca. Kenapa suamimu berpaling darimu sampai dua kali.” Dari pada membalas kemarahannya Ayu justru tersenyum menanggapi patah demi patah kat yang terlontar dari bibir ranum Alea yang berhiaskan lipstick nude yang glossy. Dari luar terlihat cantik sekali, sayangnya berbanding terbalik dengan ucapannya yang begitu kasar dan setengah berteriak itu.“Memangnya menurutmu kenapa?” tanya Ayu.“Ya jelas karena kamu yang tidak bisa mengurusnya dengan baik. Lihatlah sebagai seorang istri kamu hanya pintar menghabiskan uang suami. Aku tahu kamu pasti menghabiskan banyak uang untuk perawatan wajahmu. Percuma saja jika kamu merawat wajah, tetapi pakaianmu tidak diperhatikan. Pada akhirnya suamimu tetap akan berpaling dan meninggalkanmu lagi.”“Kalau dia memang ingin pergi, ya tinggal pergi. Sejak dulu saya tidak pe