"Memang selama ini aku tidak baik sama kamu? Aku sudah tidak pernah marah, 'kan sama kamu. Aku berpikir karena kamu istriku. Jadi wajar aku baik sama kamu," jelas Reval, "kenapa kamu menanyakan hal ini?" lanjut Reval. "Ya ... aku cuma mau tahu saja isi hatimu. Kamu begini sama aku karena Angel selingkuh dari kamu, 'kan dan Angel ternyata hanya mengincar hartamu saja. Seandainya Angel tidak seperti itu, apa kamu akan baik denganku?" "Sudahlah! Ngapain kamu harus mempertanyakan ini semua. Yang terpenting aku sudah memenuhi kebutuhanmu. Ya, walaupun kamu tidak cinta sama aku. Tapi karena kamu istriku, aku harus memenuhi semua kebutuhanmu. Apalagi yang harus kamu pertanyakan." Marsya hanya bisa menghela napas. "Ternyata kamu tidak mencintaiku," batin Marsya. *** Marsya sedang memainkan ponsel di dalam kamar. Ponsel Reval berdering, dia kemudian menoleh ke arah nakas dan membiarkan ponsel itu berdering. Marsya tidak ingin sembarangan m
Hanya Marsyalah perempuan satu-satunya yang biasa saja terhadap dirinya. Dari awal mereka bertemu, di saat dirinya pertama kali bertemu Marsya. Masih terngiang-ngiang oleh Reval kalau Marsya menolak dirinya di saat dia mengajak Marsya menikah. Mereka pun sampai di rumah Reval. Di saat Marsya masuk ke dalam kamar tiba-tiba Bu Tasya menghubunginya. Marsya duduk di sofa lalu mengangkatnya. "Iya, Bu. Ada apa?" tanya Marsya. "Marsya. Bapakmu, Marsya," rengek Bu Tasya. "Bapak! Kenapa sama, Bapak?" "Bapakmu ngamuk-ngamuk di rumah sambil mabuk. Bapak nanyain kamu, Ibu takut Marsya." "Ya, ampun! Ya, sudah, Ibu tunggu ya, Marsya ke sana," ucap Marsya lalu menutup panggilan tersebut. "Ada apa?" tanya Reval yang sadari tadi memperhatikan Marsya. "Bapak ngamuk-ngamuk di rumah. Katanya Bapak nanyain aku," jawab Marsya. "Terus apa hubungannya sama kamu! Ingat dia bukan Bapakmu!" "Tapi aku kasihan sama Ibu. Gimana kalau terjadi apa-apa sama Ibu?" "Dia juga bukan Ibumu, 'kan? Ngapain kamu ng
Di rumah, Reval melarang Pak Jaya untuk menjemput Marsya. Dia ingin mengetahui keadaan Marsya. Dia berinisiatif untuk menjemput sang istri. Di saat Reval baru masuk ke dalam rumah orang tua Marsya. Dia mendengar suara Pak Bowo berteriak di ruang keluarga. Reval langsung berlari dan masuk ke ruangan tersebut. Reval melihat Pak Bowo sedang menarik tas selempang Marsya dan juga menampar pipi Marsya. "Anda sudah keterluan dengan istriku. Ingat, Anda tidak berhak minta apa pun kepada istriku! Sepeser pun aku tidak akan mengizinkan uangku di ambil oleh Anda. Camkan itu!" Reval menunjuk wajah Pak Bowo. "Tapi dia anak saya, Tuan, bukannya dia berhak memberi uang kepada orang tuanya," jawab Pak Bowo. "Oh, sekarang Anda mengaku anak sama Marsya dan Anda berani sekali menjawab omonganku. Bukannya Anda sudah menjual Marsya kepadaku. Jadi Anda sama sekali tidak berhak atas Marsya. Uang pun Anda tidak berhak memintanya kepada Marsya dan satu lagi Marsya buk
"Jadi kamu pergi sama Angel cuma mau tahu, apakah aku cemburu atau tidak? Sama sekali aku tidak cemburu. Silakan kamu pergi dengan Angel. Aku, 'kan cuma perempuan yang hanya pelunas hutang Bapak tiriku saja." Marsya melepaskan tangan Reval secara kencang lalu berjalan membelakangi Reval. Reval menyunggingkan senyumnya sambil melihat Marsya berjalan ke arah sofa. Sang suami langsung mengambil jam tangan dan memakainya. Dia kemudian berjalan meninggalkan Marsya lalu keluar kamar dan membanting pintu kamar. Marsya melonjak kaget di saat Reval membanting pintu kamar. "Asal kamu tahu, Reval. Aku cemburu. Tapi percuma aku mengatakan langsung sama kamu. Toh, kamu tidak cinta sama aku. Kalau kamu cinta sama aku, kamu tidak mungkin melakukan hal ini. Kamu pasti akan menjaga perasaanku. Tapi kamu malah kaya begitu." Marsya bermonolog sendiri. *** Reval sudah berada di pesta pernikahan Fadly bersama Angel. Wajah Angel begitu sumringah di saat dirinya ber
Di saat mabuk Reval malah mengingat Marsya. Angel membelalakkan matanya ketika Reval menyebut nama Marsya. Dia merasa di atas awan lalu terhempas lagi ke bumi karena yang disebut bukan nama dirinya."Berengsek!" Angel menampar pipi Reval lalu turun dari pangkuan Reval.Angel yang mendengarnya sangat kesal, dia duduk di samping Reval sambil menatap tajam ke arah Reval. Angel mengambil ponsel di atas meja lalu menghubungi Asisten pribadi Reval."Hallo, asisten Farhan. Kamu ke apartemenku jemput Reval ke sini!" marah Angel. Beberapa menit kemudian Farhan datang. "Urusin dia! Bisa-bisanya dia sebut nama pembantu di depan mukaku, sialan!""Maafkan Tuan Reval, Non Angel." Farhan menundukkan kepalanya lalu mengangkat badan Reval. ***"Kenapa, Tuan menyusahkan sekali. Malah mabuk di apartemen Non Angel." Farhan mendorong Reval ke dalam mobil."Marsya aku mencintaimu. Kenapa kamu tidak mencintaiku? Dasar pere
Reval kembali mengingat kejadian semalam. "Sialan! Kenapa nama istriku keluar dari mulutku?" Reval geleng-geleng kepala."mana aku tahu atau mungkin itu isi hati, Tuan yang sebenarnya. Katanya kalau orang mabuk selalu berkata jujur dan karena orang tersebut ...," kata Farhan dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Reval sedang menatap tajam Farhan. Dia tidak ingin mendengar ocehan sang asisten yang sekaligus adalah temannya Reval. Reval langsung teringat Marsya, di saat dirinya marah dan membanting pintu kamar."Menurut kamu, Marsya suka sama aku atau tidak?""Kenapa nanya sama aku. 'Kan, Tuan yang sehari-harinya sama istri. Berarti tuan yang lebih tahu.""Aku cuma mau tahu saja dari penglihatan orang lain." "Menurut aku Non Marsya sepertinya ... Tuan langsung tanyakan saja sama Non Marsya. Aku tidak mau mengambil kesimpulan." Farhan menahan tawa."Gila kamu! Masa aku harus bertanya sama dia. Sudah tahu jawabannya. Dia
Sang suami terhentak kaget dan langsung terdiam. "Kamu sudah pulang? Bukannya dua jam lagi kamu baru pulang?" Marsya melihat jam tangan."Iya ... kebetulan di kantor sudah tidak ada kerjaan lagi. Ya, sudah aku pulang saja." Reval garuk-garuk kepala yang tidak gatal."Oh, begitu. Terus kamu langsung ke sini mau ngapain? Kamu belum berganti pakaian." Marsya memperhatikan tubuh Reval dari atas ke bawah."Eemm, ... aku mau mandi siapkan air," pinta Reval lalu meninggalkan Marsya begitu saja."Susah kalau punya suami kaya kulkas." Marsya mengumpat lalu berjalan ke dalam rumah.Sementara Reval menemui satpam terlebih dahulu sebelum ke kamarnya. Dia ingin menanyakan tentang pak Bowo. Reval tidak mau terjadi apa-apa lagi dengan Marsya."Tuan." Dua security langsung menunduk kepada Reval."Ceritakan bagaimana Pak Bowo bisa masuk ke rumah ini!" perintah Reval."Maaf, Tuan kami tidak tahu kalau Pak bowo seperti i
Baru kali ini Reval melihat sang istri marah kepadanya. Sebenarnya bukan seperti ini yang diharapkan Reval. Dia ingin sekali melakukan apa yang diucapkan oleh sang istri. Namun, apalah daya keegoisan Reval yang begitu tinggi. Sementara Marsya yang sedang di kamar mandi. Dia begitu kesal kepada sang suami. Dia sedang bercermin menatap dirinya sendiri. Tidak terasa air mata jatuh di atas pipinya, dadanya begitu sesak karena ulah sang suami. Dia langsung menghapus air mata tersebut. Percuma bila harus menangisi masalah ini. Semuanya tidak akan pernah berubah. Reval tidak akan mungkin mencintainya apalagi perhatian kepada Marsya. "Dasar lelaki aneh! Kenapa harus marah-marah? Ujung-ujungnya malah nyalahin aku." Marsya menghapus air matanya. ***Reval memutuskan untuk keluar rumah. Kini dia sedang berada di club malam. Dia sedang menunggu Farhan untuk menemaninya."Kenapa lagi? Memang harus seperti ini, mabuk-mabukkan kalau ada ma