Share

Sambal Teri Hijau

Pov Aisyah

            Kusingkirkan wajah Rahman dari ciuman yang lekat tadi. Aku harus segera menyadarkannya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Kami harus segera sampai di ruang meeting.

            Aku berjalan di samping Rahman layaknya seperti seorang sekretaris. Pintu lift terbuka, kami pun masuk dan menekan tombol angka tujuh. Di dalam lift Rahman memegang tanganku. Terasa hanyat sekaligus dingin. Entah perasaanku saja atau ini hanya karena di dalam lift memang dingin.

            “Mas, kamu siap kan untuk meeting?”

            “Kan ada kamu sayang…”

            “Tapi kamu CEO-nya, Mas.”

     &

Anung DLizta

Terima kasih atas like, koment dan votenya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status