Part 53Pagi-pagi sekali mereka sudah bersiap untuk kembali tinggal di apartemen. "Kalian mau kemana? Pulang ke apartemen?" tanya Mahesa saat mereka berpamitan."Iya, ayah. Sudah tiga hari kami menginap di sini."Mahesa mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya. "Jaga anak dan istrimu dengan benar ya! Jangan sakiti mereka.""Tentu, Ayah.""Kalau bisa kamu perketat penjagaan terhadap mereka. Ayah justru takut terjadi sesuatu pada anak dan istrimu. Apalagi kamu sudah mengumumkannya di depan publik. Kau tahu sendiri kan, banyak musuh berkedok rekan bisnis. Banyak musuh dalam selimut."Putra mengangguk. "Iya, Ayah. Aku akan ingat nasehat ayah."Hana tersenyum. "Kami pamit ya, Ayah.""Iya, menantuku. Jaga kehamilanmu dengan baik ya. Titip Alvaro sama Putra. Sadarkan Putra kalau dia sudah mulai salah jalan. Ayah tahu, kamu wanita yang sangat baik.""Baik, Ayah. Terima kasih banyak sudah menerima saya dalam keluarga ini. Saya merasa beruntung sekali.""Ya, ya, ya, tentu saja. Kamu adalah w
Part 54"Tapi, Nak--""Sudah, Ma, cukup! Tidak usah dibahas lagi. Aku capek banget. Aku datang ke sini untuk menenangkan diri. Bukan untuk mendengarkan keluhan mama."Bu Samira menghela napas panjang. Ia juga kecewa pada jawaban anaknya. "Ada masalah apa sih, sekarang kamu kok kusut banget?"Bambang Wijaya masih memijat pelipisnya. "Apa yang harus kukatakan pada Mariana, Ma? Aku takut mereka akan marah padaku.""Ada apalagi ini?""Ini masalah besar, Ma.""Masalah apa? Katakan yang jelas, Bambang Wijaya, jangan bertele-tele.""Tentang kesuburanku, Ma. Aku sudah melakukan test kesuburan sendiri tanpa sepengetahuan Mariana, dan hasilnya ternyata aku gak subur, Ma.""Apaaa? Itu gak mungkin! Mana mungkin anak mama mandul!" pekik Bu Samira kaget."Tapi itu kenyataannya, Ma! Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku menghadapi keluarga mereka. Sementara Mariana juga menuntutku untuk menjalani proses bayi tabung.""Mana surat dari dokter yang menyatakan kesuburanmu? Mama pengen lihat!""Ada di
Part 55"K-kamu sudah tahu?""Ya!" sahut Mariana ketus. Terpancar jelas wajahnya yang tampak begitu kecewa.Wijaya langsung berlutut di hadapan istrinya. "Maafkan aku, Sayang. Aku memang seorang pecundang yang tak mampu mengakui kekuranganku sendiri. Maafkan aku."Mariana masih saja kesal pada suaminya itu. "Mariana sayang, tapi sungguh cinta dalam hatiku hanya untukmu, aku--""Sudahlah Mas, tak perlu merayuku lagi, aku capek!" Mariana beringsut mundur, ia segera menghapus riasan makeupnya dengan pembersih wajah."Sayang ...""Diamlah, Mas! Jangan bicara padaku! Aku lagi benci sama kamu!" serunya.Suasana hening sejenak, kedua insan itu terhanyut dalam pikirannya masing-masing."Untuk sementara kita masing-masing dulu."Wijaya terkesiap mendengar ucapan sang istri. "Apa maksudmu dengan masing-masing, Mariana?""Mas, aku butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikiranku dulu. Jadi, aku ingin kau tidak mengajakku bicara.""Sayang. Tapi kan kita ini suami istri--"Mariana mengangkat sebe
Part 56Setelah beberapa saat, rasa mual Hana mulai mereda. Ia bisa memejamkan matanya sejenak. Putra menatap arloji di tangannya, waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Atas inisiatifnya sendiri, ia menghubungi adik iparnya, Husna. 'Dia belum berangkat sekolah kan? Aku harus mengobrol dengan ibu dan berkonsultasi padanya.' Batin Putra berbicara sendiri.Panggilan tersambung, tak lama terdengar sapaan suara lembut di seberang telepon."Hallo kakak ipar, ada apa? Gimana kabar teteh? Dia baik-baik saja 'kan?" tanya Husna. "Iya, Dik, semuanya baik-baik saja. Apa ibu ada? Ada yang ingin saya sampaikan.""Ada, tunggu sebentar ya, A.""Iya."Selang beberapa menit terdengar sahutan lembut suara ibu mertuanya."Halo. Ini Nak Putra?""Iya, Bu. Gimana kondisi keluarga, Bu?""Semuanya baik. Gimana dengan kalian? Hana bagaimana?" Ibu balik bertanya."Iya, Bu, kami baik-baik saja. Saya ingin beri tahu kabar gembira untuk ibu.""Kabar apa, Nak?""Hana sedang hamil, Bu.""Waah, beneran, Nak? Si Neng H
Part 57Hana sempat terkejut saat beradu pandang dengannya. Tapi berusaha tak peduli, ia hendak melangkah mengejar Alvaro."Alvaro, tunggu, Nak! Jangan jauh-jauh, Nak!" teriak Hana. Serta merta perempuan itu menoleh ke arah pandang Hana. Mendadak ia mencekal pergelangan tangan Hana dengan kuat, menahannya pergi."Tolong lepasin aku, Mbak! Aku minta maaf, aku gak sengaja," ujar Hana seraya berusaha menepis cekalan tangannya."Tak semudah itu kau pergi gitu aja! Kau sudah mempermalukanku di depan umum!" sanggahnya dengan nada setengah berteriak, membuat para tamu undangan menoleh ke arah mereka berdua. Terdengar bisik-bisik setelahnya."Mempermalukan gimana, aku kan sudah minta maaf aku gak sengaja nabrak mbak tadi. Tolong ya, Mbak, izinkan aku pergi, aku harus menyusul Alvaro."Wanita itu tersenyum dengan sinis. "Minta maaf saja tidak cukup! Emangnya kata-katamu bisa membersihkan masalahmu itu.""Maksud mbak apa? Tapi maaf, aku gak ada waktu untuk berdebat denganmu!" Sekuat tenaga, Ha
Part 58"Lihat saja, aku akan buat perhitungan dengan kalian!" Emosi Putra tak tertahankan lagi. Tapi melihat kondisi Hana yang tak karuan membuatnya harus segera pulang. "A, aku mau pulang ..." lirih Hana bersuara. "Alvaro, ayo kita pulang, Nak!" sergah Putra. Alvaro mengangguk."Putra tunggu, biar Alvaro bersamaku!" cegah Sasya yang langsung menahan Alvaro."Tidak mau! Tante jahat!" seru Alvaro, dia kembali menggigit tangan Sasya hingga perempuan itu memekik kesakitan. 'Dasar anak nakal! Pasti Hana yang sudah mengajarinya jadi seperti ini!' gerutunya dalam hati."Jangan paksa dia, Sasya! Dia tidak mau, kau tahu sendiri alasannya," pungkas Putra, tatapannya begitu tajam dan dingin.Tangan Sasya mengepal, terlebih Rose dan Yasmin menghalanginya agar bisa menahan emosi."Kau tidak dengar tadi Putra mengancam kita? Sudahlah, biarkan saja mereka pergi."Sasya mendengus kesal, apalagi beberapa orang melihat ke arahnya dengan tatapan mengejek. Seseorang membantu membukakan pintu mobil,
Part 59Pesta belum usai ...Aaarrgghh! Sasya menggeram kesal. Menoleh ke kanan dan kiri, ia tengah jadi tontonan para tamu undangan yang lain. Dengan terpaksa Sasya meninggalkan lokasi pesta selepas Putra pergi, diikuti oleh Yasmin dan Rose.Wanita itu benar-benar kesal. Ia melangkah dengan menghentakkan kakinya, terlebih dressnya yang basah dan lengket karena tumpahan minuman, membuatnya merasa sangat menyedihkan."Mau kemana, Sya?" tegur seorang lelaki yang menghampirinya. Sasya menoleh dan melihat baju lelaki itu basah kuyup. Perasaannya makin malas untuk menanggapinya."Bukan urusan lo!"Farish justru menyeringai."Lagian ngapain tadi lo mau nolongin si Hana?" sungutnya. Ia tak terima saat Farish menceburkan diri dan menolong Hana sebelum Putra datang."Kasihan, Sya, dia gak bisa berenang. Kalau mati tenggelam gimana? Lo pasti bisa kena hukuman! Dan kita semua pasti akan kena imbasnya.""Ck! Biar aja! Dia udah merebut semua milikku! Sungguh menyebalkan!" "Sya, Sya, ingat, kau in
Part 60"Aku tahu, banyak orang yang tak menyukai kita. Seharusnya aku bisa menjagamu dengan baik, tapi posisiku justru membahayakanmu."Putra mengurut keningnya yang terasa begitu penat. "Sudah, A, jangan terlalu dipikirkan. Kita istirahat saja, sudah malam.""Kau sudah ngantuk?""Hmmm.""Ya sudah kamu istirahat saja dulu. Aku masih ada pekerjaan."Hana mengangguk. Ia segera merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia langsung menarik selimut, karena kali ini terasa begitu dingin. Putra masih terjaga, beberapa masalah yang datang, tak bisa membuatnya tertidur. Saat ini, ia berada di samping Hana tidur, sembari memangku laptopnya. tangannya dengan lincah membuka beberapa laporan yang masuk ke email.Salah satu diantaranya, proyek baru yang dipegang Bama, yang cukup menyita perhatian akhir-akhir ini. Lalu baru juga beberapa jam sebelumnya, ia mendapatkan laporan dari Derry, salah satu orang kepercayaannya yang melaporkan bahwa salah satu kliennya berusaha melakukan kecurangan. Beruntu