Tanpa disadari, detak jantung Audrey berpacu kencang. Dia terlena sesaat, tetapi langsung mencubit lengannya sendiri hingga kesakitan. Rasa sakit itu seketika membuat pikirannya yang kacau menjadi lebih tenang.Audrey menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Terima kasih untuk bantuanmu hari ini. Memang aku yang telah berbuat kesalahan padamu untuk masalah itu. Aku minta maaf, tapi semua itu hanya kecelakaan. Kuharap kamu jangan terlalu banyak berpikir."Sambil berbicara, Audrey langsung turun dari ranjang dan hendak pergi. Zayden langsung menghalangi di depannya dan berkata, "Apakah aku yang berpikir berlebihan atau kamu yang terus membohongi dirimu sendiri? Apa kamu tidak merasakan apa pun tadi?"Audrey sangat jelas bahwa dia tidak akan bereaksi seperti itu tadi jika pria yang menolongnya bukan Zayden. Semua perilaku pria ini sangat berpengaruh terhadap Audrey. Namun, keganjilan ini hanya akan membuat Audrey merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, dia telah pernah celaka di tangan pria ini
Setelah mengatakan itu, Audrey berbalik dan kembali ke kamarnya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, pikirannya sekarang sangat kacau.Melihat punggung Audrey yang panik, Christian perlahan-lahan mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.....Audrey pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah keluar, dia mengeringkan rambutnya, tetapi pikirannya masih melayang-layang. Saat dia masih tidak fokus, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia melihat sejenak dan segera menerimanya saat melihat itu adalah telepon dari nomor luar negeri Lara."Ibu, ada apa? Kenapa meneleponku di waktu seperti ini?""Nggak apa-apa, aku hanya ingin tanya bagaimana situasimu belakangan ini.""Aku sangat baik, tenang saja." Selama ini, Audrey selalu melaporkan kabar gembira, tetapi tidak menceritakan kekhawatirannya."Baguslah. Tapi, kamu berencana kapan untuk menetapkan hubunganmu dengan Christian?"Lara memikirkan kata-kata yang dikatakan Christian tadi
Setelah cemas semalaman, Audrey merasa sangat kelelahan, sehingga dia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Pekerjaannya kali ini juga mungkin bisa diatasi dengan bekerja dari jarak jauh dan beberapa kali dinas. Dia berencana untuk tidak memikirkan hal ini lagi dan membuat ibunya khawatir. Dia juga tidak ingin memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk goyah."Menurutku lumayan. Mama, kamu rencana kembali ke negara sana, ya?"Audrey tersenyum. "Nenekmu di luar negeri sangat merindukanmu. Beberapa hari lagi kita kembali ke sana, ya?"Dash menganggukkan kepala dengan patuh. Dia tidak keberatan untuk kembali, tetapi keputusan yang begitu mendadak ini membuatnya merasa ada yang aneh. Bagaimanapun juga, saat pulang ke sini, ibunya sangat yakin dengan keputusannya, sekarang malah tiba-tiba ingin kembali. Pasti ada penyebabnya jika terjadi sesuatu yang aneh. Dia langsung teringat dengan Zayden. Apa ayah berengseknya itu membuat masalah lagi? Bagaimanapun juga, sepertinya tidak ad
Siapa pun tidak akan membayangkan situasi yang mendadak itu. Saat semuanya menyadari telah terjadi masalah, sudah tidak sempat untuk menghalanginya. Orang-orang di sekitar juga berteriak, bahkan ada beberapa orang yang menutup mata mereka dan berteriak dengan ketakutan. Van itu melaju ke arah anak sekecil itu dan tidak ada tempat untuk menghindar sama sekali. Anak itu pasti akan tertabrak.Di belakang kerumunan, mata Shania hanya bisa membelalak dan melihat kejadian itu. Saat ini, hatinya sama sekali tidak merasa takut, dia malah merasa senang dan bersemangat. Selama beberapa hari ini, orang yang dia perintahkan selalu tidak mendapat kesempatan untuk bertindak. Audrey menjaga anaknya dengan sangat ketat, selalu ada yang mengantar anaknya saat berangkat dan pulang sekolah dengan mobil. Dia juga tidak berani gegabah. Entah mengapa, hari ini dia berhasil menemukan kesempatan saat anak itu sedang sendirian.Melihat van itu melaju ke arahnya, Dash langsung merasa waktu berlalu dengan sangat
Dash memang sudah khawatir melihat orang di dalam mobil. Tidak boleh terjadi sesuatu dengan orang yang menyelamatkannya. Jika tidak, Dash akan merasa bersalah seumur hidupnya. Saat mendengar mobil itu milik Zayden, dia tertegun sejenak. Ternyata Zayden yang menyelamatkannya? Suasana hatinya tiba-tiba menjadi sangat kacau.Di kejauhan, ada seseorang yang suasana hatinya juga ikut cemas. Shania yang berdiri di depan teleskop melihat awalnya semua berjalan dengan sangat lancar dan berpikir akan berhasil. Tak disangka, ada seseorang yang tiba-tiba muncul dan menghancurkan semua rencananya. Dia langsung mengutuk di dalam hatinya agar orang yang ikut campur itu segera mati saja. Namun, setelah melihat mobil itu dengan saksama, dia langsung tertegun sejenak.Mobil itu adalah mobil edisi terbatas di seluruh dunia dan hanya ada satu milik Zayden di seluruh Slastin. Shania tidak menyangka orang yang tiba-tiba muncul itu adalah Zayden. Dia berpikir apakah Zayden sudah mengetahui sesuatu. Meski ti
Rumah sakit? Audrey masih ingin menanyakan sesuatu, tetapi orang itu sepertinya sangat sibuk. Dia hanya memberitahu Audrey alamat rumah sakit dan lantai tempat ruang gawat daruratnya berada, lalu menutup teleponnya.Pikiran Audrey langsung menjadi kosong sejenak. Bukankah Dash harusnya berada di TK saat ini? Kenapa dia bisa pergi ke rumah sakit, apalagi masuk ruang gawat darurat? Apa yang terjadi padanya? Sekujur tubuh Audrey gemetaran. Jika lukanya tidak serius, Dash seharusnya tidak pergi ke ruang gawat darurat.Beberapa saat kemudian, Audrey berusaha memaksa dirinya untuk tenang. Dia memerintahkan orang untuk membereskan kantornya yang kacau, lalu mengambil kunci mobil di meja dan bergegas berlari keluar. Di sepanjang jalan, Audrey mengendarai mobilnya dengan sangat cepat menuju rumah sakit. Tak lama kemudian, mobil telah tiba di parkiran rumah sakit. Begitu memarkir mobilnya, dia membuka pintunya dan langsung berlari masuk. Setelah menekan tombol lift dan pintu lift terbuka, dia ma
Audrey menunggu di luar. Entah berapa lama kemudian, pintu ruang gawat darurat akhirnya dibuka. Melihat ini, Audrey buru-buru menghampiri. Dia meraih tangan dokter dan bertanya, "Dokter, gimana kondisinya?""Sudah aman, airbag menghalangi sebagian besar daya hantaman, tapi lengannya patah. Dahinya juga terkena luka gores, jadi mungkin ada sedikit gegar otak. Intinya, nggak ada yang berbahaya. Dia cukup istirahat beberapa hari," jawab dokter itu.Audrey menghela napas mendengarnya. Dash yang berdiri di samping akhirnya tidak mengernyit lagi. Untung saja, pria ini tidak kenapa-kenapa. Kalau tidak, dia akan merasa bersalah untuk seumur hidup."Dia sudah di bangsal. Kamu boleh menjenguknya, sekalian bersihkan luka dan ganti pakaiannya," ujar dokter saat melihat Audrey begitu khawatir pada Zayden. Dia pun mengira Audrey adalah kerabatnya sehingga berpesan beberapa hal kepadanya, lalu pergi.Audrey ragu-ragu sejenak. Menurut logika, dia seharusnya menjaga jarak dengan Zayden. Namun, pria ini
Dash bisa merasakan kehangatan dari tangan Zayden. Dia merasa kurang nyaman sehingga berniat untuk menghindar. Namun, begitu mengangkat kakinya, matanya tertuju pada tangan kiri Zayden yang digips. Dia pun merasa tidak tega pada pria ini. Hanya saja, wajah mungil Dash tanpa disadari menjadi tersipu.Audrey tak kuasa menghela napas dalam hati saat melihat ekspresi Dash. Apakah ini yang dinamakan ikatan batin? Bagaimanapun, Dash memiliki gengsi tinggi dan sikapnya sangat dewasa. Anak ini selalu berperilaku layaknya orang dewasa, tidak pernah malu-malu begini."Dash, kamu keluar dulu. Ada yang ingin kubicarakan dengannya," ucap Audrey. Mendengar ini, Dash melirik Audrey dengan agak ragu. Ketika melihat tatapan serius ibunya, dia pun berjalan ke luar tanpa mengatakan apa pun.Sesudah Dash keluar dan pintu ditutup, Audrey baru bertanya dengan tulus, "Gimana kondisimu? Apa lukamu masih sakit?""Kamu peduli padaku, ya?" timpal Zayden sembari tersenyuman dan menatap Audrey dengan tenang. Bagai