Zayden menggenggam tangan Audrey. Terdapat sedikit kapalan di tangannya yang lembut dan kecil. Ini adalah bukti kerja keras Audrey selama bertahun-tahun di luar negeri.Zayden mengelusnya dengan pelan, merasa benar-benar puas dengan momen ini. Meskipun efek obat bius mulai hilang dan rasa sakit mulai menyebar, setidaknya ada Audrey yang bersedia menemaninya.Tangan Zayden agak berkeringat karena mengerahkan tenaga. Meskipun demikian, pria ini tetap tidak berniat melepaskan tangannya. Hanya saja, hatinya seketika tergerak melihat Audrey yang sama sekali tidak berwaspada. Selama wanita di sisinya adalah Audrey, dia tidak akan pernah merasa cukup.Audrey menemani Zayden untuk sesaat. Ketika merasa sudah cukup, apalagi Dash masih menunggu di luar, dia pun berkata, "Zayden, sudah saatnya kamu melepaskan tanganmu ...."Begitu ucapan ini dilontarkan, Zayden sontak menarik dengan makin kuat, sampai-sampai Audrey jatuh ke pelukannya.Audrey tidak menduga pria ini akan melakukan hal seperti itu.
Audrey seketika merasa pandangannya menggelap. Saat berikutnya, bibirnya merasakan sentuhan hangat.Audrey pun memelotot. Begitu mendapati wajah tampan Zayden begitu dekat dengannya, dia sontak terperangah.Setelah Audrey bereaksi dan hendak melawan, Zayden telah melepaskan bibirnya dan menghentikan ciuman ini.Ciuman ini tidak berhasrat, melainkan sangat lembut, seolah-olah ada kepingan salju yang mendarat di bibirnya. Hati Audrey pun tak kuasa bergetar.Tatapan Zayden tampak agak suram saat melihat penampilan Audrey ini. Dia melepaskan tangan yang menahan Audrey, lalu mengelus kepala dan pipinya sambil berkata, "Kalau bisa mendapatkan pelukan dan ciumanmu setiap kali terluka, aku tidak keberatan."Ketika melihat antusiasme pada sorot mata Zayden, jantung Audrey pun berdetak makin kencang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit dari ranjang dan membalas, "Jangan bicara omong kosong. Aku pulang dulu."Selesai berbicara, Audrey langsung melarikan diri. Zayden pun menatap punggungny
Dilihat dari penampilan anak ini, dia seharusnya berusia 5 tahun. Dia pasti anak dalam kandungan Audrey waktu itu. Wajah anak ini cukup mirip dengan Christian. Ternyata, wanita ini memang sengaja menikah dengan Zayden yang masih koma untuk bisa merebut posisi pewaris di masa depan!Lantas, apakah Zayden mengalami kecelakaan juga karena ibu dan anak ini? Ekspresi Felya berangsur menjadi suram. Seketika, dia merasa Audrey lebih sulit dihadapi daripada yang ada di bayangannya.Selama beberapa tahun ini, Audrey hidup dengan baik di luar negeri. Mengapa tiba-tiba kembali lagi? Hal ini membuat Felya mulai memikirkan berbagai kemungkinan buruk. Jangan-jangan, Audrey masih belum melupakan niat awalnya? Dia ingin menyalahkan Zayden atas kehadiran anak ini?Ketika melihat keraguan Felya ini, Shania akhirnya berkata, "Tante, ada yang ingin kuberitahukan, tapi nggak tahu pantas atau nggak.""Apa?" tanya Felya langsung."Zayden sepertinya mengalami kecelakaan karena anak itu. Videonya sudah beredar
Audrey mengemudikan mobil untuk membawa Dash pulang. Dia teringat bahwa kulkas di rumahnya sudah kosong sehingga keduanya pergi ke supermarket dulu.Karena Dash terluka, Audrey ingin memasak beberapa makanan kesukaannya supaya anak ini merasa senang. Ketika sedang memilih bahan, ponsel Audrey tiba-tiba berdering.Begitu melihatnya, Audrey mendapati bahwa Zayden yang meneleponnya. Dia sontak mengernyit. Dia baru pergi sebentar, tetapi pria ini sudah meneleponnya?Namun, karena berutang budi pada Zayden, Audrey tidak menolak panggilan seperti sebelumnya. Dia pun menjawab panggilan tersebut.Begitu telepon tersambung, terdengar suara Zayden yang agak sedih. "Hais, sedih sekali, aku sendirian di rumah sakit. Nggak ada makanan, aku dingin dan lapar."Audrey merinding mendengar perkataan pria ini. Dia sudah terbiasa dengan sikap dingin Zayden, jadi tidak terbiasa dengan tingkahnya yang berpura-pura sedih ini. Jika bawahan Zayden melihatnya seperti ini, mungkin mereka akan mengira tubuhnya te
Setelah berdiri diam di tempatnya sejenak, Audrey tiba-tiba menyadari dirinya sedang memikirkan hubungannya dengan Zayden. Dia pun mengernyit, lalu mengetuk kepalanya sembari bergumam, "Pria itu nggak ada urusannya denganku, jangan dipikirkan lagi."....Di dalam bangsal, ekspresi Zayden menjadi sangat dingin karena panggilannya diakhiri oleh Audrey. Di sisi lain, terlihat Shania menghampiri dengan senyuman menyanjung. Dia ingin meletakkan barang di tangannya, tetapi Zayden tiba-tiba bertanya dengan sinis, "Siapa yang menyuruhmu kemari?"Langkah kaki Shania sontak terhenti. Dia membalas, "Aku ... aku tahu kamu nggak ingin melihatku. Tapi, mana mungkin aku nggak datang setelah tahu kamu terluka? Zayden, nggak apa-apa kalau kamu benci padaku, tapi kamu tetap harus makan. Kalau nggak, Paman dan Bibi akan khawatir padamu."Shania melontarkan perkataannya ini dengan sedih. Sayang sekali, Zayden tidak bisa merasakan emosi yang sama. Kalau bukan karena ibunya, Shania pasti sudah dikirim olehn
Ketika mendengar suara Christian, Dash segera berlari keluar dari dapur. Dia berteriak, "Papa Chris, aku baik-baik saja!"Christian langsung memeluk Dash. Sesudah memeriksanya dan hanya melihat beberapa luka luar, dia akhirnya merasa lega. "Syukurlah! Mana mamamu?" tanya Christian sambil melirik ke dalam."Mama di dapur," jawab Dash sambil menunjuk ke arah dapur. Kemudian, dia berjalan kembali ke sofa untuk menonton televisi.Tatapan Christian seketika menjadi suram. Setelah melepaskan sepatunya, dia masuk ke dapur sambil bertanya, "Audrey, dia yang menolong Dash hari ini?"Tangan Audrey yang awalnya sedang memotong sayur seketika berhenti. Dia menimpali, "Ya, benar."Raut wajah Christian menjadi agak murung. Sesudah melihat beberapa video di internet, dia langsung mencemaskan keselamatan Dash. Begitu mengetahui Dash baik-baik saja, dia baru mendapati bahwa si penyelamat itu adalah Zayden.Hal ini membuat Christian gelisah sepanjang perjalanan pulang. Bagaimanapun, dia terlalu mengenal
Selesai makan malam, Audrey merasa agak lelah sehingga beristirahat lebih awal. Keesokan harinya, meskipun hari ini akhir pekan, Audrey tetap bangun pagi-pagi. Mungkin karena sedang resah, dia tidak bisa tidur lagi setelah bangun.Begitu menoleh, Audrey melihat Dash yang masih tidur dengan lelap. Dia tidak mengganggu putranya. Setelah mengecup pipi Dash, Audrey hanya menatap wajah tidurnya yang tenang.Ketika sedang menikmati momen damai ini, ponsel Audrey tiba-tiba berdering. Dash yang masih tidur pun terkejut mendengarnya. Dia menggumamkan sesuatu, seolah-olah sudah bangun dari tidurnya.Audrey segera mengubah pengaturan ponselnya menjadi mode senyap. Dia menepuk punggung Dash sambil berucap, "Dash, tidur saja, nggak apa-apa."Mendengar ini, Dash yang setengah terbangun pun mengangguk. Kemudian, dia membalikkan badan dan tidur lagi.Audrey mengambil ponselnya dan berjalan ke luar. Siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini, apalagi hari ini akhir pekan?Sesudah keluar, Audrey menjawab
Christian menyunggingkan senyuman sinis mendengarnya. Kondisi memburuk? Zayden pasti hanya berpura-pura, 'kan?Apabila berpura-pura sakit saja bisa mendapatkan perhatian dari Audrey, Christian yakin Zayden pasti melakukannya dengan senang hati."Audrey, Om Zayden bukan orang yang kekurangan perhatian. Apa kamu nggak bisa melihat semua ini hanya aktingnya? Kalau kamu menemuinya, bukankah dia akan merajalela? Kemudian, kamu jadi harus merawatnya setiap hari?" ucap Christian."Aku ...." Ini pertama kalinya Christian begitu menyudutkannya. Setelah ragu-ragu sejenak dan hendak mengatakan sesuatu, pihak rumah sakit meneleponnya lagi. "Nona, apa kamu nggak mendengar kata-kataku tadi? Suamimu sudah hampir jatuh pingsan. Kalau kamu nggak datang lagi, lukanya akan makin parah. Dia bisa saja jadi orang cacat!"Suster juga tidak berdaya karena Zayden yang terus menolak pengobatan. Itu sebabnya, dia berbicara dengan nada sekesal ini. Bagaimanapun, Zayden memiliki status yang sangat tinggi. Jika ses