Suara Zayden menyiratkan sedikit provokasi. Mendengar provokasi seperti itu, Audrey yang awalnya ingin mundur langsung menantang, "Siapa bilang aku nggak berani? Kamu diam-diam saja, pejamkan matamu."Mungkin karena merasa gugup, intonasi Audrey juga naik beberapa oktaf. Dia sendiri tidak menyadarinya, tetapi Zayden langsung bisa mengetahuinya. Wanita ini benar-benar keras kepala. Sifatnya ini masih tetap sama seperti saat mereka kenal dulu. Zayden merasa sangat menarik, dia menyunggingkan senyuman sambil memejamkan matanya."Baiklah," jawab Zayden.Melihat Zayden telah memejamkan matanya, Audrey menarik napas dalam-dalam dan bergumam dalam hati, 'Nggak apa-apa, dia ini cuma patung. Cuma patung.' Sambil berkata demikian, Audrey meletakkan tangannya di celana Zayden dan hendak melepas celananya."Jadi, kamu menyuruhku tutup mata karena untuk ...."Bum! Audrey merasa kepalanya seakan-akan meledak, wajahnya juga sudah merah padam saat ini. Kenapa dia melakukan hal bodoh seperti ini? Sejen
Zayden sudah memikirkannya dengan baik. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membina hubungan baik dengan Dash. Dilihat dari sikapnya, Audrey pasti akan mengalah jika Dash memiliki kesan baik terhadap Zayden.Mendengar Zayden ingin bertemu dengan Dash, hati Audrey langsung menjadi waspada. "Kenapa kamu ingin bertemu dengannya? Dia nggak punya kesan baik terhadapmu.""Tapi, aku tertarik padanya. Lagi pula, kita harus mendidik anak memiliki hati yang bersyukur, bukankah ini yang harus kamu lakukan? Kamu bawa ke sini pun aku tidak akan menyiksanya," kata Zayden dengan penuh logika.Audrey malas membahas hal ini dengan Zayden. Zayden sangat pandai bersilat lidah, Audrey tidak akan mendapatkan apa pun jika berdebat dengan Zayden."Kita bahas hal ini lagi nanti," jawab Audrey dengan ragu, dia tidak menyetujui yang dikatakan Zayden.Audrey pribadi tidak ingin Dash memiliki hubungan lebih lanjut dengan Zayden agar tidak terjadi masalah. Namun, Dash adalah anak yang selalu memiliki pemik
Suasana hati Audrey awalnya merasa sangat tenang. Dia menganggap apa yang dikatakan Felya sebagai lelucon dan sama sekali mengabaikannya. Namun saat Felya mengungkit Dash, ekspresinya langsung berubah. "Apa maksudmu?"Dash adalah titik kelemahan Audrey, bisa dibilang sebagai kata-kata terlarang baginya. Perkataan Felya itu membuatnya marah. Kemarahannya terlihat seperti rasa bersalah di mata Felya. "Kamu ingin aku mengatakannya dengan jelas? Kamu hanya ingin Zayden menjadi ayah dari anakmu dengan Christian agar harta Keluarga Yuwono jatuh ke tangan kalian."Setelah mendengar perkataan Felya yang tidak masuk akal, Audrey akhirnya tidak tahan lagi dan tertawa sinis. "Harus kuakui, daya imajinasimu sungguh luar biasa. Jangan terlalu percaya diri. Kamu ingin anakku mengakui Zayden sebagai ayahnya dan kamu sebagai neneknya? Aku nggak akan membiarkannya, menurutkan itu hanya sebuah kesialan saja."Audrey juga tidak peduli apakah Felya adalah seorang senior. Setelah mengucapkan perkataan yang
Mendengar perkataan Zayden, Felya mengangkat tangannya dan menampar Zayden dengan keras. Zayden yang tidak sempat menghindarinya, terlihat jelas sebuah telapak tangan di wajah tampannya setelah ditampar. "Kamu benar-benar membuatku kecewa."Felya merasakan sakit di tangannya. Saat melihat wajah Zayden yang ditamparnya, hatinya juga ikut merasa sakit. Namun, hal yang membuatnya merasa lebih sakit adalah putranya rela memberikan bisnis keluarga hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun untuk orang lain demi seorang wanita. Putranya bahkan memberikan bisnis itu kepada orang-orang yang dia benci seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia tidak merasa kecewa?Setelah ditampar, Zayden juga tidak mengatakan apa pun dan ekspresi juga tetap sangat tenang. Dia tahu ibunya marah, tetapi dia tidak mau membohongi ibunya dan lebih tidak ingin membohongi hatinya sendiri. "Ibu, kalau kamu marah, lampiaskan saja padaku. Jangan ganggu dia."Felya akhirnya tidak mengatakan apa pun lagi dan meninggalkan kama
Mendengar perkataan itu, Dash menyipitkan matanya.[ Nggak usah menakutiku. Meskipun kamu ingin mengambil kembali uang itu, kamu juga nggak berdaya, 'kan? ]Dash tidak berani jamin untuk hal lain, tetapi dia sangat percaya diri dengan triknya.[ Kamu transfer ke akun seseorang yang bernomor 48648xxxxxxx dulu, lalu dari akunnya transfer kembali ke akunmu, 'kan? ]Melihat Dash tidak mau bekerja sama dengannya, Zayden hanya bisa mengeluarkan cara itu. Bagi orang biasa, memang sulit untuk menemukan uang yang telah ditransfer beberapa kali oleh peretas, tetapi itu bukan hal yang sulit baginya. Dengan keahliannya sendiri dan koneksi yang luas, dia sanggup melakukan apa yang tidak sanggup dilakukan oleh orang biasa.Ekspresi Dash terlihat terkejut saat mendengar semua informasi yang dikatakan Zayden ternyata semuanya benar. Bisa dibilang, Zayden bukannya tidak sanggup mengambil kembali uangnya, hanya tidak ingin melakukannya saja. Hal ini mengubah pandangannya kepada Zayden. Setelah ragu seje
"Aku tahu, Mama." Setelah mendapat persetujuan Audrey, Dash kembali ke kamarnya dengan gembira. Dia mengirimkan pesan kepada Zayden.[ Semuanya lancar, ingat janjimu. ]....Keesokan harinya, Audrey membawa Dash pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa suplemen, lalu mengemudikan mobil pergi ke rumah sakit. Saat hampir tiba di kamar Zayden, perusahaan meneleponnya. Dia berjalan sambil menerima telepon itu dan Dash perlahan-lahan berjalan mengikuti di belakangnya.Saat fokusnya teralih, Audrey tidak menyadari ada seorang lansia di depannya dan keduanya bertabrakan. Dia takut terjadi apa-apa dengan lansia itu dan terus meminta maaf. Namun, lansia itu pengertian dan tidak mempersulitnya. Dia baru merasa lega dan memapah lansia itu ke lift.Saat menoleh, Audrey baru menyadari Dash yang selalu mengikutinya sudah menghilang. Dia mengernyitkan alisnya. Tadi Dash masih mengikuti di belakangnya, kenapa dalam sekejap saja Dash sudah menghilang? Apakah Dash pergi ke kamar Zayden terlebi
Begitu mendengar anak yang hilang adalah anak Zayden, direktur rumah sakit itu pun tidak berani menunda-nunda lagi. Dia menyuruh satpam rumah sakit untuk segera membantu mencari.Sesudah memastikan ada yang mencari, Zayden membawa Audrey ke ruang pemantauan. Begitu tiba di sana, dia menginstruksi, "Cepat keluarkan rekaman kamera pengawas dari lift ke koridor bangsalku."Mendengar perintah Zayden, tidak ada yang berani membantahnya. Di bawah tatapan dingin pria ini, seluruh staf buru-buru mengeluarkan semua rekaman kamera pengawas yang ada.Audrey menatap layar dengan teliti. Setelah waktu yang cukup lama, dia baru menemukan sosok Dash. Dia sontak menahan napas karena takut melewatkan detail sekecil apa pun.Di dalam layar, terlihat Dash yang berjalan ke kamar Zayden dengan membawa barang. Akan tetapi, di belokan tangga, tiba-tiba muncul seorang pria berjas putih yang menutup mulut Dash dan menculiknya.Pria berjas putih itu tampak sangat familier dengan lingkungan di rumah sakit. Semua
Audrey berlari ke arah tong sampah itu dengan sempoyongan. Terlihat sepotong pakaian dari tong sampah itu, warnanya pun sama dengan jaket yang dipakai Dash hari ini. Dengan tangan yang bergetar, Audrey membuka tong sampah itu dan melihat Dash berbaring di dalamnya."Dash?" seru Audrey sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh tubuh putranya. Hanya saja, Dash sama sekali tidak membuka matanya.Audrey buru-buru memeriksa napas Dash. Ketika mendapati napasnya stabil, Audrey baru merasa lega. Untungnya, Dash hanya tertidur, bukan bertemu bahaya besar.Audrey mengulurkan tangan, lalu menggendong putranya dengan hati-hati. Dia hampir menangis lagi karena beban besar dalam hatinya akhirnya tersingkirkan.Zayden segera mendekat. Ketika melihat Audrey menggendong putranya dengan begitu erat, dia pun berkata, "Syukurlah."Tidak berselang lama, perasaan Audrey sudah menjadi lebih tenang. Saat ini, Zayden baru berkata lagi, "Dia tertidur lelap, seharusnya karena diberi obat. Kita suruh dokter peri