Christian tentu mengetahui pemikiran Audrey ini. Dia pun tidak berharap Audrey mencari Zayden, kecuali memang tidak ada cara lain lagi."Audrey, gimana kalau kita cari ayahmu atau Yasmin? Mereka punya hubungan darah denganmu, jadi mungkin bisa cocok," usul Christian.Audrey tidak pernah berkomunikasi dengan mereka lagi sehingga tidak terpikir akan kemungkinan ini. Karena Christian sudah mengusulkan, dia pun mengangguk sembari menyahut, "Oke, kita cari mereka. Pokoknya harus dicoba."Ketika melihat Audrey bersemangat kembali, Christian mencoba menghiburnya lagi sebelum akhirnya pergi dengan tergesa-gesa. Dia masih harus mencari beberapa dokter yang ahli dalam penyakit ini agar Dash bisa mendapatkan pengobatan terbaik.Sementara itu, Audrey mengandalkan ingatannya untuk mencari beberapa teman Michael dengan tujuan menanyakan keberadaan sang ayah.Sesudah itu, Audrey baru tahu bahwa Keluarga Conner langsung bangkrut karena Zayden yang murka dengan kematiannya. Sejak saat itu, kehidupan Mi
Yang dibutuhkan Audrey hanya sumsum tulang yang cocok dengan Dash. Jadi, asalkan ada peluang, dia akan berusaha memendam kebenciannya terhadap Michael."Belakangan ini kehidupanmu pasti sangat buruk, 'kan? Aku butuh bantuanmu. Jika berhasil, aku akan memberimu sejumlah besar uang. Gimana?" tanya Audrey.Tangan Michael gemetaran mendengarnya. Sejak Keluarga Conner bangkrut, dia terus dicerca orang-orang. Lantaran tidak berdaya, dia terpaksa melarikan diri ke kampungnya.Namun, Michael tidak pernah bertani sejak kecil. Kehidupannya yang kaya raya selama beberapa tahun ini membuatnya kesulitan untuk menghidupi diri sendiri. Bisa dibilang, hidupnya menjadi makin suram.Kini, Audrey tiba-tiba mencarinya untuk meminta bantuan. Meskipun sangat membenci putrinya yang telah mencelakainya, dia tidak berani menolak karena lebih takut hidup miskin. Dia bertanya, "Bantuan apa? Jangan-jangan kamu ingin membunuhku?"Audrey tergelak mendengar nada bicaranya ini. Dahulu, dia yang selalu diancam oleh Mi
Setibanya di rumah sakit, Michael baru menyadari Audrey memanggilnya kemari untuk melakukan tes pencocokan sumsum. Apabila gagal, bukankah perjalanannya akan sia-sia?Lantaran sudah merasakan pahitnya kehidupan, Michael khawatir Audrey akan langsung mengusirnya. Dia segera berucap, "Karena kamu sudah bertanya, aku akan jujur. Audrey, kamu memang bukan putri kandungku. Tapi, kalau kamu ingin tahu siapa ayahmu, beri aku 10 miliar. Aku akan memberitahumu petunjuknya."Audrey merasa sangat jijik melihat sikap serakah Michael. Dia membalas, "Michael, jangan mimpi. Aku percaya ibuku nggak mungkin berselingkuh, kamu pasti sudah melakukan sesuatu. Benar, 'kan?"Michael merasa malu karena tujuannya diketahui oleh Audrey. Dia membela diri, "Omong kosong apa yang kamu katakan? Kamu anak ibumu dan pria berengsek itu. Hari ini, kamu harus memberiku banyak uang atau aku akan membocorkan masalah ini ke publik agar semua orang tahu ibumu hanya wanita murahan!""Omong kosong! Nggak mungkin!" Begitu men
Setelah Lara mengetahui bahwa rencananya gagal, dia merasa agak kecewa. Namun ketika mengingat bahwa orang yang paling menderita dalam hal ini adalah Audrey, Lara menenangkan dirinya dan berusaha menghibur putrinya, "Audrey, jangan buru-buru. Pasti akan ada cara."Audrey mengangguk dengan tidak fokus. Pada saat ini, Dash yang tengah berbaring di ranjang mulai menggerakkan tangannya dan membuka matanya. Sejak demam tinggi saat itu, Dash terus mendapat suntikan obat dari rumah sakit. Bagaimanapun, demam tinggi sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia.Namun, obat-obatan itu tentu memiliki efek mengantuk yang sangat kuat sehingga Dash menjadi lebih sering tidur. Beberapa hari ini, Dash hanya terbangun beberapa jam, lalu tertidur kembali. Dia tidak lagi terlihat ceria dan bersemangat seperti biasanya. Oleh karena itu, Audrey sangat menghargai beberapa jam di saat Dash terbangun. Saat melihatnya bangun, Audrey tersenyum lembut dan mengelus dahi Dash. "Dash, kamu sudah bangun? Giman
Awalnya dokter itu mengira Christian adalah ayah kandung Dash. Namun setelah diuji kecocokan, ternyata keduanya bukan ayah dan anak kandung. Hal ini juga membuat dokter sangat bingung. Ketika mengungkit soal Zayden, raut wajah Audrey menjadi semakin muram. Dia menggeleng dan berkata, "Kami sudah cerai lama."Melihat hal ini, dokter hanya mengernyit dan berkata, "Nona Audrey, kalau kamu tidak mau Dash menjalani kemoterapi, sebaiknya cepat hubungi ayahnya. Sebagai ayah kandung, persentase kecocokannya juga pasti akan lebih tinggi dari orang lainnya. Mau bagaimanapun, orang itu tetap ayahnya. Nona Audrey, di saat seperti ini kamu harus mengutamakan keselamatan nyawa anakmu."Audrey menunduk dan bergumam, "Lalu bagaimana kalau sampai dia juga nggak cocok?""Kalau begitu masih ada cara lainnya, yaitu transplantasi sel darah punca tali pusar. Kalau kamu melahirkan anak lagi dengan ayahnya, kalian bisa menggunakan tali pusar anak itu untuk mengobati penyakit Dash. Tentu saja, keputusan ada di
Baik itu menyuruh Zayden mendonorkan sumsum tulang ataupun melahirkan anak lagi, Audrey harus mencoba segala cara. Selama bisa menyembuhkan penyakit Dash, Audrey rela melakukan semuanya. Setelah memikirkannya dengan matang, Audrey segera menelepon Zayden.Pada saat ini, Audrey baru menyadari bahwa ternyata dia mengingat nomor telepon Zayden dengan begitu jelas. Padahal Audrey telah menghapus semua kontaknya saat pergi waktu itu, tapi kini dia malah bisa mengingatnya dengan intuisi. Setelah nada sambungnya berbunyi beberapa kali, tangan Audrey meremas ponselnya dengan gugup.....Di sisi lain, Zayden sedang melihat-lihat gaun pertunangan di toko busana pengantin. Setelah Zayden menyetujui pertunangannya dengan Shania, Felya sangat gembira mendapat kabar tersebut. Dengan perintah dari Felya, Keluarga Moore memutuskan untuk mengadakan sebuah acara pertunangan yang sangat megah dan menyebarkan berita ini ke publik.Selanjutnya, Shania sendirilah yang mengatur semua detail tentang pertunang
Perkataan Shania ini meski terdengar tidak ada salahnya, tetapi membuat Zayden merasa gusar. Audrey ternyata hanya mengingatnya jika sedang berada dalam masalah. Apakah Zayden hanya sebuah mainan yang bisa digunakan sesuka hati bagi Audrey? Jika posisi mereka masih seperti dulu, Zayden mungkin akan membantunya. Namun sekarang, Audrey tidak usah banyak berharap."Kamu yang angkat saja," kata Zayden sambil memicingkan matanya dan menyerahkan ponselnya kepada Shania. Shania merasa kaget dan bertanya, "Aku yang angkat? Nggak terlalu baik, 'kan?""Statusmu sekarang adalah tunanganku, mengangkat telepon dari wanita lain juga tidak masalah, 'kan?" Zayden kembali menyodorkan ponselnya kepada Shania. Shania merasa kegirangan dalam hati. Awalnya dia masih khawatir Audrey akan mengatakan sesuatu yang membuat Zayden berubah pikiran. Kali ini dia tidak akan membiarkan Audrey punya kesempatan seperti itu.Shania menekan tombol jawab telepon. Sebelum dia sempat bicara, Audrey telah berkata dengan ter
Shania juga terkejut, dia tidak pernah melihat Zayden semarah ini. Audrey benar-benar memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati Zayden. Setelah ketakutannya berlalu, Shania diam-diam merasa bersyukur bahwa dia yang menjawab telepon dari Audrey tadinya. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi."Zayden, tenangkan dirimu." Shania langsung maju dan menarik tangan Zayden. "Kalau memang terjadi sesuatu pada Audrey, atau mungkin dia berubah pikiran ... aku akan merestui kalian. Kamu jangan semarah ini, lukamu masih belum pulih."Zayden menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Shania dan menjawab, "Tenang saja, apa pun alasannya, aku tidak akan mengubah keputusanku. Acara pertunangan tetap berjalan sesuai rencana."Meski berkata demikian, Zayden tidak bisa lagi duduk untuk melihat-lihat gaun dengan tenang. "Kamu lanjutkan saja melihat gaunnya. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Tanpa memberi kesempatan bagi Shania untuk menghalanginya, Zayden lang