Di ruang tamu, Yasmin duduk di depan piano dan tersenyum manis kepada Zayden yang sedang memperhatikannya dari sisi lain. Demi menampilkan dirinya, Yasmin sengaja mengenakan gaun yang putih bersih dan secara khusus mencari orang untuk menata rambutnya. Yasmin duduk di depan piano dan memainkan lagu yang paling dia kuasai dengan elegan dan terampil. Dia memang terlihat seperti putri yang sangat elegan.Michael merasa sangat puas ketika melihatnya. Inilah putri yang telah dia didik dengan sepenuh hati selama bertahun-tahun. Pria mana yang tidak akan jatuh hati ketika melihatnya?Setelah mendengar sejenak, Zayden tidak berniat untuk mendengarkannya lagi. Pikirannya pun mulai memikirkan tentang masalah Audrey.Keluarga Conner memiliki dua orang putri. Meskipun mereka kakak beradik, perlakuan mereka justru berbeda. Yang satu sedang memainkan piano dengan anggun bak seorang putri yang terhormat di sini. Sementara yang satunya lagi harus sibuk membuat makanan di dapur. Bukankah ini sangat kon
Audrey tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata ini adalah alasan kemarahan Zayden. Selama beberapa tahun ini, Audrey sudah terbiasa dengan perbedaan perlakuan yang dilakukan Keluarga Conner kepadanya dan Yasmin. Audrey tidak pernah mengatakannya kepada siapa pun. Itu karena dia tahu bahwa tidak ada gunanya meski dia menceritakan hal ini. Namun hari ini, Zayden telah melihat hal itu dan dia malah emosi.Audrey merasakan sesuatu seperti benturan yang keras memukul dadanya. Dia merasa sedih dan hatinya bergetar tanpa alasan."Bagaimanapun juga, terima kasih," ucap Audrey dengan suara yang sangat kecil. Akan tetapi, suaranya tetap didengar oleh Zayden. Zayden menatap Audrey yang menunduk sambil memeluk bungkusan dalam pelukannya itu, seperti seorang anak kecil yang telah melakukan kesalahan. Zayden memandangnya dengan tatapan kosong sejenak, lalu dia tiba-tiba sadar akan sesuatu. Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ayo pulang."Audrey mengangguk. Melihat suasana hati Z
Shania pun berkata dengan terbata-bata, "Tuan, apa kamu salah alamat? Kamu salah mencari orang, 'kan? Aku nggak mengenalmu."Mendengar hal itu, Zayden melihat Caleb sekilas. Caleb sontak mengerti, lalu mengeluarkan sebuah foto dan bertanya, "Nona, kamu seharusnya pernah melihat jam tangan ini, 'kan?"Faktanya, Shania sudah memiliki firasat yang samar-samar dalam hatinya. Saat dia melihat gambar jam tangan itu, dia sontak terkejut hingga lemas dan pikirannya menjadi kacau.Akhirnya, hal yang paling dia takutkan telah menjadi kenyataan. Selama beberapa hari ini, dia tidak bisa tidur dan makan dengan tenang karena takut akan ada orang yang mencarinya terkait jam tangan yang dia temukan itu. Sekarang, semuanya benar-benar terjadi!Jam tangan itu setidaknya bernilai ratusan juta. Jika dianggap sebagai pencurian, dia mungkin akan berakhir di penjara untuk waktu yang lama. Shania sontak terkejut hingga menangis, lalu dia berkata, "A … aku bukan sengaja melakukannya. Aku hanya pelayan yang be
Sambil berpikir, Shania segera menenangkan dirinya. Dalam situasi genting ini, dia perlu mencari informasi agar tidak ketahuan bahwa dirinya hanya menyamar sebagai orang lain. Shania pun melihat ke arah Caleb yang berdiri di samping dan berkata, "Apa kartu dan rumah ini benar-benar untukku? Tapi, aku nggak melakukan apa pun. Aku merasa malu menerimanya."Mendengar hal itu, Caleb tersenyum dan menjawab, "Tentu saja. Bagaimanapun, Anda pernah menyelamatkan Tuan Zayden. Tuan Zayden nggak akan pelit kepada pasangannya, Anda memang pantas mendapatkannya."Pernah menolongnya?Shania telah mendapat bayangan tentang apa yang terjadi. Kemudian, dia tetap bertanya, "Ada apa dengan jam tangan itu?"Caleb melihat Shania sekilas. Dia merasa aneh karena pertanyaan Shania terlalu banyak. Bukankah Tuan Zayden memberikan jam tangan ini kepadanya sebagai hadiah? Kenapa dia masih bertanya?Melihat Caleb mulai curiga, Shania tersenyum dengan canggung dan berkata, "Aku takut kalian hanya menipuku, lalu mun
Mata Zayden yang hitam melihat ke arah Audrey, lalu dia bertanya, "Kenapa? Kamu mau menolak untuk bercerai?"Audrey segera menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Bukan. Aku hanya mau bilang kalau benar seperti itu, kamu bisa terus terang padaku. Aku akan segera menandatangani surat cerai dan nggak akan mengganggumu."Seusai berbicara, Audrey teringat akan sesuatu. Dia lanjut menimpali, "Selain itu, kamu pernah bilang akan memberikanku sejumlah uang setelah bercerai."Zayden menyipitkan matanya dan berkata dengan nada mencemooh, "Kenapa? Kamu merasa tidak cukup dan mau menambahnya?""Bukan." Audrey merasa sedikit tidak berdaya. Dia pun berpikir, apakah di mata Zayden dia adalah orang yang sangat mata duitan? Dia memang sangat membutuhkan uang, tetapi itu tidak berarti dia akan kehilangan hati nurani karena uang."Selama beberapa hari ini, Tuan Zayden juga sudah banyak membantuku. Kali ini, kamu juga menyelamatkan hidupku. Jadi, aku nggak berniat meminta kompensasi darimu lagi. Aku berse
Setelah mendapatkan janji dari Zayden, Shania bergegas menyuruh sopir untuk mengantarnya ke pusat perbelanjaan paling mewah di kota. Begitu teringat ada uang dua miliar dalam kartu yang bisa digunakan dengan sesuka hati, Shania sama sekali tidak mengendalikan keinginannya untuk berbelanja. Dia membeli segala barang yang dia sukai. Kemurahan hati Shania membuatnya menjadi pusat perhatian di dalam toko. Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Pada akhirnya, Shania membeli banyak barang mewah yang sebelumnya hanya bisa dia impikan, lalu pulang dengan belanjaan yang banyak.Setibanya di rumah, Shania menyentuh bungkusan barang mewah yang indah itu. Setelah merasa bahagia untuk sesaat, kegelisahan tiba-tiba muncul dalam hatinya.Bisa membeli apa pun yang diinginkan adalah hidup yang didambakan oleh semua orang. Begitu pernah merasakannya, maka akan sulit untuk melepaskannya lagi. Namun, pada akhirnya dia hanya seorang pengganti yang menyamar. Begitu waktu berlalu terlal
Audrey bergegas bangkit dan berkata, "Maaf, aku nggak sengaja menumpahkan airnya. Aku pergi bersihkan ke toilet sebentar."Tanpa menunggu reaksi dari Shania, Audrey bergegas berlari ke toilet. Hanya saja, dia sama sekali tidak berniat untuk membersihkan pakaiannya yang basah. Kedua tangannya terus gemetaran dan wajahnya menjadi sangat pucat.Mendengar ucapan Shania barusan, jelas saja ada orang yang pergi memeriksa masalah hari itu dengan cermat. Orang itu bahkan sudah menemukan beberapa hal yang lebih detail.Siapa sebenarnya? Apa Zayden atau pria hari itu?Jika pria itu, apa dia masih belum menyerah? Kenapa pria itu ingin menemukannya?Bagaimanapun juga, saat ini Audrey sedang mengandung anak dari pria itu. Jadi, Audrey benar-benar merasa sangat cemas.Pria itu bisa menempati kamar suite, jadi dia pasti adalah tokoh yang punya uang dan kekuasaan. Jika pria itu tidak menginginkan anak ini atau ingin merebut anak ini, Audrey sama sekali tidak mampu melawannya.Semakin dipikirkan, Audre
Audrey kembali ke kantor setelah pulang dari rumah sakit. Setelah mengetahui janin dalam kandungannya dalam keadaan normal, perasaan cemas dalam hati Audrey pun menghilang. Sebenarnya, ada beberapa hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, jika terlalu khawatir, hal itu malah akan memengaruhi dirinya dan anak dalam kandungannya.Begitu masuk ke kantor, Audrey menemukan bahwa Zayden juga berada di sana. Ekspresi yang awalnya santai seketika berubah menjadi tegang. Dia pun segera duduk di meja kerjanya yang ada di sudut ruangan.Selama beberapa hari ini, Audrey tidak berani banyak berbicara dengan Zayden. Dia takut perkataannya akan membuat Zayden kesal. Bagaimanapun juga, suasana hati Zayden sangat sulit untuk diprediksi.Di sisi lain, Zayden memperhatikan seluruh tindakan kecil yang dilakukan oleh Audrey. Dia pun menggenggam pena di tangannya dengan sedikit erat.Sekarang, wanita ini terus saja menghindarinya, seperti sedang menghindari pembawa wabah saja.Lantaran merasa kesal,