"Ibu?!" Kinan membelalakkan matanya begitu masuk ke dalam rumahnya.matanya berbinar kala mendapati Radit diantara banyak tamu yang bertandang ke rumahnya.Bu Rina tersenyum hangat saat melihat putrinya itu datang dan menyebut namanya."Masuklah, Kinan. Radit datang bersama keluarga besarnya," ucap Bu Rina dengan senyum yang menghiasi wajahnya.Kinan masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia hanya bisa berdiri memaku dengan wajah bingung.Radit tersenyum lembut mendapati kekasihnya yang tampak syok dengan kehadirannya dan keluarganya. Pria itu lantas berdiri dan menghampiri Kinan."Kinan, maaf ya aku ke sini tak mengabarimu dan membuatmu terkejut," ucap Kinan seraya menuntun Kinan masuk ke dalam rumah."Iya, Mas. Kamu sukses membuatku terkejut," balas Kinan lalu menyalami anggota keluarga Radit satu persatu.Ada ayah dan ibu Radit, kakak-kakak perempuan Radit, keponakan, bahkan bulek dan pakliknya juga ikut berkunjung ke rumah Kinan.Saat menyalami Bu Niken-ibunya Radit- wanit
Setibanya di rumah, Rangga lantas memberikan obat itu kepada Risa."Ris, ini segera diminum obatnya," ucap Rangga pada istrinya yang terbaring lemah.Wajah Risa tampak pucat, tak ada satu makanan pun yang masuk ke lambungnya. Asal dimasuki makanan, maka dirinya akan kembali memuntahkannya. Karena itu Rangga memilih tidak berangkat ke kantor karena khawatir dengannya.Saat ini yang diinginkannya cuma yang asem-asem seperti mangga muda.Risa segera meminum obat yang telah diberikan oleh Rangga setelah itu dia meminum air putih secukupnya.Belum juga dia kembali berbaring, rasa mual kembali melandanya. Semakin lama semakin tak bisa ditahan hingga Risa berlari ke kamar mandi dan kembali muntah.Rangga begitu khawatir dan memijit tengkuk istrinya."Kita ke dokter aja, Ris. Siapa tahu ada hal lain yang membuatmu seperti ini," ucap Rangga cemas."Gak apa-apa, Mas. Aku cuma masuk angin saja. Lagian aku males keluar rumah. Oh ya, mana mangga muda pesananku tadi?" tanya Risa menagih pesanannya.
"Siapa ayah dari bayi itu?" ucap Rangga penuh penekanan."A-aku memang bersalah, Mas. Tapi ...." ucap Risa lirih."Siapa ayah dari anak yang kau kandung itu, Risa?" teriak Rangga emosi.Risa tertunduk, matanya telah basah oleh air mata. Untuk berkata dirinya seakan tak mampu."Maafkan aku, Mas—." Risa ingin menjelaskan tapi lagi-lagi Rangga menyelanya."Katakan, Ris! Siapa yang telah menghamilimu?" teriak Rangga tak sabar."Dion, Mas. Di-dia lelaki yang pernah membantuku menyakiti Kinan namun tak berhasil." Risa akhirnya mengatakan hal yang sebenarnya.Rangga tak heran jika Risa bisa melakukan itu dengan pria lain. Sebelum menjadi istrinya, memang banyak lelaki yang mengejar Risa. Bahkan saat mereka telah menikah sekali pun masih saja ada yang berusaha menggoda istrinya itu."Baiklah, aku akan mengantarmu kepadanya sekarang juga," ucap Rangga dingin seraya ingin melajukan mobilnya."Ja-jangan, Mas. Aku tak mau, aku cuma ingin bersama denganmu," ucap Risa kekeh."Tapi kamu telah memboh
Rangga terlihat kacau, setelah mengantarkan istrinya pulang ke rumah, dia kembali keluar entah ke mana.Risa di rumah menangis sedih meratapi nasib yang tak berpihak kepadanya. Ujian datang di saat mereka berdua memutuskan membuka lembaran baru demi putra tercinta, demi keutuhan rumah tangga mereka."Ma, Papa ke mana?" tanya Andika dengan wajah polosnya.Andika terbiasa bersama Rangga sebelum tidur. Mereka berdua memang sangat dekat, karena itulah Rangga memutuskan kembali kepada Risa, demi untuk menjaga hati putranya."Papa sedang ada urusan di luar, kamu tidur dulu ya. Besok kan harus bangun pagi buat sekolah," ucap Risa seraya membelai lembut rambut putranya."Gak mau, aku mau nunggu Papa dulu," Andika merajuk, masih ada trauma di hatinya, takut jika Papanya akan pergi lagi.Risa nelangsa, melihat putranya merajuk seperti itu hatinya mencelos. "Kenapa, sih selalu mencari Papa? Di sini kan sudah ada Mama? Apa Mama gak penting buat kamu?" seru Risa emosional.Andika menangis melihat
Risa mondar mandir di depan pintu, cemas akan keadaan suaminya. Rasa takut yang semakin besar menjalar di hatinya."Mas, sudah jam 3 pagi dan kamu belum pulang juga. Di mana kamu, Mas?" gumam Risa dalam hati.Tak lama terdengar suara mobil yang memasuki halaman rumahnya. Risa mengintip dari jendela dan memastikan bahwa benar suaminya yang datang.Setelah yakin, Risa membuka pintu dan melihat Rangga berjalan ke arahnya. Risa hanya mampu menatap suaminya itu dengan mata berkaca-kaca. Tak mampu bertanya dan lidahnya terasa kelu."Ris, aku sudah memutuskan," ucap Rangga begitu ada di hadapan istrinya.Risa masih diam memaku, jantungnya berdegup dengan kencang menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut suaminya."Kita rawat anak itu bersama, dia anakku dan kita akan membesarkannya sama seperti kita membesarkan kakaknya," ucap Rangga dengan yakin.Risa terbelalak, tak menyangka suaminya akan mengatakan hal yang membuat hatinya sejuk seketika."Mas, aku ...." Risa terbata denga
Sekilas Risa juga menyaksikan Kinan dan Rangga saling memandang. Sebagai sesama perempuan, Risa mengerti betul masih ada rasa diantara Kinan dan suaminya. Namun, Risa mencoba menepis segala pikiran buruk yang sempat melintas di hatinya."Maaf ya, Bu Rina, Kinan, pagi-pagi kami sudah mengganggu. Kedatangan kami ke sini untuk memberitahukan kepada Bu Rina sekeluarga kalau besok sore kami akan mengadakan acara syukuran di rumah kami, jadi kami meminta Ibu dan juga para tetangga lainnya untuk ikut rewang," ucap Risa menjelaskan maksud kedatangannya. Rangga cuma mengangguk kecil dengan ucapan istrinya. "Iya, Mbak. Kami akan datang, acaranya kan sore ya, jadi paginya kami akan bantu-bantu mempersiapkan apa saja yang perlu dimasak. Jangan khawatir, Mbak Risa, semua ibu-ibu di sini pada kompak kalau ada yang kerepotan. Oh iya, kalau boleh tahu acara syukuran untuk apa ya, Mbak?" tanya Bu Rina.Risa lalu mendekati suaminya dan bergelayut mesra di lengannya. "Syukuran untuk rumah tangga kami
Hari itu Kinan dan Radit disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka. Radit tampak sangat bersemangat sekali dalam mempersiapkan semuanya. Dia ingin memastikan semuanya akan sempurna di hari pernikahannya."Kinan, kita udah dapat MuA dan baju pengantinnya, trus kita juga udah pesan undangan. Setelah ini kita mencari katring untuk acara kita nanti," ucap Radit semangat."Mas, apa kamu tidak merasa capek? Nanti malam kamu juga ada jadwal praktek, 'kan? Apa tidak sebaiknya kita tunda dulu?" tanya Kinan khawatir.Radit menatap bola mata kekasihnya dengan lembut, pria itu tersenyum hangat pada perempuan di sampingnya."Kamu adalah energi positif yang aku punya, Sayang. Bagaimana mungkin aku merasa lelah saat kamu sudah berada di sampingku." ucap Radit mesra.Kinan menatap bola mata itu, ada kesungguhan di sana. Dia tak ingin semangat yang sudah muncul menjadi hilang, akhirnya dia memilih menuruti setiap permintaan calon suaminya."Baiklah, Mas. Jika itu membuatmu senang, maka tak ada ala
"Mbak, ada apa?" tanya Kinan seraya balas memeluk sang Kakak.Ranti menangis sesenggukan, sudah dari rumah suaminya, dia menahan sesak di dada. Kini saat di depan Kinan, dia ingin menumpahkan segala hal yang membuatnya ingin menangis."Kinan, ternyata benar semua ucapanmu. Mas Bagas bukan suami yang baik," ucap Ranti di tengah isaknya.Kinan menghela nafas panjang, dia bisa merasakan apa yang kakaknya rasakan karena dia pernah ada di posisi itu sebelumnya."Apa yang dilakukan Mas Bagas kepadamu, Mbak?" tanya Kinan seraya menelisik wajah kakaknya."Tadi malam saat aku mau tidur, dia minta dibikinkan nasi goreng karena bosan dengan menu tadi pagi. Lalu aku pun menurutinya karena tak ingin membuatnya marah lagi, saat nasi itu sudah siap dia malah mengataiku tak becus karena nasi gorengnya gak enak. Dan tadi pagi dia minta aku masak gulai ikan karena aku belum pernah masak, jadi aku lihat resep di youtube. Aku ikuti sesuai perintah berharap mendapatkan pujian setelahnya tapi ternyata dia