"Menurut kalian, apakah istri Edward yang sekarang baik?" tanya Quen kepada sahabatnya."Jeanne maksud kamu?" tanya Sarah balik.Sesuai janji mereka bertemu disalah satu kafe milik Michelle. Sangat sulit untuk Quen bisa keluar rumah. Kebetulan hari ini adalah jadwal belanja bulanan, sehingga ia bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya."Jeanne adalah orang yang baik, pacarnya pernah bekerja di kantor Papa. Setelah mamanya meninggal, tidak butuh waktu lama papanya menikah lagi. Dia harus menuruti semua keinginan mama tirinya," terang Sarah.Kini Quen memaklumi, pantas saja Jeanne merasa takut ketika berhadapan dengan Berenice. Selama ini, ia juga menyimpan trauma karna mama tirinya. Rasa iba kembali menyerang Quen."Michelle lebih tahu banyak soal Jeanne. Kita tunggu dia selesai dengan urusan kafenya." Quen dan Sarah bersamaan memandang Michelle yang sedang sibuk memberikan arahan kepada pegawainya. Melihat dua sahabatnya telah menunggunya, ia segera menghampiri."Sudah sampai mana obro
"Ini kesempatan emas untukmu dekat dengan putri dari Crowndlier. Mama tidak peduli bagaiamana caranya, kamu harus menyingkirkan dua wanita tidak berguna itu." Berenice dengan anggun meminum teh yang ada di depannya diikuti lirikan tajam menghadap ke jalanan."Tapi, Ma. Bagaimana dengan Jeanne? Bukankah dia adalah anak sahabat Mama? Tidakkah itu akan jadi masalah jika saya menyingkirkannya?" Edward menatap Berenice dengan seksama."Justru ide ini dari dia. Papa dari Jeanne mengikuti semua perkataan istrinya. Jadi jangan khawatir."Dalam kehidupan keluarga Barclay, cinta bukanlah hal utama yang harus dicari dan dikejar. Edward yang sama sekali tidak pernah merasakan adanya cinta dihidupkan, tidak peduli dengan pengorbanan orang lain. Baginya, menjadi tidak terhina adalah lebih penting.Setelah selesai berbincang dengan mamanya di restoran. Edward pamit untuk pulang. Bagaimanapun jalan satu-satunya adalah menceraikan kedua istri bodohnya. Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Sudah tidak
"Saya sudah bercerai dengan dua wanita bodoh itu." Edward meneguk kopinya perlahan-lahan."Lo ... kenapa?" tanya Vinn heran.Edward menceritakan semua rencananya tanpa ragu kepada Vinn. Di dalam hati kecilnya, Vinn merasa sangat bahagia. Setidaknya ia ada kesempatan untuk mendekati mantan istri dari sahabatnya.Bukannya itu bukan masalah besar, toh pernikahan mereka hanya atas dasar cinta sepihak saja. Vinn mencoba mengontrol ekspresi bahagianya. Ia terus menanyakan perihal apa yang membuat Edward begitu yakin akan mendapatkan putri dari Crowndlier grup."Edward tidak mungkin tidak bisa mendapatkannya, tinggal tunggu saja. Saya sangat menantikan kerjasama ini." Dengan angkuh Edward merasa bahwa dirinya adalah memang ditakdirkan sebagai penakluk wanita."Baiklah. Jadi bagaimana keberlanjutan soal fashion show yang akan kamu buat?" tanya Vinn sambil menatap tajam ke arah Edward."Tinggal perekrutan model-model. Menurut kamu apakah perlu memiliki model sendiri atau bekerjasama dengan sal
"Terima kasih atas kerjasamanya Mr. Edward. Saya harap, kerjasama ini menghasilkan uang yang lebih besar lagi." Seorang lelaki berkaca mata mengulurkan tangannya."Tentu, Mr. Asalkan Mr. tetap mendukung saya. Keuntungan yang anda terima pasti akan lebih besar dan semakin besar lagi." Edward membalas uluran tangan dari lelaki setengah baya itu.Ia adalah Robert Chainmer, seorang yang Vinn sarankan untuk bekerjasama. Ia memiliki agensi yang menangani soal permodelan. Dengan nama besar keluarga Vinn, Edward berhasil mendapatkan kepercayaan dari Robert."Kamu sangat luar biasa, muda dan memiliki cara pandang yang luas. Sangat senang bekerjasama denganmu," puji Robert."Anda jangan terlalu memuji saya, Mr. Ini semua berkat bantuan Vinn.""Jika kamu mau membuatnya ikut serta dalam rencana kita ini, itu akan semakin baik. Setidaknya nama keluarganya akan membantu memberi perlindungan terhadap kita. Saya sudah lama ingin melakukan kerjasama seperti ini dengan kamu, mengingat mamamu adalah sos
"Saya sudah berhasil soal kerjasama dengan Edward," kata Vinn kepada Lyden dan Quen."Lelaki itu sangat mudah untuk diperdaya jika itu soal uang...""Quen, kamu perlu berhati-hati dengan Berenice. Kamu sudah membaca informasi yang saya berikan bukan?" potong Lyden tiba-tiba.Quen mengangguk. Demi keamanan, setelah menjual rumahnya, kini Quen tinggal bersama Lyden dan membantu apa saja yang bisa ia bantu meskipun Lyden sering kali menolak bantuan itu. Quen mengingat kembali tentang berkas yang diberikan oleh Lyden. Berenice adalah tangan kanan seorang mafia papan atas dalam jual beli senjata berat."Kenapa tidak ada yang berani menangkapnya ketika polisi tahu bahwa Berenice juga mabil andil dalam bisnis itu?" tanya Quen penasaran."Quen, dalam hal ini, polisi tidak bisa menangkap satu per satu. Mereka harus menunggu kesempatan dimana mafia dan semua anak buahnya berkumpul," terang Vinn."Sayangnya sampai kini polisi belum menemukan siapa dalang dari semua ini. Percuma jika hanya menang
"Kalian harus membantu saya mencari orang yang bernama Melany, saya butuh banyak informasi mengenai Berenice," kata Quen kepada Michelle dan Sarah."Kenapa kini kamu begitu serius dengan permasalahan ini? Bukannya dulu kamu yang menolak untuk mengetahui siapa sebenarnya keluarga Edward? Apakah kepicikanmu sudah sirna?" ledek Sarah.Selama dua hari setelah perbincangannya dengan Vinn dan Lyden membuatnya membuka mata, bahwa selama ini ia hidup diantara orang-orang bengis yang tidak segan akan menghabisinya jika ia salah. Beruntungnya, masih ada sedikit kasihan sehingga ia masih tetap hidup."Sudah, ini bukan waktu yang tepat untuk kita berdebat tentang masa lalu." Michelle melerai sebelum Sarah berkata kelewatan."Dia hampir saja kehilangan nyawanya karna cinta yang buta kepada lelaki yang bahkan sama sekali tidak peduli dengannya. Sudahlah, terpenting sekarang kamu sudah sadar. Sebentar siapa yang tadi kamu cari?" tanya Sarah.Selama ini, memang Sarah paling sakit hati melihat Quen di
"Tuan, saya mendapatkan informasi terbaru mengenai Quen. Nona Quen bukanlah orang sembarangan. Dia adalah putri dari owner Crowndlier group." Pelayan kepercayaan Vinn memberikan beberapa berkas bukti mengenai ucapannya.Vinn terkejut mendengar hal ini. Bagaimana tidak, selama ia mengenal Quen. Wanita itu sangat rendah hati dan menghargai uang. Ia juga tidak pernah mengenakan pakaian bermerk. "Dari mana kamu mendapatkan informasi ini?" tanya Vinn setelah mampu mengontrol dirinya."Dari salah satu orang kepercayaan Nona Quen sendiri, Tuan. Sebenarnya Nona memiliki bodyguard yang selalu mendampingi. Kemarin, salah satunya memberikan semua informasi tersebut karna percaya Tuan adalah orang baik yang akan mampu menjaga Nona.""Tunggu, apakah Edward tidak mengetahui hal ini?" tanya Vinn dengan wajah keheranan."Sepertinya tidak. Sesungguhnya Nona juga tidak tahu bahwa orang tuanya mengirim para bodyguard ini untuk menjaganya. Tuan Edward dan mamanya telah menyiksa Nona Quen selama ini." A
"Lama tidak berjumpa, Vinn. Bagaimana kabarmu?" tanya seorang wanita cantik kepada Vinn yang baru saja datang. "Silahkan duduk.""Cukup baik. Bagaimana denganmu?" Vinn menggeser kursi. Mendudukinya sambil menatap wanita di depannya."Seperti yang kamu lihat. Maaf telah merepotkan untuk bertemu."Ia adalah Erica, teman semasa sekolah yang tidak begitu dekat dengannya. Edward yang dulu memperkenalkannya kepada Erica. Boleh dibilang Erica adalah cinta pertama Edward, yang mampu meluluhkan hati hingga menuruti apa yang di mau Erica."Jika ini tidak mendesak, saya tidak akan mengajakmu bertemu. Saya mendengar Edward kita telah menjadi lelaki yang sudah cukup sukses di bidang permodean? Benarkah demikian?" tanya Erica.Kembali ke kota kecil ini bukanlah pilihan yang tepat untuknya. Semua kenangan pahit harus ia ingat kembali. Namun, balas dendam masih harus ia laksanakan.Vinn hanya mengangguk. "Apa hubunganmu dengan Anne?"Erica tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Tidak bisa dipungkiri men