Share

06. Anniversary

Seperti pada dua acara perayaan sebelumnya, di mana bisnis Keluarga Charlton masih terlunta-lunta, maka Tuan Luis Charlton terpaksa menyelenggarakan acara ini di sebuah mini ballroom hotel murah. tamu yang hadir pun tidak lebih dari seratus orang. Sebagian dihadiri oleh para anggota Keluarga Besar Charlton dan sebagian lagi dihadiri oleh teman dekat dan rekan bisnis.

Dulu, ketika Tuan Luis Charlton masih muda dan gagah, di hari Anniversary pertama, dia mengadakan acara di hotel bintang lima dan dihadiri lebih dari lima ratus orang, terdiri dari pejabat pemerintah, para konglomerat, artis, dan orang-orang besar lainnya. Namun, kini dia tidak sanggup mengundang mereka semua karena sejumlah alasan.

Alasan terbesarnya tentu saja perusahaan yang dia dirikan dua puluh lima tahun lalu ini nyaris bangkrut. Luis Charlton sangat malu. Kalau tahu begini, dia tidak asal menyerahkan tampuk kepemipinan kepada Ferdy. Hasilnya sangat kacau. Dan sekarang, dia pun tidak tahu kira-kira apakah Charlton Property Group bisa bertahan atau tidak.

Salah satu cucu Luis Charlton mengejek, “Kakek, teman sekolahku mengadakan acara ulang tahun di hotel bintang lima, dihadiri lebih dari dua ratus orang.”

Cucunya yang lain turut berkomentar, “Ya, mereka membawa kado mahal dan bagus.” Remaja itu mengedarkan pandangan, lalu mengerucutkan ujung bibirnya seraya mencibir, “Tamu di sini membawa kado murah dan kecil. Aku tidak melihat ada orang kaya di sini, Kakek.”

Cucu lainnya yang sudah cukup dewasa tak tinggal diam, sembari memutar hitam matanya dengan malas dia pun nyinyir, “Masih meriah acara reuni teman-teman SMA-ku. Hahaha.

Andrew berkacak pinggang seraya menggeleng-geleng. “Kakek, kapan acara kita selesai. Aku lebih suka nongkrong sama teman-temanku selama berjam-jam dari pada hadir di acara pesta receh ini walaupun hanya sepuluh menit.”

“Makanannya tidak enak ....”

“Ruangannya sangat sumpek ....”

“Lantainya kotor lagi. Huft!”

Kesal mendengar omelan para cucunya, lantas Luis Charlton memanggil tiga anak kandungnya, Ferdy, Shane, dan Edward.

Dulu, ketika perusahaan masih di bawah kendali Luis Charlton, dia tidak pernah mendapat ejekan dan tawaan dari siapa pun.

Jika cucunya saja berani mengejek, lantas bagaimana dengan orang lain? Asli, Luis Charlton malu, semalu-malunya.

Dia melampiaskan amarahnya kepada tiga anaknya yang tidak berguna. “Ferdy, Shane, Edward! Apa kalian tidak bisa mengajari sopan santun dan etika baik terhadap orang tua?”

Tiga pria tua itu menunduk dalam, menyesali ucapan dan perbuatan anak-anak mereka. Namun, seketika pandangan Shane dan Edward tertuju kepada sang putra sulung harapan keluarga, tapi gagal.

“Kenapa kalian berdua mengawasiku seperti itu?” gumam Ferdy, alisnya bertemu.

Luis Charlton mendongakkan kepala sembari merapikan posisi duduknya. Setelah menyuruh para cucunya pergi dari sini agar berhenti mengomel, barulah dia memarahi ketiga anaknya yang sangat tidak bisa diandalkan.

“Ferdy, aku sudah memberikan kepercayaan padamu, tetapi kenapa kau malah tidak becus. Pada saat aku melepas jabatan Presdir dan menyerahkannya padamu, waktu itu perusahaan sedang baik-baik saja. Anehnya, kenapa baru beberapa tahun saja kau memimpin, perusahaan jadi sangat kacau?”

Tidak mau jadi kambing hitam, Ferdy menuding kedua adiknya bahwa merosotnya valuasi perusahaan dan bahkan sekarang nyaris bangkrut, serta-merta bukan kesalahan dia semata. Ferdy membela diri.

“Ayah, tidak bisa begitu. Shane telah aku tunjuk sebagai dewan komisaris dan Edward aku jadikan sebagai salah satu direksi. Kinerja mereka juga kurang baik. Lagi pula, masih banyak pejabat dan karyawan lain yang pantas disalahkan.”

Luis Charlton mulai berang. Darah tingginya mulai kumat kalau terbawa emosi, jadi sebisa mungkin dia meredam amarahnya. Namun, sulit meredamnya. “Kau adalah putra tertua, Ferdy! Kau adalah Presiden Direktur waktu itu! Jadi, kau adalah orang yang paling bertanggung jawab atas semua masalah yang terjadi. Begitu juga di lingkungan keluarga. Kau harus mengawasi saudara-saudaramu, keponakanmu, dan semuanya. Kau ketua di keluarga ini.”

Luis Charlton menderita sakit komplikasi, namun Tuhan masih sayang dengan dia. Karena itulah dia menunjuk Ferdy untuk mengatur urusan keluarga dan juga bisnis. Namun, Ferdy ternyata orang yang payah dan tidak bisaa diandalkan.

“Untung ada Vinna, cucu kesayanganku,” lalu Luis Charlton menghembuskan napas panjang, menenangkan dirinya agar tidak semakin emosi. “Cepat panggilkan Vinna ke sini. Sebelum acara dimulai, aku mau berbicara, penting.”

Ferdy membalik badan, lalu berjalan mencari keberadaan Vinna. Saat ini, Vinna sedang berada di luar hotel, menunggu kehadiran Zavy. Dia ditarik ayahnya agar segera masuk. Ketika dia tahu bahwa kakeknya yang memanggil, dia patuh dan tidak menolak sedikit pun.

Di sebuah meja bundar spesial milik tuan rumah, Luis Charlton membuka pembicaraan. “Kalian bilang, akan ada jalan terang yang bakal kita ambil untuk menyelamatkan perusahaan ini.”

Ferdy berdiri dan mengedarkan pandangan. “Wayne Chad belum datang, Ayah. Mungkin sebentar lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status