DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 83 Aπππ"Kamu nih, orang tua dateng malah ditanya ngapain ke sini, suruh masuk kek, apa kek," omelku kesal."Oh iya maaf. Maaf Bu maaf. Ayo masuk tapi itu ...." Si Yusril nengok ke arah angkot."Kayak Mbak Viona, Bu.""Iya. Emang Ibu baru bawa Mbakmu balik dari rumah sakit. Sana turunkan dia, dia lumpuh, harus dinaikan ke kursi roda atau diangkat kalau mau sampe rumah.""Apa? Lumpuh? Terus suaminya mana? Gak ikut?""Ibu tinggalin tadi dia di rumahnya si Jessica, abisan kesel. Rumah si Jessica mau dijual malah Ibu yang disalah-salahin. Sana angkat dulu Mbakmu, tar kita lanjut ngobrolnya."Tanpa bertanya lagi si Yusrilpun cepat mengangkat si Viona dan mendudukannya di sofa depan. Barulah angkot yang kami sewa pergi."Sebenernya ini ada apa sih, Bu? Kalian kok datang ke sini?"Hh si Yusril ini, menatang-mentang anak laki emang gak peka amat. Ibunya baru aja dateng dan duduk udah langsung ditanyai aja, orang mah kasih minun atau apa dulu kek. Kesel.Tapi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 83 Bπππ"Yusril apa-apaan sih kamu? Dateng-dateng bukannya duduk ikut makan malah emosi, gak sopan banget pula kamu sama Ibu!" sentak si Viona. Kami tengah makan malam saat si Yusril datang dan langsung menggebrak meja."Gimana Yusril gak emosi, Mbak? Tadi Ibu datang ke lapas dan mengancam si Wiwit 'kan?" tanyanya dengan tatapan tajam ke arahku.Aku mengeling sambil mengecap bibir. Dasar mantu barbar, udah ngadu aja dia."Terus istri kamu itu bilang apa sampe kamu emosi begini Yusril? Tega banget kamu sama Ibumu sendiri, jadi ini balasanmu buat Ibu, hah?" Aku mencecar, mencoba berusaha menyadarkannya."Seperti yang Ibu bilang sama dia. Ibu mengancam si Wiwit 'kan? Kalau dia mau dibebaskan itu artinya kami harus cerai dan si Wiwit itu harus pergi tanpa membawa apapun, iya 'kan, Bu?" Si Yusril balik mencecar sambil menatapku serius."Ya emang bener. Ibu ngasih dia pilihan kayak gitu, kenapa? Kamu keberatan Yusril?""Ya jelas Yusril keberatan Bu, ini ru
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 84 Aπππ"Tapi istrimu tetap otaknya," potongku cepat. Si Yusrilpun bungkam."Ayo Viona. Sebaiknya kita beri sodaramu ini waktu buat dia mikir, supaya dia sadar sudah sejauh mana dia dicuci otaknya sama perempuan itu sampe dia tega sama Ibu dan sodaranya sendiri," imbuhku.Cepat kudorong si Viona ke dapur. Bahaya kalau sampe si Yusril itu mengatakan yang sebenernya, citra almarhumah anakku si Jessica harus tetep baik meski dia memang pelakunya."Bu, pokoknya Yusril akan berusaha membebaskan istriku dari penjara kalau kalian gak mau bantu!" teriak si Yusril dari meja makan.Hh dasar anak gak tahu diuntung. Kesetanan banget dia sama si Wiwit, padahal apa bagusnya wanita itu?"Ibu tenang aja, Bu. Ibu sendiri 'kan yang bilang kuncinya tetep ada pada kita? Jadi mau seberjuang apapun si Yusril, dia gak akan pernah bisa membebaskan istrinya," kata si Viona.Aku Mengangguk. Anakku bener, biar saja si Yusril itu kesetanan, dia bisa apa? Tetep aja kebebasan si W
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 84 Bπππ"Percuma nyariin Mas Yusril, dia udah langsung balik lagi ke kantornya buat absen. Ayo buruan, gak usah ngulur-ngulur waktu, udah saatnya kalian pergi." Tanpa belas kasih si Wiwitpun memasukan paksa baju-baju yang masih di jemuran ke dalam tas yang masih tergeletak di dekat ranjang."Wiwit, Wiwit apa-apaan sih kamu? Kok jadi maksa gini, Ibu gak mau pergi dari sini, lagian Ibu mau pergi kemana, hah? Rumah si Viona sama rumah si Jessica itu udah dijual." "Ya bodo amat kalian mau kemana.""Gak! Pokoknya Ibu gak mau pergi dari sini, ini rumah si Yusril bukan rumah kamu, dasar gak tahu malu!" Aku maksa, si Wiwit kelihatan makin geram, cepat diapun paksa si Viona naik ke kursi rodanya."Ayo buruan. Kalau Ibu gak mau pergi, seenggaknya Mbak Viona jangan jadi beban di rumah ini," katanya."Heh Mbak mau dibawa kemana heh, dasar mantu barbar, kurang ajar ya kamu." Si Viona meronta. Tapi si Wiwit tetap mendorongnya keluar. Akhirnya mau tak mau akupun m
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 85 Aπππ"Iya. Kenapa? Keberatan?""Ya iyalah keberatan, stres apa kamu, hah?! Mau ditaruh di mana ini muka kalau kami tinggal di kontrakan? Seumur-umur ya Wiwit, saya tuh gak pernah ngajak suami kamu itu hidup susah, bahkan setelah bapaknya meninggalpun, saya masih bisa ngasih tempat tinggal yang layak dan terbaik buat anak-anak saya termasuk suami kamu itu. Jadi kamu jangan tega begini dong, masa iya kamu hidup enak sama anak saya di rumah bagus sementara ibunya suruh geletak di kontrakan sempit kayak gini, stres apa ya kamu?" omelku panjang lebar. "Ck Ibu nih, ya terus kalau bukan di kontrakan kalian mau tinggal di mana lagi? Udah gak usah banyak protes, udah baik Wiwit cariin kalian tempat tinggal, malah pada keberatan gitu. Turun buruan." Dia maksa. Dan tanpa memberi kami waktu protes lagi diapun cepat mendorong si Viona ke arah teras kontrakan yang ramai ibu-ibu sedang ngerumpi."Maaf Bu, katanya di sini ada kontrakan kosong ya? Kalau boleh tahu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 85 BπππSi Mala yang lebih lemah dari si Yuni pun hanya bisa pasrah. Sementara aku cepat ke bawah, melahap sarapan itu bersama si Viona."Aduh rejeki nomplok ini namanya, keluar dari rumah si Wiwit kita malah hidup lebih enak sama si Mala, anak itu tentu aja bakal lebih bisa menyenangkan dan mengenyangkan kita Na." Aku terkikik senang sambil terus menyuap nasi gorengku ke dalam mulut. "Iya Bu, bener. Seneng deh Viona tinggal di sini mau apa-apa tinggal ke atas aja, gak perlu repot, gak perlu capek kayak di rumah si Wiwit, haha."Kami tertawa senang.***Esok harinya. Seperti kemaren, aku naik lagi ke atas untuk nagih jatah makan siang ku sama si Mala. Tapi eh ternyata aku dibuat kaget karena si Mala dan lakinya itu udah pergi."Udah pindah tadi pagi Bu, sebelum Dzuhur," kata tetangganya."Apa? Berani-beraninya itu anak. Dasar gak tahu balas Budi." Tanganku mengepal geram."Tahu ih si Mala sekarang tingkahnya udah kayak kakaknya si Yuni aja, bikin kes
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 86πππPOV YuniSudah seminggu sejak ibu dan Mbak Viona itu diusir oleh si Nayla dari kontrakan Bang Wija. Sengaja kusuruh gadis itu datang ke sana dan berpura-pura jadi pemilik baru kontrakan itu agar ibu dan Mbak Viona mau angkat kaki dari sana.Habisan aku kesel, ditagih duit sewa malah aku dicuekin pake banting pintu segala. Jadi yaa ... maaf kalau aku agak sedikit tega. Itu mungkin emang hukuman yang pantes juga buat mereka biar mereka jera.Apalagi sejak uang Bang Wija dicuri dan mereka terus aja beralibi sampe akhirnya aku habis kesabaran, kujebloskan mereka ke penjara supaya mereka bisa tobat dan menyadari kesalahan mereka, eeh ternyata aku salah. Ibu masiih aja songong dan sombong, bahkan saat sekarang dia gak punya apa-apa lagi karena perlahan harta anaknya juga udah mulai habis semua.Rumah Mbak Viona kubeli dengan harga sangat murah, rumah Mbak Jessica juga kayaknya lagi mulai ditawarkan oleh Mas Fadil, ah andai duitku banyak, ingin rasanya
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 86 BπππTapi kalau sekarang kan udah aman. Si Nayla mau nikah, setelah nikah dia mau diboyong juga ke Belanda sama suaminya. Dan kami dimandat untuk urus rumah dan semua aset mendiang Tuan Guang, kami boleh pakai sebebasnya, kami boleh ambil semaunya asal ada laporannya nanti saat mungkin dibutuhkan.Maasyaa Allah, nikmat mana lagi yang akan kami dustakan?Setelah melewati banyak hal perih dan menyedihkan, aku juga berjuang sendiri melawan ketidakadilan ibu tiri yang sejak kecil menindasku dan adikku, sekarang aku mulai merasakan hidup nyaman. Dan tentunya semua ini juga karena berkah aku menikah dengan Bang Wija. Suami yang kuanggap awalnya pengangguran ternyata memberiku banyak sekali kejutan dalam hidupku. Bukan hanya soal hartanya yang banyak dan bahkan melimpah ruah, tapi Bang Wija juga mengajariku banyak hal. Dia selalu sabar menuntunku lewat ceramah-ceramah kecilnya yang awalnya sering bikin aku kesel, tapi sekarang semua ceramahnya itu bahkan