Share

Tutup Mulutmu, Arman!

Ayah mengangguk kaku ketika sahabatku memberikan pendapat.

"Makasih." Dengan mengesampingkan rasa penasaran akan maksud ucapan Resti, aku meraih plastik yang diulurkan Darren.

"Maafin Ayah, Indah." Ayah mendekat begitu aku bersiap membalikkan badan dan masuk, untuk kemudian sarapan. Aku yang hatinya masih bergejolak, tak menyahut apa pun.

Resti berdeham saat mungkin menyadari aku hanya menunjukkan sikap bersahabat pada Darren. Namun, tidak pada ayahku sendiri.

"Kamu … nggak mau ngijinin kami masuk begitu?" tanya Resti membuatku terjebak oleh rasa canggung.

Mendengar pertanyaan dari Resti, aku lantas meminta pendapat Darren melalui tatapan mata.

"Silakan masuk." Terlihat lelaki berpakaian formal itu menunjukkan sikap ramah pada keluarga dan sahabatku.

Mengikuti aku dan Darren yang masuk lebih dulu, Ayah, Lira, dan Resti menyusul di belakang.

Untuk beberapa lama, tak ada satu patah kata pun yang terluah dan mampu memecah kesunyian pagi di ruang tamu ini. Sampai akhirnya … kulihat Ayah m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status