Tya yang sudah menuntaskan ritual buang air kecil pun mulai memasuki kelas, dan mulai duduk di bankunya."Eh, kerudung kamu kenapa? Sini aku bantu benerin," ucap Zulfa melihat hijab Tya sedikit acak tak rapi. Sambil tersenyum, ia mulai membantu merapikan jilbab yang dikenakka sahabatnya. Memaklumi baru saja berhijab sehingga masih belum rapi, pa lagi kalau sudah beraktifitas, terkadang lipatan kerudung pada sisi pipi miring karena aktifitas tersebut."Mana bros pink mungil kamu," lanjut Zulfa menanyakan akseoris yang tadi pagi ia lihat dikenakan Tya untuk mempercantik tatanan kerudung."Iya, tadi aku cari di toilet nggak nemu. Entah ilang di mana," jawab Tya mencoba mengingat di mana bross pink-nya terjatuh."Entar, tunggu ... neh aku ada. Buat kamu." Zulfa mulau mencari dan mengambil bros miliknya dalam tas. Mulai memasangakan bros bergambarkan angsa berwarna silver dengan berlian berwarna ungu tepat di mata angsa, seakan mata tersebut menyala."Makasih, Zul." Tya mengucapkan terima
Lusi sempat memperhatikan sikap Tya dan Rendra. Ya, Lusi sudah menyadari bahwa Rendra benar-benar mencintai Tya, terlihat dari sorot matanya. Namun, dirinya juga ingin memiliki Rendra. Lebih tepatnya, tidak ada yang pernah menolak cinta atau sekedar mengacuhkan ajakan Lusi, dan Rendra adalah orang pertama yang tak menghiraukan dirinya.Wajahnya semakin memerah karena kesal, melihat sikap Rendra terhadap Tya. Namun, dirinya masih menahan amarah, tak ingin mengacaukan suasana."Ne, bros kamu," Ucap Rendra sesaat berpapasan dengan Tya sambil menyerahkan bros pink, terjatuh saat mereka bertabrakan tadi pagi."Oh, makasih," ucap Tya singkat, menerima bros tersebut. Tak banyak berbicara, mengingat hubungan dua sejoli ini sekarang tengah renggang.Rendra langsung berlalu setelah memberikan bross itu, Tya hanya terpaku tanpa menoleh ke blakang, tak melihat kepergian tambatan hatinya kini. Rendra pun melaju tanpa mengharap perhatian dari Tya.Dewi yang menyadari suasana seakan kaku langsung me
Lusi dengan langkah pongahnya mendekati Dewi dan berkata, "Lo, nggak salah duduk?" Dewi hanya diam enggan menjawab pertanyaan Lusi, bahkan dirinya sama sekali tak menatap wajah Lusi yang tengah berbicara padanya. Dirinya bahkan asyik membuka buku, berpura-pura membaca walau entah apa yang ia baca.Meja yang tengah jadi sandaran ke-dua tangan Dewi saat membaca buku digebrag keras oleh telapak tangan kanan Lusi, Jengkel dengan kelakuan Dewi yang mengacuhkannya. "Ok, Lo akan tau balasan apa yang kau buat!" Lusi langsung melangkah ke luar kelas, tak menghiraukan bel masuk tengah berbunyi, mood belajarnya seakan hilang. Guru Pelajaran yang tengah memasuki kelas pun ditabraknya, bahu sang guru disenggo dan hampir saja buku yang beliau bawa sempat terjatuh. Siswa lain di kelas itu terperangah akan kelakuan Lusi, tak sedikit dari mereka yang saling bicara berbisik membicarakan kelakuan Lusi, menebak-nebak sebab kejadian barusan. Hingga membicarakan persahabatan Geng Trio-kwek, baru saja ke
“Cinta dan persahabatan bukanlah sebuah pilihan. Kita bisa memiliki keduanya bahkan kehilangan keduanya secara bersamaan.”Anantya, dalam mencari jati dirinya hampir saja kehilangan keduanya yakin cinta dan persahabatannya. Geng “Trio Kwek-kwek” yang beranggotakan dirinya beserta kedua teman karibnya yakni Dewi dan Lusi sempat terpecah. Anantya dan Lusi mencintai seorang pria yang sama, Rendra seorang siswa baru juga merupakan tetangga baru Tya itulah yang menjadi salah satu sumber perpecahan persahabatan mereka yang dibangun sejak sekolah menengah pertama.Rendra selaku anak baru di SMU Bhineka mempunyai teman karib, Dika yang merupakan teman pertamanya walau mereka tak duduk satu bangku.Dika yang usil di kelas dan hampir selalu membikin gaduh suasana kelas pun seketika berubah 180°. Akibat terjadi konflik yang sama pula yakni tentang cinta pertamanya dan persahabatannya. Permusuhan Dika terhadap Rendra sempat meruncing hingga terja
Anantya Lestari Gunawan adalah nama panjangku, aku biasa dipanggil Tya. Namun, hanya Kak Andi, saudara laki-lakiku yang memanggilku dengan sebutan Brownies. Katanya biar hitam tapi aku manis seperti kue brownies kesukaannya. Dia orangnya sangat usil, jago basket dan sebenarnya banyak juga cewek yang naksir padanya, tapi entah mengapa sampai saat ini masih saja jomblo.Oh, iya, aku punya sahabat kental yakni Dewi dan Lusi. Saking lengketnya, kami kemana-mana selalu menempel seperti perangko, makanya banyak yang menyebut kita seperti Trio Kwek-kwek.🍂🍂🍂Minggu pagi walau cuaca cerah, aku belum beranjak dari tempat tidurku. Seperti biasa memang aku sering bangun siang, apalagi sekarang hari libur sehingga ingin bermalas-malasan saja di kamar.Sampai-sampai sinar mentari yang akan masuk pun takku ijinkan, terhalang oleh jendela yang berselimutkan tirai biru di kamarku. Namun, akhirnya aku pun beranjak dari tempat tidur, terpaksa membuka jendela.Bet
Suara adzan subuh menggema ditelingaku. Tak biasanya aku beranjak dari tempat tidur, menuju arah balkon dan mengintip suasana rumah seberang.Senyumku mengembang, melihat sosok pria bersarung dan mengenakan peci di balkon sebrang. Sudah dipastikan sang pria itu telah melaksanakan sholat fajar atau apa itu lah, aku sendiri kurang paham. Rendra, pria yang membuat penasaranku itu sedang mengamati lingkungan barunya."Busyet ... dah bangun itu cowok, masih pake sarung lagi. Wih, dah ganteng ternyata sholeh juga. Cucok neh," kelakarku dalam hati sembari memperhatikan gerak-geriknya.Tak sengaja Rendra tersenyum melihat tingkahku yang mengendap-endap, mengintipnya dari balkon. Aku kaget setengah mati karena ketahuan sedang mengintai dirinya. Pria itu melambaikan tangan padaku. Reflek aku langsung kembali masuk ke dalam kamar sambil tersipu malu.Aku mengutuk kebodohanku mengintai pria itu hingga tertangkap basah, ketahuan sedang mengamatinya. kedua ta
“Eh, dia sekolah dsini juga?” gumamku lirih.“Dia? Dia siapa Ty?”usut Lusi yang samar-samar mendengar perkataanku sambil celingukan melihat sosok yang aku dimaksud.Sedangkan Dewi masih sibuk mengerjakan PR, eh ... menyalin PR-ku dalam buku tugasnya. Bell sekolah berbunyi, menandakan dimuainya pelajaran hari ini. Dewi pun mulai mempercepat menyalinnya.Teeettt.. [Bel masuk berbunyi]Semua anak sudah berkumpul dan duduk di bangkunya masing-masing sambil menunggu guru mata pelajaran datang. Oia, aku sekolah di SMU swasta favorite di kota Semarang, berakreditasi A. Itu sebabnya sekolahku mempunyai peratuaran dan disiplin yang lumayan ketat, tapi tak seketat pakaian renang para model bikini.Tak berselang lama bell berbunyi, Pak Cipto selaku guru mata pelajaran sejarah, beliau juga merupakan wali kelas kami datang bersama seorang anak, ya bisa ditebak itu anak baru.“Assalamu'alaikum anak-anak.” Pak Cipt
Sejak ada penghuni rumah kosong itu, yang tak lain kini ditempati Renra, Tya selalu bangun pagi. Bu Mirna pun terkejut dan kini tak ada kegaduhan akan acara membangunkan anak gadisnya.Tya mengintip dari jendela, masih ingin mengetahui apa yang dilakukan Rendra. Dan seperti biasa kamar Rendra terang benderang yang menandakan dia sudah beraktifitas dipagi hari. Itu salah satu yang membuat Tya kagum disamping ketampanan Rendra.“Busyet pria idaman banget, pagi-pagi dah ngelakuin aktifitas.” intip Tya dari jendela kamarnya pelan-pelan karena Tya takut kepergok lagi sedang memperhatikan Rendra.Tak lama berselang Tya turun kelantai bawah menuju dapur untuk membantu mamahnya menyiapkan sarapan.“Mau masak apa Mah?” sapa Tya kepada Bu Mirna yang sedang mengupas bawang.“Ini mau bikin nasi goreng, nasinya masih banyak mubazir kalo dibuang. Itu si papah pake ada acara makan malam di luar. Kak Andi juga ikut-ikutan, katanya dia