Ethan baru saja keluar dari hotel setelah ia tidak menemukan siapa-siapa di dalam kamar. Ethan juga tidak bisa menghubungi Alina sama sekali karena ponsel Alina tertinggal di kamar.
Ethan segera menghubungi Yunda tanpa ragu.
Ethan
"Dimana kamu sembunyikan Alina?" tanya Ethan begitu Yunda mengangkat teleponnya.
Yunda (V.O)
"Apa yang kamu katakan Ethan? Tiba-tiba saja kamu berkata seperti itu padaku, menuduhku dengan sembarang."
Ethan
"Kamu tidak perlu berbohong, aku tahu bahwa kamu sudah mengirim salah satu pengawal mu untuk menculik Alina kan?"
Yunda
"Wah, Ethan kamu membuatku sakit hati, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti ini."
Ethan
"Jika sampai Alina terluka sedikit saja, maka kamu akan menanggung akibat yang tidak pernah kamu bayangkan."
Ethan mengakhiri panggilan telepon itu dengan penuh amarah.
Yunda melihat ke smartphone-nya setelah Ethan mematikan telepon. Kemudian Yunda menoleh ke sampingnya dimana Alina sedang duduk di kursi dalam keadaan terikat.
"Kamu juga akan merasakan akibat lebih dari apa yang kamu bayangkan Ethan karena telah menyakiti perasaanku," gumam Yunda.
***
Clara menyapa seluruh seluruh teman kerjanya begitu ia tiba di kantor. Clara juga menyapa Lita, akan tetapi Lita tidak menggubris Clara. Clara perlahan mendekati Lita tanpa ada yang melihatnya.
Begitu ia tiba di dekat Lita, Clara segera mencium pipinya. Lita segera mendorong Clara karena hal itu.
"Apa kamu sudah gila? Aku sudah katakan padamu, jangan melakukan hal itu di kantor, jika ada yang melihatnya bagaimana? Aku tidak ingin mereka tahu bahwa kita berdua ada hubungan," cetus Lita.
Clara hanya tersenyum jahil melihat Lita. Ternyata Clara masih saja pada kelainan seksual dan Lita yang kini terjebak di dalamnya. Dan Lita sebenarnya cemburu karena Clara kemarin bersikeras mencari tahu tentang kebenaran Anastasya.
"Clara!" panggil Kepala Cabang.
Clara segera datang setelah mendengar atasannya memanggil.
Lita melihat dengan kesal ke arah Clara yang berjalan menjauh, "Astaga, kamu pasti mencari Anastasya bukan sekedar untuk minta maaf," gumamnya.
Mbak Yuli atasan dari kantor cabang itu menoleh ke arah Clara yang baru masuk ke ruangannya. Mbak Yuli meminta Clara untuk duduk di depannya.
"Clara kamu minta libur selama satu minggu karena urusan keluarga? Apa ini benar?"
"Iya Mbak."
"Kalau kamu liburannya selama itu siapa yang akan menghandle nasabah mu nanti? Nasabah mu banyak yang bad character," keluh Mbak Yuli.
Clara tersenyum manis di depan Mbak Yuli, "Mbak tenang aja, Lita bisa menghadapi Ibu-ibu ku tersayang itu, karena selama ini Lita yang telah membantuku."
"Benarkah?"
"Iya Mbak, Mbak tidak perlu khawatir."
Mbak Yuli mengangguk, "Baiklah, kalau begitu akan aku setujui surat izin mu."
Mendengar izinnya di setujui, Clara tersenyum licik seraya mengingat Alina.
***
Perlahan Alina tersadar dari pingsannya. Alina melihat ke sekeliling dan tidak mengenali tempat itu sama sekali. Alina mengernyit dan memfokuskan pandangannya pada seseorang yang baru saja masuk melalui pintu dimana dia berada sekarang.
"Kamu sudah sadar?" tutur Yunda menatap santai ke arah Alina yang sedang terikat itu.
"Ka-kamu, kamu wanita yang membuatku terlepas dari gendongan Ethan kan?" tanya Alina.
Yunda tersenyum sinis, "Bagus juga ingatanmu, padahal waktu itu kamu terlihat seperti manusia yang hampir mati."
Alina diam tidak menjawab.
Yunda melangkah mendekati Alina kemudian berjalan mengelilingi Alina, "Siapa nama-mu? … Emm, kalau tidak salah Alina bukan? (Yunda memegang kedua pipi Alina dengan kasar) Alina si penulis pincang yang berani merebut Ethan dariku."
Alina diam saja tanpa ekspresi apapun dan menatap kedua mata Yunda. Yunda merasa sedang ditantang oleh Alina karena tatapannya itu kemudian Yunda menampar Alina.
Mata Alina terbelalak karena terkejut atas apa yang dilakukan oleh Yunda. Alina menoleh ke arah Yunda yang masih menatap tajam ke arahnya.
"Kalau tidak salah, Ethan memanggil nama-mu Yunda bukan?"
"Iya, namaku adalah Yunda kenapa?"
"Apa kamu merasa bahwa dirimu adalah Ratu hanya karena nama-mu itu berarti Ratu, dan berbuat semua-mu dengan menculikku seperti ini?" tanya Alina dengan nada sinis.
Yunda menjambak rambut Alina dengan kuat, "Hey, kamu wanita murahan dan cacat, jangan belagu hanya karena kau telah menjadi penulis, kamu masih jauh berada di bawahku."
Alina hendak menjawab perkataan kasar Yunda, akan tetapi Yunda mendapatkan panggilan telepon dari seseorang. Alina tidak bisa mendengar percakapan Yunda karena Yunda berjalan jauh dari Alina.
Setelah beberapa saat, Yunda kembali menghampiri Alina, "Kamu akan segera kehilangannya," ucap Yunda kemudian pergi tanpa menjelaskan apapun.
Mendengar perkataan Yunda, Alina merasa sedikit khawatir dan cemas. Alina menduga bahwa apa yang dimaksud oleh Yunda adalah Ethan.
"Mungkinkah Ethan akan menjauh dariku setelah ini?" pikir Alina.
***
Elis manager dari cafe milik Alina di Bali telah menunggu kehadiran Alina di sebuah restoran atas perintah dari Ethan. Elis beberapa kali memeriksa sekeliling mungkin Alina sudah tiba di sana.
"Dimana Kak Alina?" batin Elis setelah ia menunggu selama 30 menit.
***
Alina menunggu dengan lemas di dalam ruangan tadi. Yunda juga tidak kunjung datang menemuinya kembali. Alina kini merasa lapar karena dia diculik ketika ia mengeluarkan semua isi dari perutnya.
"Aww, perutku sudah minta jatah makan," gumam Alina.
Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Alina melihat pengawal Yunda yang menculiknya masuk. Pria itu menutup mata Alina dan membuka tali yang mengikat Alina.
"Hey, kenapa kamu harus menutup mataku?" protes Alina.
"Diam kau, atau kau tidak akan kubawa keluar dari sini," jawab pria itu dengan ketus.
Alina diam saja dan menuruti apa yang dilakukan oleh pengawal Yunda tersebut.
"Yang penting aku keluar dari sini," batin Alina.
Setelah Alina dilepaskan dari ikatan, Alina dibawa keluar kemudian masuk ke dalam mobil.
"Akan kamu bawa ke mana aku?" tanya Alina.
"Diam saja, aku tidak akan menyakitimu, aku akan mengembalikanmu," jawab pria itu.
Alina pun percaya pada ucapannya, Alina tidak lagi bertanya ataupun protes.
Setelah beberapa saat, mobil yang membawa Alina berhenti. Penutup mata juga dilepas. Pria itu segera keluar dan meminta Alina juga ikut keluar.
Tepat setelah Alina keluar, Alina melihat restoran dihadapannya. Alina tersenyum karena dia sudah merasa sangat lapar.
"Masuklah, di sana sudah ada temanmu yang menunggu," titah pria itu kemudian kembali masuk ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa lagi.
Alina melihat mobil itu menjauh. Dan di saat yang sama, Elis yang masih berada di dalam restoran melihat Alina di luar. Elis segera berlari keluar dan menghampiri Alina.
Elis menepuk pundak Alina, "Kak Alina!"
Alina menoleh dan melihat Elis sudah berada di hadapannya dengan senyuman. Alina melihat ke sekeliling dan tidak menemukan orang yang ia cari yaitu Ethan.
"Kenapa Kakak lama sekali?" tanya Elis.
Alina yang terlihat sedikit bingung itu menjawab, "Apa? … Oh iya, tadi ada masalah yang terjadi yang tidak pernah aku duga."
"Em, benarkah? Ya sudah ayo kita masuk sekarang!" ajak Elis.
Alina masih melihat ke sekeliling untuk memeriksa apakah Ethan ada di sana. Elis yang sudah berjalan terlebih dahulu kembali mendekati Alina dan meraih tangannya.
"Ayo Kak Alina!" ajak Elis sekali lagi.
"Em? Oh, iya ayo!" jawab Alina.
Kini Alina masuk ke dalam restoran bersama Elis.
Bersambung ~~~
Ethan yang bersembunyi di balik gedung lain melihat Alina dari kejauhan yang masuk ke dalam restoran bersama Elis. Dari tatapan Ethan ke Alina saat ini penuh dengan tanda tanya. Beberapa saat kemudian Yunda menghampiri Ethan.Yunda menyilangkan kedua tangannya di depan, "Aku sudah bebaskan dia, sekarang kamu harus menghilang dari hadapannya," ucap Yunda.Ethan menoleh ke arah Yunda dan menatapnya dengan tajam, "Ingat Yunda, aku melakukan ini semua karena terpaksa," jawab Ethan kemudian berjalan menuju mobilnya.Yunda tersenyum puas, "Saat ini kamu akan terpaksa, tapi nanti kamu pasti akan berterima kasih padaku karena kamu telah aku jauhkan dari si pincang itu," gumam Yunda.***"Apa? Ethan meminta-mu untuk menggantikan dia untuk acara jumpa fans besok?" tanya Alina terkejut."Iya Kak, aku diminta oleh Pak Ethan untuk menemani Kakak besok, dan untuk lebih jelasnya nanti Kakak akan temukan di kamar hotel katanya."Seketika Alina teringat apa yang dikatakan oleh Yunda beberapa saat yang
Alina pergi ke salon pagi ini untuk memotong rambut panjangnya yang indah. Wanita itu selama ini menyukai rambut panjang dan Ethan juga begitu. Tapi kini ketika ia melihat rambut panjangnya dia ingat akan Ethan yang sering memuji rambut panjangnya itu."Mau potong sependek apa Kak?" tanya hairstylist.Alina menatap wajahnya di depan kaca seraya mengingat momen yang telah terjadi pada hidupnya selama ini. Ia pun menguatkan dirinya dan mengatakan bahwa dia harus berubah."Messy Short Hair," jawab Alina."Oke," respon hairstylist tanpa menolak atau memberi saran lain."Aku tidak ingin diajak bicara selama proses potong rambut selesai," sambung Alina tanpa melihat ke arah hairstylist.Hairstylist itu paham bahwa Alina pasti sedang mengalami kesulitan. Dia pun diam saja selama memotong rambut Alina. Sedangkan wanita yang sedang galau itu melihat setiap helai dari rambutnya yang terjatuh setelah dipotong. Dan lagi-lagi ia meneteskan air matanya.Setelah Alina selesai potong rambut, ia juga
Alina mencari kalung emas pertamanya yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Alina baru sadar telah kehilangan kalungnya ketika ia sudah tiba di rumah. Mau tidak mau Alina kembali menyusuri setiap jalan yang ia lalui tadi siang."Aku sudah dari salon, toko baju, cafe … dimana aku menjatuhkannya?" gumam Alina.Seraya mondar-mandir di depan cafe, Alina mengingat-ingat lagi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini."Oh iya, aku tadi sempat berada di jalan panjang yang biasanya menjadi tempat balapan liar apa ya sebutannya … oh ya arena balap, sialnya kenapa aku tadi bisa berada di sana? Hari mulai gelap, dan jalanan itu sangat panjang." Dengan lemas dan mengeluh Alina menuju jalan itu dengan diiringi helaan napas berkali-kali.***Terdengar suara bising knalpot motor dari segerombolan orang yang akan mengadakan balap liar malam ini. Masing-masing dari mereka memamerkan suara yang keluar dari motor mereka.Sorak-sorai penonton juga meramaikan tempat itu. Siska yang menjadi rebutan malam
Clara sudah kembali ke kantor, Lita terlihat masih kesal pada Clara. Belum selesai urusan mereka setelah bertemu dengan Alina dan Clara juga telah memberikan semua tugas nasabah bermasalahnya pada Lita."Aku akan meminta putus hari ini juga," benak Lita yang sudah muak dengan Clara.Clara bekerja seperti biasanya, tapi kini Clara mempunyai partner baru karena ada karyawan yang baru saja direkrut. Lita merasa sangat lega karena tidak perlu selalu bersama dengan Clara sekarang.Tapi Clara menyadari bahwa Lita masih marah padanya dan mencoba untuk menenangkan hati Lita lagi. Mulai dari kata-kata manis seperti biasanya hingga mencoba mencium Lita.Tapi Lita tetap teguh pada pendiriannya saat ini, ditambah lagi selama Clara pergi Lita telah dekat dengan seorang laki-laki tampan dan normal. Lita mulai merasa bahwa ia akan kembali seperti dulu lagi yang normal sebelum ia bertemu dengan Clara. Lita juga tidak merespon apapun dari setiap bujuk rayu Clara.Setelah semua pekerjaan selesai, Anton
Alina bangun setelah pingsan lagi selama 1 jam. Alina memegangi perutnya yang terasa sakit seraya melihat ke sekeliling. Alina melihat Fathan dan Jonathan yang sedang berdebat.Alina mencoba untuk duduk, "Aw," rintih Alina merasakan sakit di bagian perutnya.Fathan dan Jonathan melihat ke arah Alina bersamaan. "Dia udah sadar, cepet panggil Dokter!" titah Fathan."Eh, kok kamu nyuruh nyuruh aku, kamu aja lah yang panggil, luka kamu juga nggak separah luka aku," tolak Jonathan.Alina mengernyitkan dahinya mendengar pertengkaran mereka perkara hal sepele itu. Kemudian Alina melepaskan infus dari tangannya dan hendak turun dari kasur.Fathan dan Jonathan serempak menahan Alina dengan memegang tangan Alina. Alina hanya diam dan terlihat kesal.Fathan dan Jonathan melepaskan tangan mereka dari Alina, "Maafkan kami, kami cuma nggak mau kamu pergi sekarang sebelum diperiksa Dokter lagi," ucap Fathan dan Jonathan mengangguk.Alina menghela napas, "Aku tidak apa-apa, ada urusan yang harus aku
Alina berbaring di atas kasur dengan enggan. Alina merasa sangat bosan, semua novel daringnya sudah update dan juga ia sudah menyiapkan cerita untuk selanjutnya. Alina mencoba mencari ide untuk cerita komik yang mereka bahas 3 hari yang lalu ketika rapat. Tapi tidak ada satu ide pun yang terlintas di benaknya. Walaupun Alina sudah mencoba dengan keras memikirkannya."Haah, ada apa dengan diriku, kenapa akhir-akhir ini aku tidak fokus, aku harus mencari hobi baru untuk mengalihkan pikiranku."***"Ayo kita adakan pertandingan lagi," pinta Siska.Fathan hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Siska yang merasa diabaikan itu pun merajuk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria tampan itu. Hingga tanpa sengaja ponsel Fathan terjatuh.Harun tiba di saat yang sama dan segera mengambil ponsel Fathan yang jatuh dan memberikannya. Lalu Harun menarik Siska keluar dari ruang tamu rumah Fathan."Apa sih Harun, kamu ini ganggu aja," bantak Siska."Siska kamu ini ya bodoh banget, Fathan mungkin masih tr
Fathan menatap mata Alina dengan baik. Ia mencoba mencari jawaban dari apa yang Alina lakukan saat ini. Wanita yang tidak pernah ia sangka bisa berbicara seperti itu. Wanita yang selama ini terus saja bersikap acuh tak acuh dan dingin.Lalu ketika Fathan mendengar kembali pertanyaan dari Ethan. Terlihat di wajah Alina bahwa ia cemas dan tidak menjawab. Lalu entah dari mana keberanian dan pikiran itu muncul, Fathan menjawab pertanyaan Ethan dengan mantap."Iya, kami berpacaran."Alina, Ethan dan Harun sama-sama terkejut mendengar jawaban dari Fathan. Ethan menatap Alina cukup lama, sedangkan Alina mengalihkan pandangannya dari Ethan. Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi setelah itu.Ethan pergi meninggalkan Alina begitu saja. Tapi terlihat jelas di mata Ethan bahwa ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Fathan. Tapi Ethan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia sudah melukai perasaan Alina dan ia juga tidak berani untuk bertanya lebih jauh.Harun mendekati Alina seraya melihat ke arah Et
Fathan berlari dengan kencang kemudian melayangkan tendangan pada Jonathan. Jonathan melihat Fathan yang terlihat sangat marah. Pria jahat itu memerintahkan gengnya untuk tetap membawa Alina. Tapi Fathan segera meminta anggota gengnya menghalang anggota geng Jonathan."Hah, Fathan, sebaiknya kamu nggak usah ikut campur urusan aku," ucap Jonathan.Fathan melihat Alina kini sudah berada di tangan gengnya. Fathan mendekati Alina dan memakaikan jaketnya pada Alina. Lalu meminta Harun untuk membawa Alina ke ke rumahnya."Woy!" pekik Jonathan dengan penuh amarah."Aku nggak tau kalau kamu bakalan berbuat serendah ini Jonathan, kamu bener-bener sampah." Fathan mulai memukul Jonathan begitu ia mengakhiri ucapannya. Jonathan terkena pukulan itu dan membalasnya. Anggota geng yang lain juga ikut berkelahi satu sama lain di gang sempit dan gelap itu.Fathan berkali-kali memukul wajah Jonathan karena telah lancang mencium Alina dengan paksa. Jonathan pun melawan balik dengan menendang Fathan lalu