Alina bangun setelah pingsan lagi selama 1 jam. Alina memegangi perutnya yang terasa sakit seraya melihat ke sekeliling. Alina melihat Fathan dan Jonathan yang sedang berdebat.Alina mencoba untuk duduk, "Aw," rintih Alina merasakan sakit di bagian perutnya.Fathan dan Jonathan melihat ke arah Alina bersamaan. "Dia udah sadar, cepet panggil Dokter!" titah Fathan."Eh, kok kamu nyuruh nyuruh aku, kamu aja lah yang panggil, luka kamu juga nggak separah luka aku," tolak Jonathan.Alina mengernyitkan dahinya mendengar pertengkaran mereka perkara hal sepele itu. Kemudian Alina melepaskan infus dari tangannya dan hendak turun dari kasur.Fathan dan Jonathan serempak menahan Alina dengan memegang tangan Alina. Alina hanya diam dan terlihat kesal.Fathan dan Jonathan melepaskan tangan mereka dari Alina, "Maafkan kami, kami cuma nggak mau kamu pergi sekarang sebelum diperiksa Dokter lagi," ucap Fathan dan Jonathan mengangguk.Alina menghela napas, "Aku tidak apa-apa, ada urusan yang harus aku
Alina berbaring di atas kasur dengan enggan. Alina merasa sangat bosan, semua novel daringnya sudah update dan juga ia sudah menyiapkan cerita untuk selanjutnya. Alina mencoba mencari ide untuk cerita komik yang mereka bahas 3 hari yang lalu ketika rapat. Tapi tidak ada satu ide pun yang terlintas di benaknya. Walaupun Alina sudah mencoba dengan keras memikirkannya."Haah, ada apa dengan diriku, kenapa akhir-akhir ini aku tidak fokus, aku harus mencari hobi baru untuk mengalihkan pikiranku."***"Ayo kita adakan pertandingan lagi," pinta Siska.Fathan hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Siska yang merasa diabaikan itu pun merajuk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria tampan itu. Hingga tanpa sengaja ponsel Fathan terjatuh.Harun tiba di saat yang sama dan segera mengambil ponsel Fathan yang jatuh dan memberikannya. Lalu Harun menarik Siska keluar dari ruang tamu rumah Fathan."Apa sih Harun, kamu ini ganggu aja," bantak Siska."Siska kamu ini ya bodoh banget, Fathan mungkin masih tr
Fathan menatap mata Alina dengan baik. Ia mencoba mencari jawaban dari apa yang Alina lakukan saat ini. Wanita yang tidak pernah ia sangka bisa berbicara seperti itu. Wanita yang selama ini terus saja bersikap acuh tak acuh dan dingin.Lalu ketika Fathan mendengar kembali pertanyaan dari Ethan. Terlihat di wajah Alina bahwa ia cemas dan tidak menjawab. Lalu entah dari mana keberanian dan pikiran itu muncul, Fathan menjawab pertanyaan Ethan dengan mantap."Iya, kami berpacaran."Alina, Ethan dan Harun sama-sama terkejut mendengar jawaban dari Fathan. Ethan menatap Alina cukup lama, sedangkan Alina mengalihkan pandangannya dari Ethan. Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi setelah itu.Ethan pergi meninggalkan Alina begitu saja. Tapi terlihat jelas di mata Ethan bahwa ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Fathan. Tapi Ethan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia sudah melukai perasaan Alina dan ia juga tidak berani untuk bertanya lebih jauh.Harun mendekati Alina seraya melihat ke arah Et
Fathan berlari dengan kencang kemudian melayangkan tendangan pada Jonathan. Jonathan melihat Fathan yang terlihat sangat marah. Pria jahat itu memerintahkan gengnya untuk tetap membawa Alina. Tapi Fathan segera meminta anggota gengnya menghalang anggota geng Jonathan."Hah, Fathan, sebaiknya kamu nggak usah ikut campur urusan aku," ucap Jonathan.Fathan melihat Alina kini sudah berada di tangan gengnya. Fathan mendekati Alina dan memakaikan jaketnya pada Alina. Lalu meminta Harun untuk membawa Alina ke ke rumahnya."Woy!" pekik Jonathan dengan penuh amarah."Aku nggak tau kalau kamu bakalan berbuat serendah ini Jonathan, kamu bener-bener sampah." Fathan mulai memukul Jonathan begitu ia mengakhiri ucapannya. Jonathan terkena pukulan itu dan membalasnya. Anggota geng yang lain juga ikut berkelahi satu sama lain di gang sempit dan gelap itu.Fathan berkali-kali memukul wajah Jonathan karena telah lancang mencium Alina dengan paksa. Jonathan pun melawan balik dengan menendang Fathan lalu
Lisa baru bangun dari tidurnya, ia merasa sangat lelah mengingat kejadian malam itu. Lisa masih merasa sedikit syok dengan apa yang ia lihat semalam. Ia masih saja merasakan cemas terhadap Alina, walaupun Alina telah mengirimi ia pesan."Apa aku coba hubungi Alina lagi ya?" batin Lisa.Akhirnya Lisa mengambil ponsel-nya dan menghubungi Alina. Tapi sudah beberapa kali Lisa menghubunginya Alina tidak menjawab sama sekali.Lisa mulai mondar-mandir kesana kemari seraya menggigit jarinya. Lalu terlintas di benaknya untuk menghubungi Ethan, karena bisa saja Ethan sedang berada di kantor yang sama dengan Alina. Tapi setelah berdering satu kali, Lisa segera mematikan panggilan telepon itu."Tidak tidak, jika aku menghubungi Ethan, Alina bakalan marah sama aku, padahal Alina sudah berpesan bahwa aku tidak boleh menghubungi Ethan jika itu bersangkutan dengan dia."Lisa pun meletakkan ponsel-nya di meja dan hendak mandi. Tapi begitu Lisa berpaling, ponselnya berdering. Lisa segera menoleh dan me
Indah mendekati Fathan di dekat pintu masuk dengan sedikit berlari. “Fathan, gadis itu sudah sadar kembali,” ucap Indah.“Benar Ma? Kalau gitu kenapa Mama ke sini? Harusnya Mama stay di sana dong.”“Iya, tapi gadis itu mau ketemu sama kamu.”“Iya?”Fathan segera bergegas menuju ruangan di mana Alina berada.***Alina melihat kedatangan Fathan. Fathan terlihat sedang mengatur pernapasannya karena ia datang dengan berlari. Fathan mendekati Alina di tempat tidur rumah sakit,“Kamu nyari aku?” tanya Fathan.Alina mengangguk.“Kenapa?”Alina menatap kedua mata Fathan, “Terima kasih, terima kasih banyak kamu telah membantuku sejauh ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku tidak bertemu denganmu waktu itu, dan aku juga tidak tahu bagaimana keadaanku saat ini jika malam itu kamu tidak datang membantuku, terima kasih juga kepada semua teman-teman-mu terutama Mama-mu yang sudah merawat-ku di rumah kalian. Aku tidak tahu harus membalasnya bagaimana, tapi jika kalian membutuhkan b
Ethan tidak fokus ketika rapat karena terus memikirkannya keadaan Alina. Hatinya terus saja khawatir dan tidak bisa tenang sedikitpun. Ethan memijat-mijat kepalanya yang terasa begitu mencengkram padahal dia sedang tidak sakit kepala.Setelah beberapa saat, rapat pun selesai. Ethan segera kembali ke ruangannya masih dengan pikiran menuju pada Alina.Yunda masuk ke dalam ruangan Ethan dengan membawa bekal makanan. Karena Yunda mendapatkan informasi bahwa Ethan tidak makan sejak kemarin.“Sayang, aku bawakan kamu bekal makanan sehat, kamu pasti akan sangat menyukainya (Yunda mulai membuka tutup bekal makanan) kamu tahu Sayang, aku membuat ini penuh dengan cinta dan kasih sayang, ayo sekarang bukan mulutmu AAA.”Ethan diam saja dengan wajah yang kedua alisnya mengernyit. Yunda baru sadar bahwa Ethan tidak menyadari kehadirannya bahkan setelah ia bicara panjang lebar seperti tadi.Yunda yang kesal menghentakkan tangannya di atas meja dengan keras.“Apa dia baik-baik saja?” celetuk Ethan y
Fathan dan Alina kini sudah duduk di meja makan warung pinggir jalan itu. Fathan segera memesankan makanan yang biasa ia pesan.“Bu, biasa ya!”“Oke siap Nak Fathan, dua porsi berarti ya,” sahut Ibu pemilik warung itu seraya melihat ke arah Alina. Alina membalas tatapan Ibu itu dan tersenyum ramah.“Iya Bu, biar anak ini enggak masuk rumah sakit lagi, kan aneh kalau liat dia pakek baju pasien gini,” ucap Fathan. Alina membalas dengan tatapan kesal kemudian mengalihkan pandangannya pada hal lain. Fathan tersenyum kemudian melihat ponselnya memeriksa apakah ada pesan masuk.Tidak berapa lama, pesanan pun datang. Mata Alina terbelalak begitu ia melihat sambal terasi dan rebusan. Ayam panggang yang juga tidak kalah menarik perhatiannya. Kemudian Ibu itu menyajikan berbagai macam hidangan laut juga. Alina hampir tidak bisa menahan salivanya.Fathan lagi-lagi tersenyum dan merasa senang telah membawa Alina ke tempat itu. Setelah semua hidangan disajikan, Alina mencuci tangannya, berdoa dan