Share

Bab 22. Malam Pertama

Aku terbaring lemas di ranjang pengantin yang dihias sederhana oleh Bik Imas.

Di tengah keheningan kamar, aku merenung. Menatap langit kamar bercat putih. Tiba-tiba terbayang wajah Mamah, Mamah menoleh ke arahku dan tampak tersenyum ke arahku. Aku juga tersenyum melihatnya, tapi sayangnya bayangan itu tiba-tiba menghilang, melebur kembali menjadi langit-langit kamar.

"Mamah! Mamah!"

Aku tersentak dan terduduk. Ternyata aku tadi sempat ketiduran. Dengan pelan, aku seka peluh di dahi dengan pangkal telapak tangan. Rupanya, mimpi itu mengingatkanku akan Mamah yang kini tidak bisa kupeluk lagi.

Seketika rasa kehilangan menyergapku. Sejujurnya selama tadi acara, hatiku rasanya sudah sangat hampa. Apalagi jika ditambah oleh ingatan tentang kelakuan dan omongan gila Hans, rasanya diri ini semakin menderita, bahkan untuk berteriak pun rasanya sesak.

Akhirnya aku hanya bisa menangis. Meraung seraya memeluk lutut di atas tempat tidur. Entah kenapa dadaku terasa sangat sakit. Bayangan Mamah dan s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status