Share

Dinodai CEO Kejam
Dinodai CEO Kejam
Author: Mommykai22

Bab 0001

"Jangan bertingkah seperti perawan!"

"Tidak! Hentikan! Aku bukan Giana! Kau salah orang!"

Sena menangis begitu pilu saat seorang pria bengis terus menghentakkan tubuhnya di atas tubuh Sena.

Sena terus mendorong tubuh pria itu, tapi tenaganya sudah habis untuk melawan sampai kini ia hanya bisa meringis perih merasakan kehormatannya direnggut secara keji dan menyakitkan oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu.

"Lepaskan aku! Kau pria biadab!" seru Sena sambil memukuli tubuh pria itu, tapi pria itu tetap melakukan perbuatan biadabnya, seolah perlawanan Sena tidak berarti apa-apa untuknya.

"Berhenti berakting, Giana! Bukankah kau menyukai ini? Menjajakan tubuhmu untuk dinikmati para pria dengan imbalan uang, hah?" seru pria itu sarkastik.

"Tidak! Sungguh aku bukan Giana, aku Sena," rintih Sena lagi.

Namun, pria bengis itu hanya menyeringai sambil mencemooh. "Simpan saja kebohonganmu itu, Wanita Jalang!"

Pria itu terus melakukan aksi bejatnya sampai Sena merasa dunianya benar-benar telah hancur. Kalau waktu bisa diulang, sungguh Sena tidak akan mengulangi perbuatannya. Hanya karena ingin tampil cantik di hari ulang tahun kekasihnya, Sena memakai gaun cantik milik Giana, kakaknya, tanpa ijin.

Kakaknya jarang pulang ke rumah, tapi semua gaun, alat make up, bahkan sepatu, dan parfum mahal masih tersimpan rapi di rumah, dan Sena memberanikan diri memakainya, sesuatu yang selama ini belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Sena pun baru saja berjalan tidak jauh dari rumahnya saat mendadak kepalanya ditutup dengan kain hitam oleh beberapa pria dan ia pun ditarik paksa masuk ke dalam mobil.

Sena terus berteriak dan memberontak, tapi tidak ada yang menolongnya sampai akhirnya ia dibawa ke kamar ini, kamar dengan hawa dingin yang begitu menusuk sampai membuat Sena gemetar ketakutan.

Bahkan, sampai detik ini Sena masih belum bisa melihat di kamar seperti apa ia berada karena kain hitam itu masih menutupi kepalanya. Sena juga belum bisa melihat wajah pria keji yang terus memanggilnya Giana dan tanpa ampun memaksa menodainya. Sena hanya bisa mendengar suara berat pria itu yang terus menuduhnya dengan penuh kebencian dan aroma maskulin yang melingkupinya, yang justru membuat Sena makin merinding ketakutan.

"Kau sudah mencari masalah dengan orang yang salah, Giana! Berakting menjadi sosialita dan mengencani para pria kaya lalu menipu uang mereka dan mendepak mereka begitu saja!"

"Aku tidak peduli pada uang. Bahkan uangku bisa membeli apa pun di dunia ini, tapi kau sudah menyia-nyiakan adikku yang tulus mencintaimu sampai hidupnya sekarang harus begitu menderita setelah kau tinggalkan. Dasar wanita murahan!" imbuh pria itu.

Sena langsung tercekat mendengarnya. Ternyata itu alasannya. Pria bengis ini melakukan semuanya karena ia merupakan salah satu korban dari Giana.

Giana, kakak Sena itu memang sangat cantik dan modis, sedangkan Sena terlihat seperti upik abu dibandingkan Giana. Bukan berarti Sena tidak cantik, karena walaupun Sena tidak semodis Giana, Sena mempunyai wajah cantik alami yang bahkan lebih cantik dibanding Giana yang gemar bersolek itu.

Tapi jangan salah, karena mereka sama sekali bukan orang kaya dan semua barang mewah serta baju-baju bagus itu bisa Giana dapatkan dengan cara yang tidak benar.

Sejak kecil, Giana memang terlihat menonjol dan orang tua mereka selalu membanggakan Giana. Mereka selalu berusaha memberikan semua yang Giana mau dan terus meminta Sena berkorban.

Hingga sampai mereka dewasa, Giana pun tetap menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya, berhutang dan menipu sana sini demi memenuhi gaya hidupnya yang mewah, dan saat hutang itu ditagih, Giana akan selalu menyodorkan Sena untuk menyelesaikan masalahnya.

Sena sendiri selalu bekerja keras demi melunasi hutang kakaknya dan demi menopang hidupnya sendiri.

Namun, ia tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya ia juga harus mengorbankan kehormatannya karena ulah kakaknya juga, kakak yang seharusnya menjaga dan melindunginya malah membuat hidupnya hancur.

"Baiklah, pantas saja para pria itu tergila-gila padamu, Giana! Kau memang luar biasa, tapi kau juga luar biasa menjijikkan, Wanita Murahan!"

Suara pria bengis itu terdengar setelah ia menuntaskan hasratnya dengan menjijikkan. Dengan cepat, pria itu melepaskan dirinya dari Sena dan langsung menyambar celananya.

Namun, mendadak matanya menangkap bercak darah yang terlihat jelas di atas sprei putih yang kusut itu. Bercak darah itu juga terlihat di bagian lain yang membuat pria itu membelalak lebar karena ia tahu pasti bahwa itu adalah darah perawan, sedangkan Giana sama sekali bukan perawan.

"Sial, tidak mungkin kau masih perawan!" umpat pria itu sambil langsung meraih kain hitam yang sejak tadi masih menutup kepala Sena.

Seketika wajah cantik Sena yang berlinang air mata pun terlihat di sana dan membuat pria itu membeku sesaat.

"Sial, kau bukan Giana! Siapa kau?"

Sena makin hancur mendengar pertanyaan yang begitu terlambat dari pria berparas tampan tapi berhati iblis itu.

"Aku sudah bilang aku bukan Giana, mengapa kau tidak mau mendengarku? Dasar brengsek!" teriak Sena frustasi sambil menarik selimut besar itu menutupi seluruh tubuhnya.

"Sial! Jangan berteriak di hadapanku!"

Alih-alih menyesal karena salah orang, pria itu malah menghampiri Sena lalu mencengkeram rahang Sena begitu kuat dan menyakitkan.

"Akhh, lepas!"

"Siapa kau, Wanita Brengsek? Mengapa kau berdandan seperti Giana, hah?"

Pria itu yakin ia tidak mungkin salah. Ia melihat sendiri saat anak buahnya menangkap Giana. Namun, wanita di hadapannya ini sama sekali bukan Giana. Walaupun wajah cantik ini nampak sedikit mirip, tapi keseluruhannya sangat berbeda.

"Kau dengar aku bertanya padamu kan? Apa kau bisu? Kau tidak bisa menjawabku? Siapa kau? Mengapa kau keluar dari rumah Giana?" bentak pria itu lagi karena Sena sama sekali tidak menyahutinya.

"Aku Sena, aku bukan Giana!" teriak Sena lantang.

Pria itu langsung memicingkan mata mendengarnya. Ya, akhirnya ia mengingat nama itu karena ia memang sudah mencari tahu tentang keluarga Giana sebelumnya.

"Sena? Baiklah, aku mengingatnya. Kau pasti Sena Monela, adik kandung dari Giana, benar kan?"

Kedua mata Sena membelalak mendengarnya. Bahkan pria itu tahu nama lengkapnya padahal Sena sama sekali tidak tahu siapa pria itu.

"Kau? S-siapa kau sebenarnya? Mengapa kau tahu nama lengkapku?"

"Tidak penting siapa aku, yang penting katakan di mana Giana berada sekarang!" bentak pria itu.

Sena kembali ketakutan. Entah seharusnya ia melindungi kakaknya atau menyerahkan kakaknya saja karena Sena sudah lelah dengan semua ini.

Sebagai adik, Sena sudah begitu sabar menghadapi Giana. Sena selalu bekerja keras dan dikejar-kejar oleh semua orang yang mencari Giana dan walaupun kesal, Sena selalu berusaha melindungi kakaknya dengan mencicil hutang kakaknya sedikit demi sedikit.

Namun, hutang yang dicicil bukan malah berkurang malah makin bertambah dan Sena pun tidak pernah hidup dengan tenang.

Sungguh, Sena ingin bersikap egois dan menyuruh kakaknya menyelesaikan masalahnya sendiri tapi bagaimanapun Giana adalah kakaknya dan ia tidak tega.

Sena pun masih berharap Giana tetap selamat dan sehat di mana pun kakaknya itu berada, walaupun Sena hidup tertekan sendirian di sini. Tapi untuk kali ini Sena tidak sanggup menghadapi pria bengis ini.

"Aku tidak tahu di mana Giana, kau cari saja Giana sendiri, aku sudah lelah. Apa pun yang Giana lakukan tidak ada hubungannya denganku, mengapa aku yang harus menanggung akibatnya?" keluh Sena dengan hati yang teriris.

"Ck, aku benci wanita yang hanya bisa menangis, Sena. Dan siapa bilang kau tidak ada hubungannya dengan Giana? Kakakmu itu sudah menyakiti adikku dan kalau akhirnya aku menyakiti adiknya juga, itu namanya karma!"

Lagi-lagi Sena sakit hati mendengarnya. "Adikmu? Aku bahkan tidak mengenal siapa adikmu. Aku juga tidak tahu apa-apa tentang apa yang Giana lakukan di luar sana."

"Diam kau, Wanita Sialan! Dengarkan aku! Kalau kau masih mau hidup tenang, lebih baik bawa kakakmu padaku."

Sena menggeleng. "Aku bersumpah aku tidak tahu di mana dia."

"Jangan mencoba membohongiku atau melindunginya, Sena."

"Sungguh aku tidak berbohong."

"Brengsek! Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Sena," seru pria itu sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sena.

Hembusan napas pria itu pun menerpa kulit wajah Sena sampai napas Sena pun tersengal dibuatnya.

"Bawa kakakmu itu kepadaku atau kau akan terus merasakan neraka buatanku, Sena! Aku bersumpah akan menghancurkan hidupmu seperti kakakmu sudah menghancurkan hidup adikku!"

**
Comments (3)
goodnovel comment avatar
NACL
aku mampir Kakak author ╰(*´︶`*)╯
goodnovel comment avatar
amymende
bikin bego baca dialognya
goodnovel comment avatar
Tukimin Mentari
lanjut ....penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status