“Of course, tentu saja!” sahut dokter Ressa sambil tertawa. Sebenarnya ia tertawa penuh kemenangan, karena rencananya betul-betul berhasil membuat Atira penasaran untuk berbicara dengannya. “Tapi Tira, nanti dokter... “ sanggah pak Syahid yang ingin mengingatkan Atira tentang larangan dokter Fajar, namun ucapannya segera dipotong oleh Zafran. “Oke, enggak apa-apa. Kita semua bisa keluar. Ayo!” seru Zafran dengan tegas. Ia tak ingin dibantah untuk saat ini karena telah memberikan kepercayaan kepada Ressa. “Enggak, saya akan tetap di sini. Kalian keluarlah!” pinta bu Mira seraya mendekati brankar Atira. “Mama di sini enggak apa-apa kan, Sayang? Mama enggak akan menginterupsi apapun!” mohon bu Mira dengan tatapan permohonan yang sangat. Atira terdiam sesaat, seolah ia keberatan dengan permintaan bu Mira. Ia betul-betul ingin berbicara berdua dengan dokter yang ada di hadapannya saat ini.“Ma...!” panggil Zafran agar wanita paruh baya itu mengerti dan tidak kukuh untuk tetap bera
"Atira!" Bu Mira langsung menghampiri Atira saat ia sudah memasuki ruang rawat anak kandungnya itu. Hatinya betul-betul khawatir jika keadaan Atira malah akan memburuk. Bertahun-tahun ia belum memberikan kasih sayangnya kepada Atira, ia malah memberikan kasih sayang itu kepada orang yang salah. Jadi, ia akan sangat menderita jika sampai akhir Atira tidak bisa menerima keberadaannya.Tanpa disangka, Atira menoleh kepada bu Mira saat wanita paruh baya itu memanggilnya."Ya, " sahut Athira seraya memberikan senyuman lebarnya.Semua tertegun melihat senyuman Atira begitu merekah dan nampak tulus. Terlebih lagi, di samping kiri dan kanannya duduk Davin dan Daffa yang ternyata sudah bangun dari tidurnya. Ya, Atira saat ini memang duduk di atas brankarnya, dengan duduk tegak." Papa, Kakek, Nenek... Mama lagi senang banget!" seru Daffa antusias. Bocah itu nampak sangat riang di samping Atira, dengan menyenderkan badannya lebih condong ke Atira. "Memangnya Mama-mu senang kenapa?" tanya Za
“Iya, Nak!” jawab pak Syahid dengan mata berkaca-kaca."Papa lihat deh!" Minta Anindita Seraya Melambaikan tangannya, meminta agar Pak syahid ikut melihat ke layar ponsel miliknya.Pak Syahid pun segera menghampiri Anindita di brankarnya. Ia melewati Zafran yang sebenarnya sudah berharap lebih agar Ia yang dipanggil."Eh iya tanda Mama juga sini!" Pita Anindita yang kembali Melambaikan tangannya, namun sekarang ke arah bu Mira.Bu Mira yang awalnya merasa sedikit sedih, sekarang senyumnya terkembang saat ia dipanggil oleh Atira. Ia pun sama dengan Pak Syahid, segera menghampiri Atira di brankarnya."Emang lagi nonton apa sih?" Tanya bu Mira bergaya seolah sangat penasaran." Emang Papa sama Mama belum nonton filmnya? " tanya Atira melihat betapa hebohnya bu Mira. Mereka berdua pun kompak menggelengkan kepala yang membuat Davin dan Daffa tertawa lepas. Benar saja, Pak Syahid dan bu Mira memang belum menonton film perdana Athira. Waktu itu, mereka belum mengetahui pasti bahwa At
Atira mematut dirinya di cermin, ia melihat apakah dirinya sudah cantik dengan penampilan yang sempurna layaknya artis ibukota. Hari ini dia sudah membuat janji dengan Ressa, mereka akan makan bersama, tentunya dengan Zafran dan Roni.Ya, setelah percakapannya dengan Ressa sewaktu di Rumah Sakit kemarin, Athira mulai membuka diri untuk menerima siapa keluarganya. Selain karena efek hypnotherapy yang dilakukan oleh Reza, termasuk juga efek saat ia menonton tayangan tayangan infotainment tentang kehidupan pribadinya. Dia mulai menerima bahwa dia adalah seorang artis, dengan anggota keluarga yang sudah dituliskan.Ia juga diberi pengertian bahwa Pak Syahid dan bu Mira adalah orang tua kandung yang baru bertemu dengannya, saat ia terbangun setelah mengalami kecelakaan. Untungnya, dia tidak menolak kehadiran kedua orang tua itu, meskipun ia belum sepenuhnya mengingat siapa dirinya."Sudah siap?" Tanya Zafran yang kini berdiri gagah diambang pintu kamar Athira. Ia menggunakan baju kaos l
"Siapa maksudmu?" Tanya Zafran seraya menoleh ke arah Atira yang berjalan di sampingnya, namun ia berkata lirih seperti itu mengira jika ucapannya tak didengar oleh Zafran."Ah, nggak! " elak Atira seraya menundukkan pandangannya. Namun tangannya tak dapat berbohong, nampak sekali jika ia memilin ujung baju yang ia kenakan sebagai tanda kalau ia sedang resah. Dan Zafran paham jika istrinya sedang menutupi keadaan dirinya sendiri."Tentu saja, Atira. Tentu saja mereka mengenal kamu, karena mereka tahu bahwa seorang artis terkenal, Ateera memang penghuni apartemen di sini.”Zafran sudah siap di samping pintu dan membukakannya untuk Athira, sedang setelah itu ia pun memutari mobil dan masuk di kursi pengemudiDi dalam mobil, Atira masih terdiam memikirkan kalimat Zafran barusan. Ia pun melihat ke arah pintu lobi dan memandangi kedua satpam yang masih berjaga di sana sambil menganggukan kepala tanda hormat kepada Zafran yang kini baru saja memasuki mobil."Kamu siap?" tanya Zafran me
“Apa maksudmu, Tira? Kamu juga enggak ingat kalau kamu pernah...?” Zafran menggantungkan ucapannya, memilih apa ia harus mengatakannya dengan jelas atau tidak. “Maksud kamu, aku pernah enggak bisa lihat? Aku pernah buta?” tanya Atira seolah meminta penjelasan yang lebih. “Tira, kamu itu amnesia setelah mengalami kecelakaan. Tapi, kenapa kondisi pasca kecelakaan pun kamu lupa?” tanya Zafran dengan menaikkan nada bicaranya satu oktaf. “Sebenarnya apa yang terjadi? Damn...!” teriak Zafran sambil memukul keras setir. Atira tak sedikitpun merasa takut saat melihat amarah Zafran meletup-letup. Ia hanya mengalihkan atensi matanya ke arah lain, masih berpikir dengan apa yang sedang menimpanya. Tok... tok... tok. Seseorang mengetuk kaca mobil, membuat perhatian Zafran teralihkan. Zafran pun segera menurunkan kaca mobilnya saat melihat juru parkir berbicara, namun ia segera menjauh dengan maksud memberi panduan parkir. Setelah mobilnya terparkir rapi, Zafran pun segera melepaskan sa
Tiba-tiba, ruang privasi pun langsung ramai diserbu para pengunjung yang lain, hanya gara-gara teriakan kencang sang pramusaji yang shock melihat Atira ada di sana. “Mbak Ateera foto ya!”“Ateera, kemana aja?”“Mbak Ateera, kenapa ngumpet? “Ateera, I love you. ““Ateera, minta tanda tangan!”“Atira...!”Berbagai macam suara mulai mendengung menyerupai suara lebah dan tak dapat dibendung lagi. Dengan sigap, Zafran melindungi Atira yang mulai dikerubuti fans garis keras. Bahkan, dari kalimat yang dilontarkan pun ada cacian yang kemungkinan hanya dikeluarkan oleh haters. “Jangan mendorong istriku!” sarkas Zafran yang mati-matian melindungi Atira. Kafe yang mereka kunjungi memang kafe yang terbilang luas, ramai pengunjung dan untuk semua kalangan. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau dengan rasa berkelas, membuat kafe ini selalu ramai dikunjungi. Sebenarnya, ruangan privasi di kafe ini cukup aman dan nyaman untuk pengunjung seperti Atira, hanya saja teriakan histeris pramusaji yan
“Saya sudah menghubungi polisi,” ucap Roni, karena di dalam hatinya ia merasa takut akan keselamatan istri bos -nya, ia pantas jadi kepercayaan Zafran karena mampu berpikir dan bertindak cepat. “Sayang!” Zafran begitu khawatir melihat Atira yang kini terluka, di bagian pipinya. Bahkan, jilbab yang ia kenakan pun sudah tidak beraturan. Untung saja masih melekat di kepalanya.Atira tak menjawab apapun, Ia masih bersender di senderan kursi dan memejamkan matanya. Otaknya terus berputar, berpikir apa yang terjadi dengannya. Seolah De javu, ia merasa pernah mengalami hal yang mirip seperti saat ini."Cepatlah, Saya minta P3K! " pinta Zafran sambil melirik, mencari keberadaan sang manajer hotel.Saat matanya melirik ke arah kiri, mencari sosok manajer hotel, ekor matanya melihat pantulan diri Ressa. Betapa terkejutnya ia karena ternyata dokter Ressa dipenuhi dengan luka, baik di bagian wajahnya, rambutnya yang acak-acakan dan lengannya yang terekspos kini penuh dengan luka."Ressa, ka