Share

34. Pamit

Tut... tut... tut...

“Ya hallo,” ucap Atira setelah ia menggeser ikon begambar telepon yang berwarna hijau.

“Oke, aku tunggu di lobby aja!”

“Jangan, aku bukan anak kecil. Aku bisa turun sendiri,” kekeh Atira yang kemudian segera menutup panggilannya.

“Bu, Tira berangkat dulu ya! Baik-baik di rumah!” pesan Atira sambil mencium tangan bu Retno.

“Cantik sekali kamu, Tira. Cantik wajah dan cantik hati,”puji bu Retno sambil mengelus pipi Atira.

“Jangan terlalu memuji, Bu! Nanti aku besar kepala. Kalau kepalaku besar, nanti enggak muat lagi jilbabnya,” tawa Atira yang disambut tawa juga oleh bu Retno.

Atira membuka pintu kamar bu Asih pelan. Ia ingin berpamitan jiwa wanita paruh baya itu belum tidur, atau Davin yang belum tidur. Tapi, nampaknya mereka berdua tidur dengan sangat lelap. Atira pun segera menutup kembali pintunya.

Ia menghembuskan nafas terdalamnya setelah pintu kamar itu tertutup rapat. “Aku harus kuat, untuk anak-anakku!” liriknya sambil menutup mata, sedangkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status