Selamat membaca❤️ °° “Astagfirullah!” Dengan cepat Arka langsung membuka seat belt yang saat itu sedang melingkar di tubuhnya dan bergegas untuk turun dari dalam mobil — ingin melihat bagaimana keadaan atau kondisi orang yang hampir saja ia tabrak. “Astagfirullah, Pak. Bapak tidak apa-apa, kan?” “Ya, alhamdulillah saya tidak apa-apa. Tetapi lain kali tolong lebih berhati-hati lagi ya saat sedang membawa kendaraan di jalan, tolong utamakan keselamatan.” “Baik, Pak. Sekali lagi saya mohon maaf ya, saya janji kalau hal ini tidak akan terulang kembali.”Arka pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tentu dengan maksud sebagai tanda permintaan maaf, sebelum pada akhirnya ia kembali masuk ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan.“Memang benar, hari dimana musibah itu bisa terjadi tidak tertulis di kalender.” *** “Dahayu, aku pulang. Kamu dimana, sayang?” Waktu selama hampir 1 jam yang sudah disertai atau diiringi dengan kemacetan Ibu Kota itu pun akhirnya berhasil untuk ditem
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, aku datang. Aku ada di sini untuk kamu, maafkan aku.” Ya, tak lama setelah Dahayu memejamkan kedua matanya untuk kembali beristirahat, tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang datang menghampirinya dengan keadaan lusuh dan wajah sembab, bahkan lelaki itu juga masih menggunakan kemeja kerjanya yang kemarin.Sosok lelaki yang sudah dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah Arkatama, ia menangis sepanjang perjalanan — dari rumah sampai ke rumah sakit tempat tujuannya, dan hal itu yang berhasil membuat wajahnya terlihat sembab, nampak seperti orang yang sedang frustasi.“Lihat, wajahmu pucat sekali. Maafkan aku ya, sayang? Aku benar-benar menyesal.” Nyatanya, rasa bersalah yang sedang arka rasakan saat itu pada Dahayu sangatlah besar dan bahkan tidak sebanding dengan apa yang sudah ia rasakan sebelumnya, dan hal itu juga yang berhasil membuat isak tangisnya semakin pecah, terlebih lagi saat dirinya sudah melihat keadaan Sang istri — lemah tak berdaya dengan
Selamat membaca❤️ °° “Maafkan aku, Yu. Dengan terpaksa aku harus membohongi kamu karena aku sendiri pun tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Aku takut, aku takut menyakiti hati kamu.” ***Genggaman tangan itu pun semakin erat Arka peruntukan bagi Dahayu, dan tak henti-hentinya pula ia juga menciumi punggung tangan Sang istri untuk memberikan kehangatan yang disertai dengan rasa kasih sayang.“Hm... Begitu ya, Mas? Ya sudah, tidak apa-apa. Karena bagi aku yang terpenting untuk saat ini adalah kamu, kamu ada di sini untuk menemaniku. Aku butuh kamu,” ucap Dahayu“Iya, sayang. Aku janji kalau kejadian ini tidak akan terulang kembali,” saut Arka “Iya, Mas. Aku pegang janji kamu,” sambung DahayuKeduanya pun kembali melempar senyum bahagia mereka, lalu setelahnya mengobrol sebentar demi untuk meluapkan rasa rindu yang ada, hingga pada akhirnya Dahayu kembali memejamkan kedua matanya untuk tidur karena kondisinya belum sepenuhnya pulih.Lantas, bagaimana dengan Arka?Ya, lelaki it
Selamat membaca❤️°°“Saya mau tidur, jadi tolong jangan ganggu saya! Lagi pula, ini itu sudah terlalu malam, bahkan jalanan saja sudah sepi. Ingin ke rumah sakit naik apa? Taksi? Memangnya ada yang mau menerima? Coba fikirkan itu dulu, jangan seenaknya!”Lagi dan lagi, Liana kembali membentak Dahayu — bahkan tanpa mau untuk memikirkan bagaimana perasaan wanita itu, pun tanpa memikirkan seberapa besar rasa sakit yang sedang dirasakan. Tak hanya itu saja, dengan teganya Liana juga mendorong tubuh Sang menantu, namun untungnya Dahayu masih memiliki sedikit tenaga untuk menahannya.“Iya, Dahayu mengerti. Tetapi Dahayu sudah tidak sanggup untuk menahannya lagi, apa lagi sampai harus menunggu Mas Arka pulang. Jadi untuk saat ini hanya Mama yang bisa Dahayu harapkan, tolong bantu Dahayu.”“Hm… Tunggu, sebentar.”Liana meneguk salivanya, degupan yang ada di jantungnya pun seketika saja langsung berpacu dengan cepat, terlebih lagi saat ia melihat kondisi Dahayu yang semakin melemah — wajahnya
Selamat membaca❤️°°“Selamat ulang tahun ya, istriku sayang.”“Mas Arka? Hey, kamu ingat dengan hari ulang tahunku? Aku kira kamu melupakannya, ternyata tidak ya?”“Ya tentu saja tidak, sayang. Mana mungkin aku melupakan hari bahagia itu? Hari dimana manusia secantik dan sebaik kamu dilahirkan ke dunia ini.”Wanita mana yang tak tersipu setelah mendapatkan pujian yang begitu manis seperti itu? Terlebih lagi pujian itu sendiri diberikan oleh seseorang yang sangat amat dicintai.Dan, ya, hal itulah yang kini sedang Dahayu rasakan.Setelah sudah mendengar kalimat pujian itu, dengan cepat Dahayu pun langsung menarik tangan Arka dan membawa lelaki itu ke dalam peluk hangatnya, tak lupa pula mencium bibirnya demi untuk menyalurkan rasa bahagia yang ada di dalam dirinya.“Terima kasih banyak ya, Mas! Aku senang,” ucap Dahayu“Iya, sayang. Terima kasih juga ya karena kamu sudah hadir dan mau menemaniku,” balas ArkaSebelumnya — setelah Dahayu sudah dinyatakan sehat dan diperbolehkan ; diizink
Selamat membaca❤️°°“Sudah, Mas. Cukup, ayo kita pulang.”“Ingin pulang sekarang, sayang?”“Ya iya, sekarang juga! Memangnya kamu ingin menunggu sampai kapan lagi?”Tawa Arka pun akhirnya pecah karena dirinya benar-benar sudah merasa tak sanggup untuk menahannya lagi, walau sudah dapat dipastikan pula kalau tawanya itu sendiri tentu akan kembali mengundang satu pukulan gratis dari Dahayu.“Aduh-aduh, aku dipukul lagi. Tega sekali ya istriku ini?”Arka merintih kesakitan, berbeda dengan Dahayu yang lebih memilih untuk terdiam karena sudah tak memiliki niat untuk merespon ucapan Sang suami, yang bahkan wanita itu juga langsung menoleh ke arah jendela.“I love you, Dahayu Ishvara.”Hanya dengan mengucap satu kalimat yang cukup singkat seperti itu pun ternyata sudah berhasil untuk membuat Arka kembali memenangkan permainan mereka, dan score akhir saat itu pun menjadi seimbang — dua sama, yang mana ia sudah berhasil untuk membuat Dahayu kembali melukiskan senyum manis di bibirnya.“Sayang
Selamat membaca❤️°°“Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga, sayang.”Setelah sudah berhasil untuk menempuh perjalanan selama hampir 45 menit, kini Arka dan Dahayu pun akhirnya sampai di rumah mewah mereka, yang mana Arka sendiri langsung memasukkan mobilnya ke dalam garasi, setelah itu barulah mereka masuk ke dalam rumah — tentu dengan posisi mata Dahayu yang masih ditutup.“Jalannya hati-hati ya, sayang. Jangan terburu-buru,” pinta Arka sembari menggandeng tangan dan pinggang Dahayu dengan maksud untuk membantunya, “Angkat kakinya, ada tangga.”Arka terus memerintah sembari membantu Dahayu, namun yang diperintah justru memilih untuk menghentikan langkah kakinya.“Mas…”“Iya, sayang? Kenapa berhenti?”“Kita benar-benar sudah sampai di rumah?”“Iya, benar. Tadi kamu sudah mendengar suara Pak satpam saat sedang membukakan pintu gerbang untuk kita, kan?”Dan Dahayu pun menganggukan kepalanya, lalu tiba-tiba saja wanita itu menghela nafasnya dengan kasar sembari melepas tangan Arka dar
Selamat membaca❤️°°“Jadi, bagaimana? Lusa sudah pasti jadi ya, sayang? Sesuai dengan janji yang sudah kita buat tadi karena mau tak mau kita harus cepat-cepat bertemu untuk membahas rencana selanjutnya. Pokoknya rencana kita untuk memisahkan Arka dan wanita itu harus dipersiapkan dengan baik dan matang, jangan sampai rencana itu gagal!”Sungguh, sakit sekali rasanya hati Dahayu saat mendengar kalimat yang sama sekali tidak ia harapkan itu, terlebih lagi kalimat itu sendiri diucapkan oleh Sang Ibu mertua, kalimat panjang yang terasa sangat amat tajam.Ya, hati Dahayu benar-benar terasa sakit seperti tersambar petir, yang bahkan dirinya sendiri pun tak tahu bagaimana cara paling baik untuk menyembuhkannya.“Aku tidak salah dengar, kan? Ternyata Mama benar-benar memiliki rencana untuk memisahkan aku dengan Mas Arka. Tetapi, siapa wanita bernama Damara itu? Kenapa mereka tega dan jahat sekali?” gumam Dahayu, “Ya Allah, Mama... Mama benar-benar tidak mau memaafkanku,” lanjutnya“Baik, kal