“Kamu putrinya Adi Kusuma Wijaya, kan? Aku datang kesini ingin menagih janji ayahmu padaku.”Cheryl terpaku diam di tempatnya, ia hanya sedikit shock mendengar perkataan kakek tua yang kini duduk di kursi yang ada di depannya. Setelah bertahun-tahun, ini kali pertama ada orang yang membahas tentang Papanya.Suster Gita saling pandang dengan asisten kakek tua itu seakan memberi kode padanya untuk keluar dari ruangan dan memberikan waktu bagi sang kakek dan dokter Cheryl bicara empat mata.Seakan mengerti kode yang diberikan suster Gita, asisten kakek itu pun keluar ruangan bersamanya. Mereka berdua menunggu di luar ruangan.“Kakek ini siapa? Dan janji? Janji apa, Kek?” tanya Cheryl setelah di ruangan itu hanya tinggal mereka berdua, ia sedikit bingung dan juga shock disaat bersamaan.“Kenalkan namaku Bima, kamu bisa memanggilku kakek Bima.”“Baiklah kakek Bima, sekarang katakan janji apa maksud kakek? Karena saya tidak tahu-menahu soal janji Papa dan juga kakek Bima.” Cheryl bicara sop
"Dok, apa dokter akan lembur hari ini?" tanya suster Gita ketika melihat Cheryl menatap fokus layar komputer di depannya tanpa memperdulikan sekitar.Padahal yang terjadi Cheryl tidak sedang mengetik apapun di keybord-nya, ia hanya menggeser-geser mouse yang digenggamannya. Tidak ada minat membaca informasi yang ditampilkan layar komputernya.'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa kakek Bima itu serius dengan ucapannya yang bilang menagih janji Papa padanya?' batin Cheryl bimbang dan ragu."Dok." suster Gita mengulang panggilannya. Dan lagi-lagi Cheryl tidak mendengar panggilan suster Gita, ia tidak menoleh atau menjawab perkataan suster Gita.Pikiran Cheryl benar-benar terganggu setelah pertemuannya dengan kakek Bima kemarin. Walaupun kakek Bima belum menuntut harus sekarang perjodohan itu terjadi, tapi saat kakek itu bilang akan menagih janji membuat Cheryl sedikit tidak tenang."Dok, apa semua baik-baik saja?" kini suara suster Gita sangat dekat dengan Cheryl yang masih dengan l
"Lapar jam segini tuh benar-benar menyiksa banget." keluh Cheryl saat jam sudah menunjukkan jam setengah satu malam dan ia merasa sangat lapar, mengingat tadi sore dia belum sempat makan.Dengan langkah gontai Cheryl keluar, "Kira-kira ada makanan apa di kulkas?" gumamnya yang kini berjalan menuju ke dapur apartemennya."Ternyata hanya ada ini, apa boleh buat dari pada nggak bisa tidur karena kelaparan." Cheryl mengambil sebuah kotak berisi salad buah.Karena seringnya makan di luar, Cheryl lupa untuk belanja isi kulkas yang sudah mulai menipis persediaannya.Cheryl berjalan menuju sofa yang ada di ruang tamu, kemudian Cheryl menyalakan TV untuk menemaninya. Perlahan Cheryl mulai menyantap salad buah yang ada ditangannya.Baru juga dua suapan ia memakan salad buah yang ada di tangannya, ia mendengar bel apartemennya berbunyi beberapa kali.“Siapa jam segini datang bertamu?” Cheryl melihat jam dinding apartemennya, ini sudah sangat larut untuk ukuran orang bertamu bukan?Cheryl meletak
"Apa tuan muda Abercio Danurendra ada di tempat?" tanya Cheryl pada resepsionis yang berada di lobby kantor Danurendra Group.Memang hari ini Cheryl pulang lebih awal dari biasanya, ia melakukan itu karena sengaja ingin menemui Abercio terkait rencana lelaki itu yang akan memutuskan pertunangannya dengan Kiran.Cheryl tahu jika itu bukan menjadi urusannya, bahkan dia juga tak berniat ikut campur dalam hubungan Kiran dan Abercio. Tapi jika alasan putusnya pertunangan mereka karena dirinya maka Cheryl wajib dan harus ikut campur bukan? Ya minimal diskusi dulu dengan Abercio bukan keputusan sepihak seperti ini.Dan lagi Kiran adalah adiknya jadi wajar jika Cheryl meminta penjelasan dari lelaki itu, betul tidak?"Apa nona sudah membuat janji dengan beliau?" tanya resepsionis padanya."Belum, tapi ini urgent. Tidakkah ada sedikit kebijakan atau pengecualian untukku?" Cheryl seperti sedang memohon agar bisa bertemu dengan Abercio."Tapi maaf nona, kalau tidak membuat janji temu terlebih dah
“Hem, aku sudah mendaftarkan pernikahan kita seperti yang sudah aku katakan padamu tempo hari. Jadi jangan harap kamu bisa bebas dariku lagi, karena kini kamu sudah resmi menyandang nama nyonya Danurendra group meskipun aku belum mengumumkannya ke publik.” ucap Abercio tanpa dosa, ia tidak tahu bagaimana respon Cheryl dengan apa yang telah ia lakukan. Wajah Cheryl berubah antara ingin marah dan kesal di saat bersamaan mendengar pengakuan Abercio barusan, ia tidak tahu harus senang, sedih, atau marah. Di satu sisi dia bahagia akhirnya kini status pernikahannya sudah SAH di mata hukum negara, tapi dia juga marah karena dengan begitu seolah Cheryl menyatakan perang secara terbuka dengan Bu Nita, dan sedih karena itu berarti dia menyakiti hati Kiran (adiknya). "Sumpah ya, kali ini aku sangat berharap kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Sumpah ini seperti mimpi buruk yang tidak pernah aku harapkan sama sekali dalam hidupku." ucap Cheryl kesal, ia menarik tangannya dari genggaman Abercio
"Hari ini apa kamu punya waktu luang? Aku ingin mengajakmu dinner sepulang dari kantor." tanya Abercio dengan lawan bicaranya di seberang telepon."...""Oh aku tahu restoran itu, aku akan membooking-nya untuk malam ini. Nanti aku langsung ke sana kita ketemu di sana saja, tapi jangan ajak Cheryl bersamamu." ucap Abercio."...""Tidak apa-apa, ada yang ingin aku tanyakan padamu tentang Cheryl, jadi aku harap kamu mengerti maksudku.""...""Ok, ok, sampai ketemu nanti malam. Bye." pungkas Abercio yang lalu menutup panggilan teleponnya dan meletakkan ponselnya di meja kerjanya."Aku akan bertanya padanya, aku yakin dia tahu sesuatu. Sangat mustahil jika seorang sahabat dekat seperti dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Cheryl." gumam Abercio yakin jika orang yang akan dia temui malam ini pasti tahu akan jawaban yang sedang mengganggu pikirannya dari beberapa hari lalu.Ya benar tadi Abercio menghubungi Felicia untuk ia ajak dinner malam ini dengan bermaksud mencari tahu apa yang akan
“Dia? Mau apa dia malam-malam kesini?” Cheryl mengerutkan keningnya heran melihat siapa yang ada didepan pintu apartemennya.Jantung Cheryl berdebar sangat kencang, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin segera membukakan pintu itu tapi Cheryl masih sangat kesal bahkan marah pada orang yang ada di depan pintu apartemennya.“Sebaiknya aku abaikan saja, nanti dia juga pergi sendiri apalagi ini sudah larut malam.” gumam Cheryl yang akhirnya ia memutuskan untuk kembali duduk di sofa ruang tamu.Belum sempat ia mendudukkan bokongnya di sofa, bel apartemennya kembali berbunyi bahkan kini lebih terdengar seperti orang yang tidak sabaran hingga berkali-kali membunyikan bel, dan tentu saja itu membuat Cheryl merasa risih.“Ish benar-benar ngeselin banget sih.” gerutu Cheryl yang merasa terganggu dengan bunyi bel yang tiada hentinya itu.Mau tidak mau akhirnya Cheryl beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke pintu utama apartemennya. Cheryl memegangi dadanya yang berdebar semakin kencang
“Orang gila,” gerutu Cheryl yang kini wajahnya bersemu merah dengan jantung berdetak kencang. ‘Lama-lama aku bisa kena serangan jantung kalau begini caranya.’ batin Cheryl. Dengan cepat Cheryl menarik diri dari Abercio dan ia segera beranjak dari duduknya, sepertinya akan lebih baik jika ia menjauh dari lelaki itu. Benar-benar berbahaya bagi kesehatan jantungnya yang memang sejak awal sudah tidak dapat bekerja dengan benar kalau bertemu dengan Abercio. “Kenapa?” Abercio bingung melihat Cheryl yang beranjak dari duduknya. “Aku mau bereskan ini dulu, kalau kamu tidak ada urusan lagi silahkan pulang.” ucap Cheryl cepat-cepat mengambil cangkir yang ada di meja ruang tamu untuk ia cuci. “Hey, bahkan kopinya saja belum habis kamu sudah membereskannya?” ucap Abercio yang kini sudah posisi duduk di sofa. “Ini sudah larut malam, pulanglah istirahat.” ucap Cheryl yang berjalan menuju dapur. “Ck, sepertinya hobby baru kamu sekarang selalu mengusirku ya.” Abercio berdecak kesal karena selal