“Ya ampun Ta, kamu nggak kenal sama pria tampan dan gagah tadi?” tanya Nina tidak percaya.
“Nggak, lagian siapa dia? presiden juga bukan,” jawab Jelita sambil melihat data pasiennya.“Ck, gini nih kalau tau nya cuma kerja kerja terus,” ucap Nina dan kini menarik kursinya agar duduknya bisa semakin dekat dengan Jelita.“Nih aku kasih tau ya sama kamu Ta, pria tampan tadi itu tuan Bagaskara Bumi Atmaja, dia itu pengusaha sukses di kota ini, bukan hanya di kota ini, tapi kota-kota besar lainnya, dan juga sampai ke luar negeri,” Nina memberitahu.“Terus aku harus bilang waw gitu karena dia pengusaha kaya raya, aku nggak peduli kali Nin,” ucap Jelita.“Ck, bukan itu aja Ta, tuan Bumi itu juga ketua Mafia yang terkenal sangat kejam, bahkan nggak akan segan-segan membuat lawan-lawannya masuk ke lobang kubur,” kembali Nina memberitahu.Jelita sempat melihat Nina sebentar, namun kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya, “Aku nggak peduli,” ucap Jelita.“Jangan takabur kalau bicara Ta, tuan Bumi itu bukan orang sembarangan, makanya saat kamu tadi ngelawan tuan Bumi, aku udah takut terjadi sesuatu sama kamu,” sahut Nina.“Ngapain takut sama dia Nina, dia sama-sama manusia,” Ucap Jelita yang kini langsung membereskan data-data pasiennya, karena sudah waktunya Jelita pulang ke rumahnya dan ingin mengistirahatkan tubuhnya yang memang terasa lelah setelah bertempur di meja operasi.“Mau bareng nggak?” tawa Jelita pada Nina.“Boleh deh, sekalian aku kayaknya nginap di kontrakan kamu ya, malas pulang aku,” ucap Nina yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Jelita.Bulan sudah berganti dengan matahari pagi, waktu memang begitu sangat cepat berlalu, pagi ini Jelita sedang bersantai di kontrakan yang sudah hampir tiga tahun di tempatinya, sambil menikmati teh hangat, Jelita memandang tanaman bunga miliknya.“Hari ini kamu mau ada rencana kemana Ta?” tanya Nina yang baru saja datang sambil membawa jagung susu keju yang baru saja dibuatnya.“Nggak tau, kalau suntuk di rumah, palingan ke mall, mau ke toko buku, ada yang mau aku cari,” jawab Jelita sambil menarik jagung susu keju buatan Nina.“Aku kayaknya pulang aja deh, pengen rebahan satu harian soalnya, tapi kamu antar ya, sekalian ke mall,” ucap Nina yang dijawab anggukan kepala saja oleh Jelita, karena saat ini mulutnya penuh.Siang hari, mobil Jelita sudah membelah jalanan menuju rumah Nina, keduanya sama-sama diam, sampai Nina membuka suara lebih dulu.“Ta, kamu nggak pengen beli rumah? gaji kamu gede loh, masa iya kamu ngontrak terus, ya walaupun rumah kontrakan kamu terbilang nyaman,” tanya Nina.“Nanti-nanti aja lah, lagian kredit mobil ku belum lunas juga, kamu kan tau kalau aku itu jadi tulang punggung keluarga, ibu sama bapak di kampung juga sekarang sering sakit-sakitan, adik ku juga saat ini sedang banyak-banyaknya butuh biaya, sebentar lagi dia mau tamat SMA kan, dan Rangga mau coba masuk militer Nin,” jawab Jelita.“Benar-benar anak yang baik, makanya rezeki kamu ngalir terus, kamu perhatian sekali dengan keluargamu,” “Lagian yah…kalau aku pikir-pikir, ngapain juga aku sibuk-sibuk beli rumah, nanti kalau nikah pasti tinggal sama suami kan, walau pun bisa dikatakan investasi, tapi aku mikirnya sayang aja, karena pasti nanti aku tinggal sama suami juga kan, terus rumahnya dikontrakkan, sayang banget,” ucap Jelita.“Benar juga,” sahut Nina.“Loh kok berhenti?” tanya Nina saat Jelita menghentikan mobilnya.“Aku pengen beli es dawet, seger banget kayaknya diminum siang-siang begini,” Jelita memberitahu.“Ck, udah jadi dokter bedah terkenal, masih aja suka jajan pinggir jalan kamu Ta,” ucap Nina saat melihat Jelita yang sudah keluar dari mobil dan menyebrang jalan untuk membeli es dawet.Kini es dawet dua cup sudah berada di tangan Jelita, yang satu untuk dirinya, dan yang satu lagi untuk Nina, namun saat mau menyebrang, mata Jelita melihat ibu-ibu yang hendak menyebrang tidak jauh dari dirinya berdiri, namun mata Jelita juga melihat mobil mewah yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kejauhan.“Ibu awaaas bu,” teriak Jelita kemudian langsung berlari menarik tubuh ibu kembali ke pinggir jalan.BrruuuuuukCiiiiiiiiit“Awwwww,” terdengar suara Jelita dan ibu yang ditolongnya. Dengan cepat Jelita membantu ibu-ibu tersebut untuk segera duduk.“Ibu nggak apa-apa?” tanya Jelita begitu keduanya sudah duduk bersama di pinggir jalan.“Tidak nak, alhamdulillah ibu baik-baik saja, terima kasih ya sudah menolong ibu, kalau tidak mungkin ibu sudah tertabrak sama mobil itu,” “Lain kali hati-hati ya bu, kalau mau nyebrang lihat kanan dan kiri dulu,” ucap Jelita dan dijawab dengan anggukan kepala oleh ibu yang ditolong Jelita.“Mari saya bantu nyebrang bu,” ajak Jelita dan membantu ibu-ibu yang tidak terlalu tua itu untuk menyebrang Jalan.Baru saja Jelita akan melangkah, seorang pemilik mobil langsung turun dari mobil dan menghampiri Jelita dan ibu yang ditolong Jelita.“Dia bukannya dokter yang semalam?” batin Dirga.“Maaf…anda dan ibunya tidak kenapa-napa kan?” tanya Dirga yang membuat Jelita langsung menghentikan langkahnya dan menatap Dirga.“Anda yang punya mobil itu?” tanya Jelita yang sama sekali tidak mengingat wajah Dirga.“Bu–,”“Lain kali kalau nyetir itu hati-hati dong pak, hampir saja ibu ini tertabrak mobil anda,” “Tapi tadi jalanan kosong, jadi wajarkan kalau saya–.”“Ya tetap saja harus hati-hati, punya mata it–,”“Kenapa lama sekali mengurus masalah sepele saja Ga, kita sudah tidak banyak waktu,” ucap Bumi yang ikutan turun dari mobil karena Dirga begitu lama berada diluar.“Ohh…jadi kamu bosnya, bagus deh kalau kamu ikut turun, Nih ya…bilang sam supir kamu, kalau bawa mobil itu hati-hati, jangan ngebut, banyak orang nyebrang jalan, syukurnya ibu ini tidak kenapa-napa,” ucap Jelita menatap Bumi.Bumi sendiri hanya diam, matanya terus menatap wajah cantik Jelita yang mengomeli dirinya.“Dirga, kasih saja dispensasi untuk mereka,kita harus segera berangkat,” ucap Bumi yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Dirga.“Maaf nona, tapi saya rasa saya juga tidak salah, karena saat saya melaju, tidak ada orang sama sekali, ibu ini saja yang tiba-tiba nongol, tapi walaupun begitu, saya dan bos saya tetap akan bertanggung jawab, ini uang buat nona dan ibu nona berobat,” ucap Dirga sambil memberikan uang beberapa lembar pada Jelita.Merasa dirinya terhina, Jelita pun langsung mengambil uang yang diberikan Dirga, Bumi yang melihat langsung tersenyum sinis, “ternyata semua wanita sama saja, tidak jauh-jauh dari yang namanya uang,” batin Bumi yang kini memilih untuk masuk ke dalam mobilnya, tapi suara Jelita membuatnya urung.“Tunggu,” Bumi pun kembali membalikkan tubuhnya menatap Jelita yang kini sudah melangkah mendekati dirinya.Dengan cepat Jelita melemparkan kembali uang yang tadi diberikan Dirga padanya.“Saya nggak butuh uang anda, dan saya nggak kekurangan uang, nggak semua yang ada didunia ini bisa anda bayar dengan uang, dasar sombong,” setelah mengatakan itu, Jelita langsung pergi dari hadapan Bumi, tak lupa Jelita kembali membantu ibu yang ditolongnya tadi untuk menyebrang jalan.Bumi yang diperlakukan seperti itu pada Jelita jelas menahan emosi, tangannya sudah terkepal kuat.“Tuan–,”“Segera cari tau wanita itu Dirga, dia sudah buat aku emosi dua kali,” ucap Bumi kemudian langsung masuk ke dalam mobil dengan wajah penuh emosi.Dirga sendiri hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar, “Anda salah mencari lawan nona, sepertinya hidup anda setelah ini tidak baik-baik saja,” ucap Dirga yang langsung menyusul Bumi masuk ke dalam mobil.Satu Minggu sudah berlalu, Jelita begitu sibuk di rumah sakit, seperti hari ini, Jelita baru saja keluar dari ruang operasi, bahkan sedari pagi Jelita belum juga makan, dengan langkah lunglai, Jelita melangkah menuju ruangannya, baru saja ingin kakinya melangkah, Jelita justru di kaget kan oleh Rizal, dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama oleh Jelita."Lesu banget kamu?""Ehk," terkejut Jelita dan langsung menolehkan kepalanya."Ck, kamu rupanya, ngagetin aja," ucap Jelita yang kini sudah kembali melanjutkan langkahnya."Aku bukan ngagetin, tapi emang kamu nya aja yang jalan ngelamun," sahut Rizal."Banyak pasien yang operasi hari ini?" Tanya Rizal."Hmmm...dari kemarin malah," jawab Jelita."Kasihan, tapi ini udah kelar kan?" "Udah,""Yauda yuk aku traktir makan, pasti kamu belum makan, udah sore banget ini, jangan sampai dokter Jelita sakit, nanti pasiennya kecarian," ajak Rizal."Boleh deh, aku juga emang udah lapar banget, gemetaran malah ini," setuju jelita."Nggak perlu
“Tuan Bumi,” ucap Rizal dengan wajah terkejut, di tatapnya Jelita yang berdiri tepat di sampingnya.“Ya ampun Ta, kenapa kamu harus bertemu dan berurusan dengan pria ini, aku yakin kedepannya pasti hidupmu nggak akan aman,” batin Rizal.“Tapi aku nggak bisa diam aja, aku harus cari cara agar Jelita bisa lepas dari tuan Bumi,” batin Rizal lagi.“Ehmmmm…tu-tuan, saya minta maaf atas kejadian barusan, Jelita teman saja tidak sengaja, dia hanya ingin menolong anak kecil yang ada disana,” ucap Rizal dengan wajah memohon.Bumi langsung menatap Jelita, kemudian kembali menatap Rizal, “Saya tidak mau tau, intinya dia harus bertanggung jawab,”“Baik, saya akan bertanggung jawab untuk mengobati luka-luka kamu, jadi kamu nggak usah khawatir, tapi izinkan saya untuk mengobati luka anak kecil itu dulu, dia sepertinya luka, dan sekarang masih ketakutan,” ucap Jelita yang sukses membuat Rizal terkejut.“Jelita, kenapa kamu mau, kamu nggak tau siapa pria yang ada di hadapan kamu apa gima Ta,” batin R
Kesadaran Jelita pun langsung tersadar, dengan sekuat tenaganya, Jelita langsung mendorong tubuh Bumi, dan tangannya pun langsung memberikan hadiah di pipi mulus Bumi.PlaaaaakDirga dan Amar sang supir pribadi Bumi jelas terkejut mendengar suara tamparan di kursi tuannya, Dirga langsung menoleh ke belakang, sementara Amar melihat dari spion tengah mobil, karena Amar harus fokus dengan jalananan.“Kau,” ucap Bumi sambil memegang pipinya yang jelas terasa panas akibat tamparan dari Jelita.“Kenapa? nggak terima?”Mata Bumi langsung menatap Jelita dengan tajam mendengar perkataaan Jelita, begitu juga dengan Dirga, yang hanya bisa diam namun menatap Jelita dengan tatapan iba, karena sudah dipastikan kedepannya Jelita tidak akan baik-baik saja.“Kamu pikir aku ini wanita apa hahk? dengan kurang ajarnya kamu mencium saya, dan asal kamu tau, ini adalah ciuman pertama saya, dan kamu sudah mengambilnya tanpa hormat,” ucap Jelita yang sukses membuat Bumi terkejut, entah kenapa ada rasa senang
Mata Jelita terbuka dengan perlahan, rasa pusing terasa di kepalanya, setelah matanya terbuka dengan sempurna, Jelita melihat sekeliling ruangan, matanya langsung membulat saat dirinya saat ini bukan berada di kamarnya, cepat-cepat Jelita langsung bangun dari tidurnya.“Aku dimana?” tanya Jelita sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.CeklekPintu kamar yang ditiduri Jelita terbuka, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan di tangannya.“Nona, silahkan sarapan dulu, tuan tadi berpesan kalau nona wajib sarapan pagi,” ucap wanita paruh bayah yang masih belum diketahui namanya oleh Jelita.Sementara Jelita yang mendengar kata tuan langsung teringat dengan Bumi, bahkan Jelita juga teringat dengan apa yang sempat terjadi tadi malam.Jelita langsung menghembuskan napasnya dengan kasar, “Letak di atas nakas aja bu, nanti saya makan,” “Bi Lastri non, panggil saya bi Lastri,” pelayan kepercayaan Bumi mengenalkan dirinya pada Jelita.“Ahka iya, salam kenal ya
“Bagaimana? sudah dapat kabar siapa wanita itu?” tanya Aaron, pria yang sama tampannya seperti Bumi, namun Aaron memilih jalan yang salah dengan bekerja menjadi bandar Narkoba dan menjual pistol secara ilegal, bahkan Aaron juga tidak segan-segan menjual organ manusia hanya untuk membuat dirinya semakin kaya agar bisa menyamai kekayaan Bumi.“Info yang saya dapat, wanita itu hanya seorang dokter tuan, tidak ada hubungan apa-apa dengan musuh kita,” jelas Banu, asisten Aaron.“Ck, kamu kira mataku buta hahk, Bumi itu terang-terangan menolong wanita itu, mana mungkin Bumi tidak ada hubungannya dengan wanita itu, dia hampir tadi hampir saja kehilangan nyawanya hanya demi menyelamatkan wanita berhijab itu,” bentak Aaron yang langsung membuat Banu menundukkan kepalanya.“Aku tidak mau tau Banu, secepatnya bawa wanita itu ke hadapanku, aku yakin Bumi pasti akan datang untuk menolongnya, dan untuk itu aku akan memanfaatkan wanita itu agar Bumi mau menyerahkan asetnya, dan aku juga bisa membala
Jelita langsung mendekati Dirga yang berdiri tidak jauh pintu kamar Bumi."Coba kamu ulangi perkataan kamu barusan," ucap Jelita menatap Dirga."Emm...i-tu nona, saya hanya men-,""Ahk lama," ucap Jelita dan kembali masuk ke dalam kamar Bumi, kakinya melangkah menuju kamar mandi, saat tangannya terangkat bersiap untuk menggedor pintu kamar mandi, justru pintu kamar mandi yang terbuka lebih dahulu dan menampakkan dada bidang Bumi.Mata Jelita seketika langsung membulat, sedangkan Bumi justru menatap Jelita dengan santai."Kau sudah merindukanku? Sampai-sampai kau tidak sabar menungguku selesai mandi?" tanya Bumi dengan wajah santainya.GlekJelita menelan Salivanya dengan kelat melihat tetesan air yang jatuh membasahi bahu kekar Bumi.Dengan pelan Jelita memundurkan langkahnya, namun Bumi justru malah maju mendekati Jelita."Ak-aku mau bicara sama kamu, tapi sebaiknya kamu selesaikan dulu pakai baju," ucap Jelita dan langsung balik badan memilih untuk keluar dari kamar Bumi, namun tan
"Kamu mau apa?" tanya Jelita menahan tangan Bumi.Belum sempat Bumi menjawab, suara letusan dari ban mobilnya terdengar akibat tembakan dari anak buah Aaron.Duaaaaar“Aaaaaaaaaa,” teriak Jelita sambil memeluk lengan Bumi dengan begitu kuat.CiiiiiiiiiiiiiiiitBraaaaakSupir handal Bumi berhasil mengendalikan mobil tuannya agar tidak terbalik, namun mobil Bumi terpaksa menghantam pohon besar.“Sial,” ucap Bumi.Dilihatnya Jelita yang sudah ketakutan dengan tubuh bergetar hebat, kepalanya melihat ke belakang, mobil anak buah Aaron sudah semakin dekat.“Ayo, kita keluar,” Bumi langsung menarik tangan Jelita.“Hahk..mau kemana?” tanya Jelita begitu terlihat begitu takut.“Jangan banyak bertanya, ayo cepat,” ucap Bumi.“Hadang mereka,” ucap Bumi lagi pada Dirga dan Amar.“Baik tuan,” sahut Dirga yang juga sudah keluar dari mobil, sementara AMar menghubungi anak buah Bumi untuk segera datang ke lokasi dan membantu mereka.“Kita mau kemana?” tanya Jelita saat Bumi menarik tangannya masuk ke
“Tetaplah di belakangku, dan tutup matamu,” ucap Bumi yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jelita.“Serahkan wanita itu,” ucap Banu.“Siapa kau berani memerintahku?” tanya Bumi menatap Banu dengan tatapan tajamnya.Banu tidak menjawab, kepalanya menoleh ke arah anak buahnya, seperti tau apa yang dimaksud bos nya, anak buah Banu langsung menekan sesuatu yang ada di kantong celananya.“Aku hanya mau membawa wanita itu tuan Bumi, bukan mencari masalah denganmu,” ucap Banu lagi.“Langkahi dulu mayatku, baru kau bisa membawa dia,” ucap Bumi menantang Banu.“Dasar keras kepala,” ucap Banu kemudian langsung mengangkat tangannya dan melayangkan satu peluru ke arah BumiDooor“Aaahkkkkk,”teriak Jelita ketakutan dan memeluk Bumi, Bumi sendiri sudah menghindar dengan satu tangannya membawa Jelita kedalam pelukannya.Bumi pun langsung membalas tembakan pada Banu dan anak buahnya, sekali tembakan anak buah Banu langsung terkapar tak sadarkan diri, sedangkan Banu sudah bersembunyi di balik po