"Bau sekali!"Dua kata yang tertangkap oleh indera pendengaran Amber itu seketika membuatnya langsung memahami kata-kata yang pernah dia dengar di Internet, 'tersenyum di luar dan memandang rendah di dalam.'Meskipun Amber tahu kalau Ian tidak dapat dipahami melalui cara normal dan pria ini tidak dapat diminta untuk bersikap seperti orang biasa, tetapi setelah dia mencuci rambutnya dan mandi tiga kali, hampir menggosok seluruh lapisan kulit tubuhnya, tetapi masih mendengar sebuah evaluasi seperti itu dari mulut seseorang, itu benar-benar membuatnya ... menggertakkan gigi!Saat ini Amber berusaha untuk menahan temperamennya, hanya bisa dengan canggung meminta maaf lagi. "Maaf membuatmu jijik dengan bauku."Sekali lagi Ian merespon dengan mendengkus.Respon Ian itu benar-benar membuat Amber ingin memukulnya, tapi dia urungkan. Dia menarik napas dalam-dalam, dengan tegas memut
Setelah makan malam, mereka kembali ke alun-alun yang baru direnovasi. Rupanya, malam itu sangat ramai. Para orang tua membawa anaknya ke sini untuk bersenang-senang. Ada yang menari, ada yang bermain bola, bahkan ada yang hanya sekedar duduk-duduk dan berbincang santai.Amber tidak tahu apakah harus menyebut keberuntungannya baik atau buruk karena meskipun alun-alun itu tidak terlalu besar atau kecil, dia masih berhasil bertemu dengan seseorang yang dia kenal—guru matematika sekolah menengah Elly—dan guru matematika itu bahkan mengenalinya lebih dulu.Guru matematika itu berlari untuk menyambutnya. "Ah, Pengacara Camille? Anda masih di sini?"Amber ragu-ragu sejenak sebelum pulih dengan senyuman, lalu menunjuk ke arah Ian yang berada di sisinya. "Ya, aku melihat lingkungan di sini cukup bagus jadi aku berencana tinggal di daerah ini dengan kekasihku."Saat ini Ian memandang mereka dengan dingin, tanpa niat untuk ikut bermain. Amber mulai berkeringat.Untungnya, guru matematika itu ta
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk memperlakukanmu sebagai kekasihku."Amber berkedip sejenak, sebelum akhirnya mulai mengerti kalau itu adalah tanggapan Ian terhadap lelucon yang dia ucapkan sebelumnya. "Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memaksakan dirimu ....""Tidak masalah." Ian cukup bangga dengan jawabannya.Amber terdiam. Berkomunikasi dengan Ian ternyata benar-benar sulit.Awalnya Amber telah merencanakan untuk melancarkan segalanya untuk memahaminya lebih baik, tetapi teralihkan oleh telepon dari Ruby.Setelah panggilan berakhir, Amber melihat ada masalah. "Kenapa kita belum sampai?"Amber mengedarkan pandangannya ke luar, sekelilingnya gelap gulita dan lampu kota terlihat sangat jauh. "Kita mau kemana? Bukankah kita akan kembali ke hotel?"Ian menjawab, "Tidak.""Kenapa? Aku masih memilik
Hari sudah sangat larut ketika Elly akhirnya tertidur.Amber memberi tahu perawat untuk memberinya obat kemudian dia memakai sepatunya lagi dan akhirnya keluar dari ruangan.Sepanjang seluruh proses, Ian hanya berdiri di ambang pintu tanpa bergerak atau berbicara. Saat Amber pergi, dia juga pergi.Setelah pintu ruangan ditutup, Amber bertanya, "Apakah kamu lelah?"Ian tidak menjawab.Perawat yang bertugas mengintip keluar, lalu menyapa Amber. Dia menatap penasaran pada pria di sisinya.Amber berbalik, tersenyum. "Pasien sudah tenang sekarang. Tidak banyak yang harus dilakukan untuk sisa malam ini. Aku akan tiba di sini besok pagi dan menyusun rencana perawatan baru untuk dia."Perawat itu membuat simbol OK dengan tangannya, lalu menunjuk ke arah Ian dan berkata, "Pacar?"Amber menggelengkan kepalanya dengan cepa
"Departemen psikiatri? Kamu ... Amber Camille?""Ya," jawab Amber yang sebenarnya tidak berharap untuk benar-benar dikenali. Kemudian Amber pun membalas tersenyum dengan hormat. "Selamat pagi, dokter."Tanpa disangka dokter itu akhirnya malah berkata, "Kamu adalah dokter yang seluruh slot janji temunya telah dipesan, bukan?" Dokter wanita itu melihat Amber dari atas hingga ke bawah. "Karena seseorang ingin memanjakanmu, mengapa kamu masih di sini menjadi dokter?" Setelah mengatakan itu, dia pergi dengan cepat, meninggalkan Amber berdiri sendirian, tertegun tak bisa berkata-kata.Pada saat ini, beberapa dokter dan perawat keluar. Amber dengan cepat berbalik dan mengikuti dokter wanita itu keluar ruangan. Setelah keluar, mau tidak mau dia berbalik dan melihat tanda departemen dengan jelas—ternyata dia telah mengembara hingga ke kantor ginekologi.Amber agak putus asa dan tidak bergegas kembali ke kantornya. Dia mengangkat telepon rekan kerjanya untuk mengecek sesuatu. "Apakah aku masih
Video yang diperlihatkan oleh Stanley itu sangat singkat, berdurasi kurang dari dua puluh detik saja panjangnya, tapi isinya adalah pemandangan yang mengerikan. Meskipun sebelumnya Amber bersiap untuk adegan yang brutal. Namun, dia masih terperangah dan kemarahan yang besar menguasai dirinya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa anak-anak bisa sekejam itu. "Ini ilegal!" sentak Amber seraya memandang Stanley, berdiri dan meletakkan tumpukan dokumennya di atas meja. "Sebagai seorang guru dan sudah mengetahui kebenaran, bagaimana mungkin kamu tidak memanggil polisi, tetapi malah berusaha menutupinya?" Kepala Stanley terkulai sedikit. "A-Aku juga tidak punya pilihan. Sebagai staf guru matematika biasa, aku hanya bisa menuruti apa yang atasanku perintahkan. Seperti yang kamu lihat, anak-anak yang ikut dalam kekerasan tidak hanya satu atau dua anak. Itu adalah kerumunan mereka. Dua dari keluarga anak-anak itu memiliki hubungan yang dalam, sehingga seluruh kerumunan pada dasarnya dapat mel
Setelah Ian melepaskan gigitannya, Amber secara reflek mencengkeram satu sisi wajahnya. Paling tidak, tidak ada air liur atau semacamnya di pipinya dan ciuman itu juga tidak menyakitkan. Namun, perilaku semacam ini adalah ....Wajah Ian masih terlihat tanpa emosi dan sepertinya dia tidak mencoba memanfaatkan Amber jadi Amber tidak ingin membuat masalah menjadi terlalu rumit. Yang dia lakukan hanyalah dengan bercanda mengatakan, "Sepertinya kamu benar-benar tidak menyukai setengah lesung pipitku, sehingga kamu bahkan ingin menggigitnya. Haruskah lain kali aku memakai topeng?"Ian yang masih dalam posisi setengah berjongkok, menatap Amber dengan tatapan kosong.'Apakah dia tidak menyukainya? Sebenarnya tidak. Mungkin dia sudah terbiasa sekarang, tapi setengah lesung pipitnya tidak lagi tampak begitu tidak menyenangkan di mata pria ini.'"Tidak perlu untuk itu," ucap Ian.Amber meng
Amber mengerutkan kening. "Apakah kamu sudah melihat putrimu?" tanyanya.Ayah Elly mengangguk, tetapi kemudian segera mulai menggelengkan kepalanya.Melihat sikap ayah Elly tersebut, Amber segera memanggil seorang perawat untuk membawanya ke bangsal Elly. Sementara dia sendiri kembali ke kantornya, baik untuk mengganti jas putihnya maupun untuk mengamati rekaman cctv bangsal.Di dalam bangsal, Elly tampak sudah tertidur. Posturnya yang rapi, tapi tidak biasa jelas memicu kesedihan dalam diri ayahnya. Hal itu terlihat saat sang ayah langsung berbalik setelah dia melihat putrinya.Di layar kamera pengawas, ayah Elly terlihat seperti sosok yang menyesal. Penyesalan, kesedihan, menyalahkan diri sendiri dan kekesalan semua bisa terlihat di raut wajahnya.Hati Amber terjatuh saat dia melihatnya. Sedangkan Ian yang telah berdiri di sisi Amber sejak dia masuk, pada saat ini dia men