"Aku akan melakukan yang terbaik untuk memperlakukanmu sebagai kekasihku."
Amber berkedip sejenak, sebelum akhirnya mulai mengerti kalau itu adalah tanggapan Ian terhadap lelucon yang dia ucapkan sebelumnya. "Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memaksakan dirimu ...."
"Tidak masalah." Ian cukup bangga dengan jawabannya.
Amber terdiam. Berkomunikasi dengan Ian ternyata benar-benar sulit.
Awalnya Amber telah merencanakan untuk melancarkan segalanya untuk memahaminya lebih baik, tetapi teralihkan oleh telepon dari Ruby.
Setelah panggilan berakhir, Amber melihat ada masalah. "Kenapa kita belum sampai?"
Amber mengedarkan pandangannya ke luar, sekelilingnya gelap gulita dan lampu kota terlihat sangat jauh. "Kita mau kemana? Bukankah kita akan kembali ke hotel?"
Ian menjawab, "Tidak."
"Kenapa? Aku masih memilik
Hari sudah sangat larut ketika Elly akhirnya tertidur.Amber memberi tahu perawat untuk memberinya obat kemudian dia memakai sepatunya lagi dan akhirnya keluar dari ruangan.Sepanjang seluruh proses, Ian hanya berdiri di ambang pintu tanpa bergerak atau berbicara. Saat Amber pergi, dia juga pergi.Setelah pintu ruangan ditutup, Amber bertanya, "Apakah kamu lelah?"Ian tidak menjawab.Perawat yang bertugas mengintip keluar, lalu menyapa Amber. Dia menatap penasaran pada pria di sisinya.Amber berbalik, tersenyum. "Pasien sudah tenang sekarang. Tidak banyak yang harus dilakukan untuk sisa malam ini. Aku akan tiba di sini besok pagi dan menyusun rencana perawatan baru untuk dia."Perawat itu membuat simbol OK dengan tangannya, lalu menunjuk ke arah Ian dan berkata, "Pacar?"Amber menggelengkan kepalanya dengan cepa
"Departemen psikiatri? Kamu ... Amber Camille?""Ya," jawab Amber yang sebenarnya tidak berharap untuk benar-benar dikenali. Kemudian Amber pun membalas tersenyum dengan hormat. "Selamat pagi, dokter."Tanpa disangka dokter itu akhirnya malah berkata, "Kamu adalah dokter yang seluruh slot janji temunya telah dipesan, bukan?" Dokter wanita itu melihat Amber dari atas hingga ke bawah. "Karena seseorang ingin memanjakanmu, mengapa kamu masih di sini menjadi dokter?" Setelah mengatakan itu, dia pergi dengan cepat, meninggalkan Amber berdiri sendirian, tertegun tak bisa berkata-kata.Pada saat ini, beberapa dokter dan perawat keluar. Amber dengan cepat berbalik dan mengikuti dokter wanita itu keluar ruangan. Setelah keluar, mau tidak mau dia berbalik dan melihat tanda departemen dengan jelas—ternyata dia telah mengembara hingga ke kantor ginekologi.Amber agak putus asa dan tidak bergegas kembali ke kantornya. Dia mengangkat telepon rekan kerjanya untuk mengecek sesuatu. "Apakah aku masih
Video yang diperlihatkan oleh Stanley itu sangat singkat, berdurasi kurang dari dua puluh detik saja panjangnya, tapi isinya adalah pemandangan yang mengerikan. Meskipun sebelumnya Amber bersiap untuk adegan yang brutal. Namun, dia masih terperangah dan kemarahan yang besar menguasai dirinya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa anak-anak bisa sekejam itu. "Ini ilegal!" sentak Amber seraya memandang Stanley, berdiri dan meletakkan tumpukan dokumennya di atas meja. "Sebagai seorang guru dan sudah mengetahui kebenaran, bagaimana mungkin kamu tidak memanggil polisi, tetapi malah berusaha menutupinya?" Kepala Stanley terkulai sedikit. "A-Aku juga tidak punya pilihan. Sebagai staf guru matematika biasa, aku hanya bisa menuruti apa yang atasanku perintahkan. Seperti yang kamu lihat, anak-anak yang ikut dalam kekerasan tidak hanya satu atau dua anak. Itu adalah kerumunan mereka. Dua dari keluarga anak-anak itu memiliki hubungan yang dalam, sehingga seluruh kerumunan pada dasarnya dapat mel
Setelah Ian melepaskan gigitannya, Amber secara reflek mencengkeram satu sisi wajahnya. Paling tidak, tidak ada air liur atau semacamnya di pipinya dan ciuman itu juga tidak menyakitkan. Namun, perilaku semacam ini adalah ....Wajah Ian masih terlihat tanpa emosi dan sepertinya dia tidak mencoba memanfaatkan Amber jadi Amber tidak ingin membuat masalah menjadi terlalu rumit. Yang dia lakukan hanyalah dengan bercanda mengatakan, "Sepertinya kamu benar-benar tidak menyukai setengah lesung pipitku, sehingga kamu bahkan ingin menggigitnya. Haruskah lain kali aku memakai topeng?"Ian yang masih dalam posisi setengah berjongkok, menatap Amber dengan tatapan kosong.'Apakah dia tidak menyukainya? Sebenarnya tidak. Mungkin dia sudah terbiasa sekarang, tapi setengah lesung pipitnya tidak lagi tampak begitu tidak menyenangkan di mata pria ini.'"Tidak perlu untuk itu," ucap Ian.Amber meng
Amber mengerutkan kening. "Apakah kamu sudah melihat putrimu?" tanyanya.Ayah Elly mengangguk, tetapi kemudian segera mulai menggelengkan kepalanya.Melihat sikap ayah Elly tersebut, Amber segera memanggil seorang perawat untuk membawanya ke bangsal Elly. Sementara dia sendiri kembali ke kantornya, baik untuk mengganti jas putihnya maupun untuk mengamati rekaman cctv bangsal.Di dalam bangsal, Elly tampak sudah tertidur. Posturnya yang rapi, tapi tidak biasa jelas memicu kesedihan dalam diri ayahnya. Hal itu terlihat saat sang ayah langsung berbalik setelah dia melihat putrinya.Di layar kamera pengawas, ayah Elly terlihat seperti sosok yang menyesal. Penyesalan, kesedihan, menyalahkan diri sendiri dan kekesalan semua bisa terlihat di raut wajahnya.Hati Amber terjatuh saat dia melihatnya. Sedangkan Ian yang telah berdiri di sisi Amber sejak dia masuk, pada saat ini dia men
"Calvin ...," gumam Amber.Dan Calvin pun balas tersenyum kepadanya.Empat mata bertemu saling memandang."Hei, hei kita masih ada di sini." Melihat keduanya mulai berkomunikasi dengan mata mereka, Trysta mencoba menarik perhatian mereka.Mendengar suara Trysta, Amber menarik pandangannya dan beralih menatapnya. "Siapa kamu? Aku tidak mengenalimu. Apakah dengan adanya keberadaan kamu di sini membuat perbedaan?""Hahaha ...."Setelah semua orang menertawakan lelucon ringan itu, Amber membawa mereka semua kembali ke ruangannya. Dalam perjalanan menuju ruangan, Amber bertanya, "Bagaimana caranya kalian semua bisa menemukan waktu untuk datang ke sini?"Trysta menjawab, "Oh dokterku yang cantik, sesibuk apapun dirimu, jika kamu tidak punya waktu untuk bertemu kami, maka kami hanya bisa datang dan mengganggumu. Aku juga membawakan beberapa hadi
"Hentikan, ah ... aku masih bekerja." Amber yang sangat takut digelitik dengan cepat menjadi mangsa keisengan Trysta. Serangan itu begitu dahsyat sehingga Amber bahkan tidak bisa mengeluarkan suara apa pun. Yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba mengelak dan menggigit bibirnya sambil sesekali memohon.Sedangkan Trysta yang tidak menyerah, terus menggelitik Amber cukup lama setelah itu dan hanya berhenti ketika terdengar suara ponsel Calvin yang berdering.Ketika Calvin menerima telepon, Trysta masih belum melepaskan Amber. Dengan postur tubuh yang saling berpelukan seperti koala, mereka mendengarkan panggilan Calvin.Setelah selesai menerima panggilan, Calvin berbalik untuk melihat mereka. "Ibuku bilang pemeriksaannya sudah selesai jadi aku harus turun dan menjemputnya." Saat Calvin mengatakan ini, dia melirik ke arah Amber lagi, tetapi menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun.Semua orang menatapnya, tapi Calvin hanya mengucapkan satu kata terakhir. "
Ruangan Elly masih gelap, satu-satunya sumber cahaya adalah sinar bulan yang menyelinap masuk dari jendela yang tirainya setengah tertutup.Tampak Elly sedang duduk di kaki tempat tidur dengan memegang pena di tangannya saat dia menggambar sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Amber.Setelah memikirkannya sejenak, Amber memutuskan pergi ke kantornya untuk mengambil buku sketsa lainnya dan satu set krayon kemudian kembali menuju ke ruangan Elly.Begitu dia berada dalam jarak lima langkah dari tempat tidur, Elly berhenti menggambar dan seluruh tubuhnya menjadi tegang seperti terakhir kali, meskipun dia tidak melihat ke arah Amber.Amber tidak mendekat. Dia langsung duduk di lantai dan mulai membuat sketsa dengan serius di buku sketsa.Kali ini, dia mewarnai gambarnya. Gambar itu sekali lagi berupa kelinci kecil yang agak cacat, tapi Amber berusaha semaksimal mungkin meng