Rasanya Donald seperti tersengat listrik. Dia memejamkan mata, mengingat-ingat percakapan antara dirinya dan Jack tadi di ruang makan super mewah di StarIn Shine Hotel. Dalam ingatan Donald, Jack berbicara tentang penyesalan, perdamaian, dan kejutan. Pemuda itu tidak mengatakan secara gamblang kesalahan apa yang membuatnya menyesal. Jack juga tidak menjelaskan bahwa dia ingin berteman dengan Donald, menjalin hubungan kerjasama yang baik dengannya atau semacamnya. Lalu untuk ganti rugi yang diminta Donald, Jack juga tidak mengatakan akan menyanggupi permintaan itu. Jack malah berbicara soal kejutan.‘Apa yang dia maksud sebagai kejutan dengan nilai yang melampaui apa yang kuminta itu adalah ...’Donald tersentak. Dugaan yang melintas di kepalanya, membuat dia menghentikan kata hatinya. Itu terlalu ekstrem!Dengan jelas Jack mengatakan padanya bahwa kejutan itu akan diterima ketika dia telah sampai di markasnya. Jack bahkan memberikan kartu nama dan meminta supaya dia menghubungi pew
Donald merasa tidak asing dengan suara itu. Darahnya menjadi berdesir cepat hingga membuat seluruh tubuhnya terasa panas.“Bertemu lagi, Tuan Pasmod.” Semua orang melihat seorang pria yang menghampiri mereka. Mereka mengamatinya dari ujung kaki ke atas. Sepatu, pakaian, jam, dan semua yang dikenakannya sama persis dengan yang dipakai Tuan Muda Roodenburg saat makan malam tadi. Lalu senyum itu, pria itu memang Jack.“Jadi semua ini benar ulahmu? Kamu yang telah membakar markasku? Kurang ajar!” Donald melirik pada Thomas. “Dan kamu, ternyata kamu mata-mata! Bangsat kamu! Aku akan membunuhmu!” Dia meluapkan kekesalan itu tanpa menurunkan tangannya yang terangkat.Thomas tertawa. “Tuan Muda, sepertinya Donald Pasmod lupa kalau kedua tangannya masih terangkat.”Tawa-tawa lainnya terdengar dari orang-orang yang menyaksikan peristiwa kebakaran. Perasaan Donald dan para anak buahnya menjadi tidak enak. “Dalam satu tarikan saja, peluru yang ada di dalam pistolku akan menembus tempurung kepal
"Argh!!" Erangan keras dari mulut Donald menggema di antara langit malam yang memerah oleh kobaran api. Dia ingin sekali memegangi kakinya yang mengeluarkan darah segar usai sebuah timah panas menembusnya.Namun, Donald tidak memiliki izin untuk menurunkan tangannya.Walaupun pistol Thomas sudah tidak menempel di pelipis Donald usai mengeluarkan sebuah tembakan, masih ada banyak pistol lainnya yang menyasar dirinya.Donald yang sangat geram dengan kesialan tersebut, tidak mampu menahan diri untuk tidak mengumpat. "Kurang ajar! Berani-"DOR!Seluruh anak buah Donald memejamkan mata sesaat, tidak sanggup menyaksikan kaki bos mereka ditembak lagi. Dari lenguh panjang yang terdengar, bisa dipastikan Donald begitu kesakitan."Sekali lagi kamu berani berbicara kasar, memaki, atau membentak Tuan Muda Roodenburg, aku akan membuatmu tidak merasakan sakit lagi, karena jantungmulah sasaran tembak berikutnya!" Thomas berbicara tergas.Meski tahu hal buruk mungkin saja menimpanya, Donald nekat me
"Jangan mengotori sepatuku dengan mulut anda." Jack menjawabnya dengan santai.Donald seperti tersambar petir. Dia bergeming dengan rasa terhina yang membuat tenggorokannya terasa sakit.Dia adalah Donald Pasmod, mafia narkoba yang sangat ditakuti. Anak buahnya tersebar di mana-mana. Biarpun semua orang mengenalnya sebagai penjual barang terlarang, mereka tidak berani melaporkannya ke polisi karena kekuasaannya bahkan telah masuk ke kepolisian.Apa pun yang Donald inginkan pasti bisa dia dapatkan. Perintahnya selalu dituruti. Jika ada musuh yang mencoba untuk mengganggunya, dia tidak akan berpikir panjang untuk meminta anak buahnya melepaskan tembakan. Demikian pula jika ada orang yang membantah atau melawannya, dia sendiri tidak akan segan untuk melakukan kekerasan, bahkan jika diperlukan dia juga akan menodongkan pistol dan menyingkirkan mereka dari dunia ini untuk selamanya.Bisa dikatakan menembak adalah hobi Donald Pasmod.'Kenapa sekarang aku hanya diam meski pemuda ini telah me
Setelah memastikan Donald Pasmod dan para anak buahnya mendapatkan balasan semestinya, Jack bisa bernapas lebih lega. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang setelah mandi. Baru saja matanya hendak terpejam sebuah telepon masuk dan membuat ponselnya berdering. Awalnya Jack mengira itu adalah panggilan dari Matthew atau Thomas untuk melaporkan pekerjaan mereka, tetapi setelah melihat layar ponselnya Jack mengerutkan keningnya. "Claire? Kenapa dia menelepon tengah malam begini?" Jack menjadi khawatir. Mungkinkah sesuatu terjadi ketika Claire mengajak Paman Bob berjalan-jalan? Jika semuanya baik-baik saja Claire tidak akan meneleponnya semalam ini, pasti dia akan menunggu besok hari. "Halo, Jack!" sapa Claire dari balik telepon. Belum sampai Jack menyahut, dia sudah berbicara lagi, "Kamu di mana sekarang? Maaf kalau aku mengganggumu, tapi ini benar-benar masalah yang tidak bis a-aku selesaikan sendiri." Jack bangkit. Dia langsung duduk karena cemas mendengar nada bicara Claire yang
Meski terlambat, pada akhirnya Cliare bisa tidur juga tadi malam. Dia bisa berangkat bekerja dengan perasaan tenang. Namun, ketika dia telah tiba di King Pizza, dia mulai memikirkan satu hal penting yang tidak terpikirkan sebelumnya. Claire sudah berhenti memikirkan soal reuni, tetapi dia malah ganti memikirkan masalah lain yang tidak kalah besar. Hingga waktu istirahat tiba, Claire masih tetap saja merasa harus melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah itu. "Sepertinya aku memang harus menemuinya. Aku tidak mau merusak hubungan mereka." Claire berdiri dari kursi. Dia keluar dari ruangannya untuk pergi ke suatu tempat. Tidak lupa Claire meminta pada Catherine untuk tetap mengawasi kedai selagi jeda istirahat hingga dirinya kembali. "Aku akan segera kembali," jawab Claire ketika Catherine menanyakan sampai kapan akan meninggalkan kedai. Dia tidak menjawab pertanyaan Catherine terkait ke mana akan pergi. Claire pun keluar dari King Pizza dengan perasaan campur aduk. Dia merasa
Jantung Audrey berdetak sangat cepat menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan besar. Wajahnya terlihat sangat rumit ketika dia berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Claire. Sebetulnya itu bukanlah pertanyaan yang sulit. Audrey tahu pasti apa jawabannya. Akan tetapi, terkadang suatu hal tidak bisa diungkapkan meskipun sudah pasti kebenarannya. 'Kenapa aku bisa lupa jika identitas Tuan Muda dirahasiakan? Dasar bodoh!' Audrey memaki dirinya sendiri. Dia tentu tidak ingin menjadi orang yang tidak bisa dipercaya. Jack telah mempercayainya, tidak semestinya dia membongkar rahasia sang tuan muda. Selain itu, Audrey yakin bahwa Jack memiliki alasan tersendiri atas keputusannya menyembunyikan identitasnya, tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya kepada semua orang. 'Jika waktunya sudah tiba, Tuan Muda pasti akan mengumumkannya juga. Tapi di sini aku malah berbicara sangat lancang!' imbuh Audrey masih dalam diam. "Audrey, kenapa kamu menyinggung soal Tuan Muda? Apa yang kam
Di sebuah rumah sederhana tampak seorang pria berdiri di depan pintu dengan penampilan rapi dan menawan. Dia sedang menunggu seseorang untuk membukakan pintu. Jika dilihat secara saksama terdapat setangkai bunga mawar merah terselip di tangannya yang berada di belakang.Tampak seseorang menekan gagang pintu dari dalam. Lalu seorang wanita cantik menyembul dari dalam pintu."Jack!" Wanita itu keluar dan memeluk Jack erat.Benar, Jack memang berada di depan rumah Claire. Dia telah siap untuk menemani Claire pergi menghadiri undangan reuni SMA di Steakhouse Prime.Melihat setangkai mawar yang indah ada dalam genggaman Jack, Claire bertanya polos, "Kamu membawa bunga? Untuk siapa? Apa itu untuk ayah?"Bukan hal aneh jika Claire bertanya demikian sebab belum pernah sekalipun Jack datang ke rumahnya dengan membawa bunga. Jack memang sering datang mengunjunginya. Dia juga sering membawa makanan dan oleh-oleh lainnya, tetapi tidak dengan bunga."Jack?" Claire memanggil Jack yang terbengong ny