Tampaknya David mengenal suara itu. Wajahnya menjadi pucat karena mendengarnya. “Siapa itu? Kedengarannya dia begitu marah.”David berbalik. Dia menelan ludah melihat pria yang jalan tergesa menghampirinya. Lalu, sesuatu yang tidak terduga terjadi.Plak!Jack menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia mendesis melihat pipi David menjadi merah akibat tamparan keras. “Pasti sakit sekali.”“Ke-kenapa Tuan memukul saya?”“Kamu masih bertanya?! Kamu meninggalkan pekerjaanmu begitu saja. Ke mana kamu pergi?”Pria yang murka itu adalah kepala bagian kepegawaian. Perawakannya tinggi besar dengan kulit berwarna gelap.“Sa-saya keluar untuk menyambut Tuan Muda Roodenburg.”“Apa?!” Suara pria itu meninggi. “Apa kamu sudah tidak waras? Memangnya kamu pikir kamu itu siapa? Hanya staf korespondensi saja mau menyambut Tuan Muda!”David menoleh pada Jack untuk melihat ekpresinya. Wajah David terlihat sangat kesulitan. Susah payah dia membual demi membuat Jack minder.“Tuan Matthew bahkan tetap duduk
Jack mencebik sambil menggelengkan kepala. “David, apa kamu pikir Tuan ini terlalu bodoh hingga tidak bisa membedakan siapa yang berbohong di antara kita? Aku nyaris pingsan saat melihat Tuan ini keluar dari ruangan yang kamu sebut sebagai ruanganmu tadi.”‘Bangsat! Pecundang ini!’ Rahang David mengeras mendengar pengantar pizza menghasud dengan lick. Dia ingin menempeleng Jack detik itu juga, tetapi lebih dulu menggeser pandangan pada pria berjas putih. Lalu, dia mulai menelan ludah.Sebelum kemurkaan pecah, David menyangkal, “Tuan Ben, jangan mendengar kata-katanya. Saya kira dia ke mari untuk menawarkan paket makan siang, rupanya dia hanya bermaksud membalas dendam. Dia menghajar saya sampai babak belur tempo hari, dan pacar saya yang merupakan mantannya datang ke King Pizza untuk memberi pelajaran. Jika Tuan meragukan saya, Tuan bisa menelepon manajer kedai itu.”“Salah besar.”Pria bernama lengkap Ben Braxton segera menoleh untuk melihat Jack.“A-apa maksudmu?” sergap David.Deng
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu menunjukkan kemerosotan IQ? Cih, siapa pun tidak akan mengira jika orang sepertimu pernah menjadi manajer di tempat ini!"Makian itu terdengar keras hingga keluar ruangan. Beberapa karyawan yang kebetulan lewat di depan ruangan itu, tampak menoleh ke arah pintu. Mereka jelas ingin tahu, siapa yang telah membuat Kepala HRD murka."Sa-saya tidak bermaksud, Tuan.""Itulah poinnya! Kamu bahkan tidak mengerti jika hal yang kamu lakukan itu seperti menggali lubang kuburmu sendiri. Jika menuruti keinginanku, aku akan memberikan surat pemecatanmu hari ini juga.""Tuan, saya mohon, jangan lakukan itu. Beri saya kesempatan sekali saja untuk membuktikan bahwa saya masih layak bekerja di Big Roodgroup.""Maksudmu membuktikan kalau kamu jauh lebih dungu daripada ini? Aku-"Belum sampai lelaki itu menyelesaikan ucapannya, telepon berdering. Dia tampak menarik napas panjang sebelum mengangkatnya."Halo, ya benar. Apa Tuan yakin? Baiklah."Kepala HRD menutup telepon. Di
David merapatkan bibir untuk menekan emosinya. Ada rasa kopi yang tak sengaja tercicip olehnya. Dia mengusap wajahnya yang basah terkena semburan kopi dari mulut Jack. Terlihat jelas tangannya bergetar. Namun, kali ini bukan karena takut, melainkan karena marah hebat.'Menjijikkan!'Bekas ludah gembel seperti itu, mungkin saja membawa tetanus!Sayang sekali, David tidak mendapat kesempatan untuk sekadar mengatakan ketidaksenangannya. Bahkan, baru saja matanya terbuka, sergapan dari Matthew telah dimulai."Apa yang kamu masukkan ke cangkir?! Aku memintamu membuat kopi. Jika tidak mampu, kamu bisa mengatakannya pada Kepala HRD. Cih, kamu membuatku malu saja!""Tuan Matthew, sa-saya, saya hanya-""Memasukkan kopi instan dan menyeduhnya? Aku minta maaf membuat wajahmu basah, tapi aku alergi kopi instan. Itu akan membuat kepalaku pusing." Jack memegang kepalanya sebelum duduk di kursi empuk.Itu adalah alasan paling tidak logis yang pernah David dengar. 'Ini kopi, bukan sianida!'"Lihat! K
Claire berdiri di depan kos Jack. Dia sampai memiringkan kepala karena seperti sedang melihat kos yang berbeda.Ukuran kos itu masih sama, tetapi ada dua kursi dan sebuah meja di depannya. Selain itu, ada banyak tanaman yang menghiasinya. Yang paling mencolok adalah catnya. Itu seperti satu-satunya bunga berwarna di antara hamparan gambar hitam putih.“Apa ini kos milik Jack?” Claire melihat sekeliling untuk memastikan. “Semua hal di tempat ini sama persis. Hanya kos ini saja yang berbeda.”Claire mengangkat tangan untuk mengetuk pintu. Namun, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya.Claire berjingkat memegangi dada. Saat berbalik, kedua matanya membesar menjumpai Ross di belakangnya.Reaksi Claire bukan tanpa alasan. Dia tahu pasti Ross adalah ibu kos yang sangat garang. Sikap dan ucapannya tidak jauh berbeda dari James Bing. Jangankan pada Jack, dia pun pernah menjadi amukan Ross karena temannya (Jack) telat membayar tagihan. Selain itu, Ross sering mengomel untuk hal-hal apa pun,
Setibanya Jack dan Claire di King Pizza, keduanya saling menatap. Ada ketakutan yang terlihat jelas di mata Claire. Wanita itu bahkan memegang lengan Jack setelah turun dari boncengan sepeda.Selain sepeda Jack, ada beberapa motor dan sebuah mobil yang terparkir di sana. Jack tahu pasti, hal yang membuat temannya takut adalah keberadaan mobil yang kemarin dicuci David Guillon.‘Benar dugaanku, lelaki sialan itu sudah menunggu!’Jack mengangguk dan mengelus tangan Claire. “Semua akan baik-baik saja.”“Firasatku menjadi semakin tidak enak sekarang. Aku yakin James sudah merencanakan hal buruk.”“Tentu saja! Orang buruk selalu berpikir buruk. Tenanglah.”Jack menggandeng Claire untuk mengajaknya masuk ke dalam kedai. Begitu pintu dibuka, senyum licik James Bing telah menyambut mereka.“Selamat datang para pecundang!” James berdiri dengan angkuh. Dia menggunakan setelan paling mahal yang dimilikinya khusus hari 'kebangkitan' ini. Dengan kedua tangan yang masuk ke saku celana, dia berjalan
“Siapa yang datang?” Claire turut ke depan mengikuti Jack. Dia memegangi kepala. “Ini memang biang masalah. Mau apa lagi dia ke mari?! Sudah, kamu di sini saja. Biar aku usir dia.”“Claire.” Jack menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat Claire mengabaikan panggilannya dan berjalan ke depan kedai. Dia sempat diam berpikir apakah lebih baik ikut ke depan atau membiarkan temannya itu membereskan masalah. “Kamu tidak boleh masuk. Apa kamu tidak melihat, kedai masih belum buka?” Sayup-sayup terdengar suara Claire.Sebuah napas kabur dari mulut Jack. ‘Biarlah, lebih baik aku ke dapur sebelum perang pecah.’ Dia mengambil keputusan bijak. Tidak ada gunanya juga dia keluar sekarang. Yang ada, dia hanya akan menjadi wasit nanti.Selagi Jack berjalan ke belakang, suara seorang wanita mulai membalas ucapan Claire di halaman kedai.“Aku lihat ada karyawan yang membalik papan itu tadi. Tidak sopan! Ada pelanggan datang, bukannya disambut, malah tidak jadi buka. Lalu keluar penyihir wanita mal
“Selangkah lagi aku menjadi wakil direktur di BlueLux, tapi keberadaanmu merusak segalanya. Kamu benar-benar pembawa sial, menjijikkan, tidak berguna. Kamu sampah! Aku sangat membencimu. Kenapa aku harus mengenalmu? Oh, aku tidak menduga sekarang pun masih berbicara denganmu!”Sophie terus mengoceh, meluapkan kekesalannya. Sedangkan Jack hanya diam tanpa mengatakan apa pun. Sudah barang tentu sikap Jack itu membuat Sophie semakin dongkol. “Apa kamu menjadi bisu setelah menghancurkan karierku?! Jika saja malam itu kamu tidak datang, aku pasti sudah semakin dekat dengan mimpiku. Aku tidak akan mendapatkan bencana! Cih, sebelumnya aku kira kamu lelaki yang baik dan polos. Tapi ternyata, kamu bahkan menghasud bosku untuk bersikap buruk padaku. Sekarang, kamu harus bertanggung jawab. Perbaiki semua hal yang kamu rusak, berandal!”Jack melihat ke lantai sambil menelan ludah bersama amarahnya. Dia menatap tajam Sophie. “Coba pikirkan, memangnya siapa aku hingga bisa mempengaruhinya?” balasn